07/02/13

Memecahkan Genteng Kaca Sekolah

Pernahkah kalian memecahkan kaca genteng sekolah SD? Saya yakin ada yang pernah, tetapi sangat jarang :P. Nah ini pengalaman kurang baik bagi saya, tetapi ini membuat saya menemukan satu makna dimana saya sampai sekarang masih menggunakan pengalaman ini sebagai pegangan dalam hidup saya :D. Lho kok bisa? Bisa dong :P

Begini nih ceritanya, ketika itu saya kelas 5 kalau tidak salah, sehabis pulang sekolah langsung ganti pakaian, makan lalu segera pergi ke halaman sekolah saya, halaman ini biasanya digunakan untuk kumpul teman-teman SD, mulai dari belajar kelompok di bawah pohon beringinnya, atau hanya untuk sekedar bermain-main :D. 

Waktu itu ada sebuah permainan yang mengasyikkan, yaitu bermain petasan (dalam desa sih disebut long :D, kurang thu juga apa artinya long :P). Petasan ini bukan petasan yang berasal dari kertas yang diisi dengan karbid, bukan itu. Petasan ini berasal dari busi motor yang dihilangkan tempat untuk percikan listriknya (tahu lah yauw, hehe, mudah-mudahan pada tahu :D). Nah kalau bagian kepala busi sudah dihilangkan, maka lubang bekas kepala busi tersebut diisi dengan bubuk dari pentol korek api :D, ditutup dengan menggunakan sekrup yang sesuai, bagian bawah busi kemudian dikasih tali rafia sehingga membentuk rumbai (ini sebagai kendali gerak busi agar tepat kepala saat jatuh).

Alasan memakai halaman sekolah untuk bermain adalah karena halaman sekolah memiliki halaman yang dikonblok semua :D (tahu kan maksudnya). Ya, permukaan yang landai dan padat dibutuhkan agar busi dapat mengenai permukaan dengan keras, sehingga dihasilkan bunyi yang keras juga, hehe. Teman-teman dapat bayangkan betapa riuhnya jika di halaman berkumpul lebih dari sepuluh orang :D.

Saya waktu itu sangat antusias, sudah beberapa kali saya melemparkan petasan busi saya dan memiliki rasa puas :D. Hingga akhirnya tanpa sengaja saya melempar ke arah yang salah (ke belakang saya :D), dan arah itu ke genteng gedung SD bagian utara, dan parahnya lagi itu tepat mengenai genteng kaca di atas teras :D, alhasil "prang", kaca pun berserakan di lantai.

Byurr, semua anak segera lari ketakutan karena ulah saya :D, tinggal saya sendiri di SD itu (sedihnya, hampir nangis saya waktu itu, :D). Well, saya harus bertanggungjawab, pecahan kaca dilantai itu (hingga tangan saya luka cukup lebar waktu itu, saking takutnya jadi terburu-buru, dan kena deh :D).

Luka itu bukan masalah (biasa :P), tapi esoknya itu lho, saya lebih takut lagi, hehe. Hingga pada saat istirahat berlangsung saya dipanggil oleh juru kebon (Pak Kebon :D) dan ditanyai apakah benar saya yang memecahkan kaca, ya saya mengaku dan meminta maaf :D. Pak Kebon pun akhirnya memaafkan saya dan menyuruh saya tidak mengulanginya lagi (ya iyalah, nanti kalau saya ulangi rugi dong SD mengeluarkan uang hanya untuk membeli genteng :D).

Yap, itu akhir dari saya menggunakan petasan, saya tidak pernah menggunakan lagi setelah itu (kapok), selain bahaya saya akhirnya juga tahu itu menguras uang (untuk membeli korek :D), dan saya tidak membeli, tetapi ambil di dapur :D, hehe betapa marahnya yang di rumah, hehe.

          Well, apa maknanya? Bingung saya.
           Maybe we must responsibility for all that we do :D, anytime, anywhere, and anystate (? :D)

 "Cogito Ergo Sum"


(Kamar Kost 02:40 pm)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar