Setelah masuk SMA, yaitu SMA N 1 Rongkop, saya merasa sangat galau (walau saya saat itu tidak tahu apa itu galau :D). Mengapa? Karena keinginan saya untuk dapat melanjutkan sekolah di SMA N 2 Wonosari atau SMA N 1 Wonosari tidak terwujud, hehe, alasan biaya membuat saya harus mengurungkan niat saya :(. Untuk masuk SMA N 1 Rongkop pun saya dibantu paman saya lek Udin sebesar 500 ribu rupiah kalau tidak salah :D, yang saya ingat hanya pesan beliau pada saya agar saya rajin belajar :D.
Saya saat itu hanya berusaha meyakini bahwa segala sesuatu sudah direncanakan Tuhan :). Jadi saya tidak perlu bergalau ria lagi :D. Saat masuk ada saat-saat dimana saya tidak suka hal itu, hehe, apa? Sudah pasti jawabannya adalah ospek :D, atau lebih dikenal dengan MOS (Masa Orientasi Sekolah).
Mulai dari makanan yang aneh-aneh, gelang, topi, dan lain sebagainnya, dan saya tidak suka mencari itu. Tapi ternyata semua memang diluar dugaan saya, saya memberikan pandangan sempit pada Ospek, hehe. Saya lebih berpikir ke arah ekonomi :D, saya benci banyak mengeluarkan uang saat itu, karena uang yang saya miliki hanya sepuluh ribu perak (mau nyukup darimana coba:D), sehingga saya harus mengakali agar barang-barang yang benar-benar membutuhkan uang saja yang dibeli, lainnya? Alah tetangga banyak, usaha sedikitlah waktu itu :D, mau minta uang Simbah? No way, saya tidak pernah meminta, saya diperbolehkan menumpang saja bersyukur, hehe. Jadi selama ospek saya hanya bermodalkan uang sepuluh ribu :D.
Tetapi setelah menjalani ospek, eh ternyata asik juga :D, bertemu dengan orang-orang dari berbagai SMP, beberapa bertampang garang, beberapa sama seperti saya (biasa saja), beberapa menjengkelkan saya hanya dengan sekali pandang :D (maklum kan anak kecil, jadi belum cukup dewasa untuk berpikir :D). Untuk pertama kalinya juga saya melihat secara langsung, seperti apa "pak Polisi itu" :D. Saat itu saya lebih bersikap diam dan mengamati perilaku setiap siswa baru, luwih apik mikir daripada gawe tingkah ra genah :P.
Teringat saat itu putra dan putri terbaik SMA N 1 Rongkop adalah teman baik saya, Herlambang (yang kelak sangat membantu saya dalam berbagai hal, sumber motivasi, menjadi sahabat yang mengerti setiap keadaan saya, dan sebagai sosok yang memiliki jiwa leader, membuat saya menjadikan beliau figur panutan yang harus saya teladani), dan Hesti, kedua-duanya satu SMP dengan saya, dan saya kenal walau tidak begitu akrab, hehe.
Pada hari terakhir ospek saya pulang ke Botodayaan, tidak ke tempat Simbah di Semugih :D, dan saya pulang dengan jalan kaki (sudah sore dan tidak ada kendaraan, selain itu tidak punya uang untuk ojek :P). Dan teman-teman dapat membayangkan berjalan 7 Km dengan jalan yang rata-rata masih berbatu kala itu, itu sih bukan masalah, tetapi tempat yang saya lewati banyak dikatakan angker boo, haha, jadi setipa melewati tempat (yang katanya angker) saya lari-lari kecil, hehe. Karena memang suasana sangat sepi. Saat jalan saya masih mengenakan perabotan ospek, biar kalau ketemu orang lewat mereka akan segera berpikir bahwa saya akan menjadi anak SMA :D, kaos kaki berbeda warna, gelang dari janur, topi capil pun masih saya pakai saat jalan :D (masa bodo :D).
Lapar dan haus di tengah jalan saat pulang ke Botodayaan :D, well itu awal sebuah perjuangan :).
Di rumah saya lantas menceritakan pada kedua orang tua pengalaman ospek saya :D.
Waktu itu saya mulai dikenal warga, menjadi anak SMA satu-satunya di generasi saya, sedangkan teman-teman sebaya pada bekerja. Saya harus bersyukur, saya waktu itu berharap saya menjadi sesuatu yang berarti bagi kedua orang tua saya, bagi keluarga Simbah saya, juga bagi SMA N 1 Rongkop.
"Saya bersyukur dapat masuk SMA N 1 Rongkop, daripada tidak sama sekali :)"
"Cogito Ergo Sum"
(di kamar kost 09:43 am)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar