Well, lanjut lagi. Walau sekarang saya sangat mencintai dunia pendidikan dan menjadikan pendidikan sebagai satu dari sekian banyak cita-cita, namun ada satu hal yang harus teman-teman ketahui, hehe:
"Saya dulu takut masuk SD dan tidak mau sekolah :D."
Why?
Just simple answer: "I don't know." hehehe
Teringat bagaimana saya pada waktu dibawa bude saya masuk ke SD dan saya meronta-ronta menangis tidak mau masuk (jika teringat betapa malunya saya, hehe). Kejadian itu tentu saja menarik banyak perhatian dari siswa-siswa berseragam putih merah lengkap dengan dasi dan topinya, hehehe.
So, first I came to class I'm not alone (my aunt beside me :P)
Di dalam kelas saya hanya diam, maju perkenalan pun tidak. Berbeda dengan teman-teman lain yang tampak aktif dan terlihat senang waktu itu. Oh ya, Sekolah Dasar saya bernama SD N Kenteng, tapi biasanya sih disebut dengan SD Inpres. SD Inpres? Ya, tentu teman-teman tahu artinya inpres, Insruksi Presiden, artinya merupakan SD bantuan (atas perintah Presiden).
Jika harus mendiskripsikan SD saya, maka saya akan bilang SD saya itu ya standarlah untuk ukuran SD bantuan, hehe. SD tersebut tidaklah terlalu besar, hanya terdiri dari dua gedung terpisah berbentuk huruf L, dengan lantai semen di dalamnya (dengan banyak lubang disana-sini). Di dalam ruang terdapat penyekat terbuat dari anyaman bambu yang memisahkan kelas satu dan dua, tiga dan empat, di luar itu saya tidak tahu, hehe (maklum saya kan pendiam, sehingga jarang keluar kelas, atau lebih tepat disebut "takut keluar kelas", hehe). Di dalam kelas terdapat papan tulis hitam dari kayu dengan kotak kapur di bagian bawah lengkap dengan penunjuk dari bambu (biasanya sih disebut penduding, dalam bahasa jawa).
Berawal dari ketakutan saya memulai dunia pendidikan saya, hingga akhirnya saya suka belajar, entah itu membaca atau menghitung. Itulah awal yang mengantarkan saya untuk mau dan terus berusaha mengejar dunia pendidikan yang sekarang ini saya tempuh. Langkah awal setiap manusia terdiri dari dua jalur, bernama "baik" dan "kurang baik". Langkah awal yang baik kadang mengantarkan manusia untuk dapat menemui akhir yang baik pula, tetapi tidak menutup kemungkinan akhir yang kurang baik akan didapat jika selama berproses manusia tersebut memilih untuk menemui suatu akhir yang kurang baik. Begitu pula dengan awal yang kurang baik tidak menentukan manusia harus menemui akhir yang kurang baik pula, akhir yang baik dapat diperoleh jika selama berproses dia melakukan sesuatu yang membuat dirinya layak untuk mendapatkan suatu akhir yang baik. Jadi, awal yang baik atau kurang baik bukanlah ukuran yang dapat membuat kita men-judge seseorang menjadi akhir yang baik atau kurang baik. Bukanlah awal yang bekerja, tetapi proseslah yang membuat seseorang manusia dikategorikan menjadi sesuatu yang baik atau kurang baik pada akhirnya.
"Afraid in the beginning does not mean fear in the end"
" Cogito Ergo Sum"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar