03/02/13

Bu Wartini dan Pertengkaran Pertama

Yap, yap, yap guys, masuk cerita lagi, hehehe. Dulu guru SD pertama kali yang saya temui dan saya kenal adalah bu Wartini, guru semua mata pelajaran yang berasal dari daerah Saban Kecamatan Rongkop, kalau kabupatennya, ya jelas Gunungkidul tentunya, hehehe. Kesan pertama pada ibu ini apa ya, emmm kalau dulu sih saya takut (bahkan untuk bersalaman, hehe). Beliau dulu terlihat anggun dengan baju dinas cokelatnya, dan itu baru kusadari jika mengingat-ingat waktu-waktu itu, kalau dulu ya tetap saja jadi guru yang saya takuti apapun alasannya, hehehe.

Bu Wartini mengajar saya mulai dari kelas 1 sampai kelas 3 kalau tidak salah, atau hanya sampai kelas 2 ya, hehe (maklum kan sudah lama, jadi rada-rada lupa :P). Selama itu saya mungkin menjadi siswa yang memiliki tindakan-tindakan yang mencolok, hehe (walau pendiam, atau karena pendiam sehingga sedikit gerakan saja akan menarik perhatian? haha), karena buktinya bu Wartini saya rasa juga banyak kasih perhatian :P, hehe. Tapi eits.... perhatian apa dulu nih, hehehe. Ya banyak dong tentunya, ada yang baik dan ada juga yang kurang baik, hehe, kalau porsi masing-masing biar saya dan Tuhan saja yang tahu hehe (biar tidak dianggap sombong jika banyak baiknya :P, tetapi juga tidak dianggap bandel jika banyak kurang baiknya, hehe).

Well, mulai dari yang baik, apa ya? Emmm, mungkin saya rajin piket ya, hehe (rasanya sih seperti rajin piket, :P, tapi tidak tahu ya penilaian orang lain seperti apa, hohoho). Hampir tiap pagi saya suka menghapus dan menyapu (kurang tahu mengapa"__"), tapi bagian yang paling saya suka dari piket kelas adalah tugas untuk mengganti air untuk cuci tangan siswa (biasanya digunakan untuk PMT, kepanjangannya saya lupa __", hehe tapi mungkin Pemberian Makanan Tambahan). Mengapa saya suka? Well guys, jangan tertawa ya, itu karena saya suka meng-usil-in kecebong dan bibis (semacam kutu air) yang terletak di dalam bak air berbentu persegi panjang yang sampai saat ini masih ada, tingginya sih dapat diraih siswa (sekitar setengah meter), tetapi dalamnya booo, hehe, sekitar 3 meter (airnya cukup untuk minum sapi 3 bulan, hehe). Bahaya? ya jelaslah, tapi apa saya berpikir sejauh itu? Tentu tidak, hehehe (maklum kan anak kecil :P). Eh tapi tidak hanya saya lho, banyak yang tertarik pada hewan-hewan air tersebut :P. Tapi satu hal guys, itu memang benar-benar mengasyikkan lho :P, buktinya teman-teman yang lain juga banyak yang tertarik, hehehe.

Kembali ke ibu Wartini, apakah saya pernah dimarahi ibu Wartini? Oh ya jelas, sangat jelas malah :D. Apa alasan saya dimarahi? Em...em...em... banyak, hehehe. Tapi ada satu kisah yang menarik, yaitu pertengkaran saya dengan seorang teman saya bernama Tri Widodo, tetapi sering dipanggil Gendot (karena dia terlihat gemik waktu itu, tetapi sekarang tidak sih, hehe), dan itu adalah pertengkaran pertama secara fisik, dan yang terakhir tentunya :D, (kapok je, hehehe).

Baiklah, waktu itu saya lupa hari apa, tapi yang jelas hari dimana para siswa semua mengenakan seragam putih merah, bukan batik. Saya waktu itu kan pendiam, nah saya diganggu sama teman saya itu, lupa juga apa macam gangguannya, hehe, tapi yang jelas saya langsung marah dan nimbrung Gendot untuk memukul dan sebagainya, yang tentunya diiringi senjata utama yang membuat Gendot tidak bisa membalas saya, hehe, apa senjata itu? Nangis, hehehe. Kalau ada lomba dadu menangis mungkin saya akan menang :P (padahal bukan sesuatu yang harusnya dibanggakan ya "__"). Hingga akhirnya datang bu Wartini ke dalam kelas dan melerai kami (tapi lebih tepatnya menyingkirkan saya dari Gendot, hehe, karena saya tidak henti-hentinya memukul :D, sedangkan dia diam :D). So? apa yang terjadi selanjutnya? Tentu saja nasehat kepada kami berdua. Tapi waktu itu saya menganggap nasehat itu sebagai marah bu Wartini, :D (mungkin karena belum mengerti apa arti kata nasehat).

Perlu diketahui, badan Gendot waktu itu secara fisik besar, tinggi pula ,hehe. Itu membuat saya merasa disegani sama teman-teman karena berani melawan (walau diiringi tangisan :P). Tapi apa setelah itu saya masih bertengkar? No, we never do again, hehe.  Malah jadi teman baik, walau mungkin kadang ada hal-hal yang membuat kami marahan, hehe, tetapi selalu berakhir damai.

Itu hanya sekilas cerita tentang saya dan guru serta teman yang mengundang banyak perhatian siswa lainnya. Kalau teman-teman ingatkah pada guru yang pertama kali mengajar teman-teman? Ingatkah pada teman yang membuat kalian merasa memiliki cerita unik untuk diceritakan? Pasti ada kan? :D. Mereka adalah pengisi awal hidupmu, dan sebenarnya sadar tidak sadar mereka juga berperan besar pada karaktermu saat ini. Bagi saya tidaklah sulit untuk mengingat mereka yang memberikan warna pada kehidupan awal pendidikan saya. Bu Wartini mengajarkan saya tentang segala sesuatu yang baik yang tentunya sampai sekarang hal itu akan selau teringat dan mudah-mudahan selalu melekat dalam diri saya, begitu pula Gendot yang mengajari saya tentang sebuah pertemanan yang diawali dari sebuah pertengkaran. Jahatkah dia? Tidak, justru saya jahat jika tidak mau berteman dengan dia.

               Kadang kita melupakan apa yang menjadi awal dari cerita kita saat ini, dan itu hampir terjadi pada saya. Guys, cobalah ingat masa lalumu yang unik dan menarik itu, dan rasakan kedamaian masa lalumu, ingatlah pada sosok yang hadir dan membentuk dirimu yang saat ini. Merekalah sosok-sosok yang membentuk pribadimu (di luar keluarga), yang mengajari walau tidak teman sadari, betapa indahnya waktu itu.


"Cogito Ergo Sum"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar