30/03/13

Awal Cinta Ilmu Kimia

Nah ini yang mungkin banyak ditanyakan teman-teman saya :D. Sejak kapan cinta kimia? Kok bisa-bisanya suka kimia? Haha, jika diberi pertanyaan demikian, mungkin saya akan menjawab: lha kenapa anda mencintai pacar anda? Itulah jawaban saya :P. Lagi-lagi benar jika orang Jawa berkata: "Witing tresno jalaran seko kulina" atau dalam bahasa Indonesia pohon cinta karena sering....... :P, nah titik-titiknya ini saya bingung apa kosakata bahasa Indonesia yang tepat untuk mengutarakan kata "kulina" ini :D. Tetapi jika dilakukan pendekatan (wush ini gaya anak matematika dan statistika nih nih, pendekatan, haha), maka arti paling dekat ya sering bertemulah mungkin, hehe, maaf nih ye :P.

Sebenarnya kimia di SMA tidaklah sulit untuk dipahami, dan mudah dipahami daripada bahasa Indonesia, hehe, karena nilai bahasa Indonesia saya anjlok terus je :D. Makanya saya suka, karena mudah dipahami, ditambah gurunya Bu Dwi Sumaryani gaya pengajarannya pas untuk saya, ya sudah ying ketemu yang langsung jadi bulatan tekad :D.

Tiga tahun menggeluti kimia, dan saya rasa tidak ada yang aral bagi saya, semua lancar, hanya mungkin beberapa materi kadang susah saya mengerti :D. 

Tetapi itu waktu SMA, nah sekarang? Nah lho, hahaha. Sekarang sih sebenarnya ya biasa saja :D, hanya bedanya saya di sini sekarang pernah memikirkan sesuatu yang tidak saya pikirkan saat SMA, hehe, apa itu? Ini: "kok angel banget materi iki, salah jurusan po yo :D", haha. Kata-kata yang menyesatkan diri sendiri, karena kadang ingin saya masuk FEB dan menjadi ekonom 2030 abad ini, atau masuk Isipol menjadi politisi, atau kedokteran yang dalamnya bagai pameran mobil :D, tetapi saya segera menghapus pikiran itu, karena itu sangat menyesatkan :D. Hingga akhirnya ya sudah, saya jalani apa adanya, karena MIPA dianggap keren lho :P, apalagi Kimianya yang baru-baru ini akreditasi Internasional, so berbangga dong dapat kuliah di jurusan kimia yang mendapat ranking 1 di Indonesia :P.

Baik, jangan lihat kesombongan saya ya :D, Ini seperti kebalikan dari tulisan sebelumnya, yaitu: jika kita mencintai sesuatu, maka kita akan mudah melakukan segala sesuatu yang berhubungan dengan sesuatu tersebut :P. Mumet? Iki wong geje, kok sesuatu terus sek dienggo, haha, rapopo, tapi maknanya dimengerti ya :P.

Makna hari ini:

Ayo cintai Ilmu Kimia, hahahaha :)

"Cogito Ergo Sum"

Kamar Kost, 1:37
Read more ...

Dibuat Cengar-cengir Bahasa Arab

Well, lanjut ke masa SMA saya :D, karena besok saya free dan menjalankan paskah Tuhan saya menyempatkan diri lagi untuk menulis :P.

Bahasa Arab, ya sebuah mata pelajaran wajib yang saya dibuat ketir-ketir tiap malam menjelang pelajaran bahasa arab (apalagi menjelang ujian :D). Bagaimana tidak, lha wong saya orang Nasrani, dan seumur-umur belum pernah belajar bahasa arab, yah itulah pikiran skeptis saya, hingga akhirnya pikiran saya di awal-awal masuk bahasa arab digagalkan dengan pikiran saya setelah lulus, hehe.

Pertama kali masuk saya di ajar bapak Arifin, guru lucu sarat pengalaman :D. Kelas yang saya rasa garing, eh ternyata lucu, ya sudah jadi modal awal untuk mempelajari diantara teman-teman lulusan MTs atau Muhammadiyah :D. Bayangkan saja anda yang hanya lulusan S1 kemudian melakukan ujian masuk lisan bersama-sama di suatu perusahaan bergengsi dengan saingan lain semuanya adalah para doktor, nah lho? Pasti hanya bisa cengar-cengir kan saat yang lain sudah pada rebutan? Itu yang saya alami, hehe. Awalnya saya hanya bisa cengar-cengir ora nggenah :D

Pemikiran awal saya yang demikian membuat saya tidak pernah bisa bahasa arab sampai saat ini, padahal kalau dipikir sekarang, saya pasti bisa mempelajari bahasa itu secara sempurna dalam waktu tiga tahun, haha, maaf nih agak sombong, tapi kan kalau dipikir, jadi belum tentu :D. Jika saya waktu itu menjalani dengan sepenuh hati seperti halnya saat mengikuti mata pelajaran lain, saya yakin saat ini saya sudah bisa 6 bahasa :D, bahasa apa saja? Pertama bahasa nasional, jelas bahasa Indonesia, kedua Inggris, bahasa arab (seandainya bisa), Jawa ngoko, Krama, dan Krama inggil :P, atau kalau mau sekalian bahasa kawi (yang seperti di wayang-wayang kulit itu lho :D, tidak tahu? Yah sayang, makanya sering dengerin wayang dengan dalang ki Hadi Sugito :P).

Tetapi memang benar jika ada sebuah kalimat yang menyatakan jika kita mengawali sesuatu dengan baik, maka kita akan mendapatkan sesuatu dengan baik :D, dan sebaliknya, ya sebaliknya juga yang didapat :P. Ingin contoh? Ya ini, saya kurang serius dalam mempelajari bahasa arab, dan akhirnya? Sayang sekali ternyata saya tidak bisa sampai sekarang :/, padahal jika saya bisa, maka itu akan menjadi nilai tambah dalam mengirim berbagai aplikasi, baik organisasi, atau event-event lain :/. Well, tetapi nasi telah menjadi bubur, intinya jangan membenci sesuatu sebelum anda tahu seberapa besar manfaat apa yang anda benci itu terhadap anda :).

So, tidak apa anda cengar-cengir saat ini, menjadi listener atau viewver sejati :P, rasakan saja manfaatnya nanti, jika itu hal baik tentunya :)

"Cogito Ergo Sum"

Kamar Kost, 1:13 am
Read more ...

Merasa Jauh dari Sahabatku

Malam ini saya berdoa, berharap hati yang keras ini sedikit melunak, tetapi ternyata masih sulit untuk melunakkan hati ini. Tidak seperti dahulu saya mengenal Tuhan, dan saya tahu Tuhan juga merasakan hal yang sama. Ya Sahabatku, kenapa saya menjadi seperti ini? Kenapa semakin lama saya semakin jauh dari gandengan tangan-Mu?

Mencoba memanfaatkan saat teduhmu dan mencoba juga mengucapkan beberapa komitmen yang itu dapat membuat-Mu dapat berbalik lagi padaku, dan mau menjadi sahabatku lagi. Ampuni aku, Tuhanku, Sahabatku, Juruselamatku. Malam ini mungkin hati ini belum bisa kuajak menghadap-Mu Tuhan, tetapi beberapa kalimat yang keluar dari pikiran dan mulut hamba-Mu tadi tolonglah Engkau mengerti, kabulkanlah pertobatan hamba-Mu ini. Tuhan, betapa aku ingin menjadi baru di hadapan-Mu meninggalkan segala dosaku, dan Engkau Tuhan, Engkau dapat melakukannya jika Engkau menghendakinya. Ajariku menjadi baru. Amin.


"Cogito Ergo Sum"


Kamar kost 12:52
Read more ...

29/03/13

Ingin Ngepost Laporan Praktikum

Pagi ini seharusnya hari libur bagi mahasiswa, tetapi saya harus masuk kuliah pengganti, waaaa_____". Ditambah kewajiban Kamakarya dan Sosmas BEM KM UGM, tetapi tidak apalah hehe.

Tadi mencoba memasang laporan praktikum di blog, teteapi malah aneh ya, dan kayaknya malah kurang baik jika dipasang di blog, tetapi tidak apa, satu kali ini dipasang, tetapi selanjutnya ingin memberikan garis besar saja, karena jika dipasang semuanya (termasuk sitasi dan daftar pustakanya) wa itu tidak mendidik (walau jujur saya dulu juga seperti itu :D)

Tetapi demi mahasiswa Kimia yang lain, nanti hanya garis besar apa yang dibahas dalam praktikum itu :D.

Awali hari dengan doa dan senyuman, let's make something :)

"Cogito Ergo Sum"

Kamar Kost 6:27 am
Read more ...

28/03/13

Merasa Menjadi Murid Tuhan di Taman Getsemani



"Tuhan ampunilah aku semalam yang menjadi murid yang tidak Engkau inginkan, karena dalam beberapa waktu saat perjamuan kudus-Mu aku beberapa kali tertunduk tidur ya Tuhan, ampunilah aku karena menjadi muridMu yang tidur saat malam kesengsaraanmu. Kini ya Tuhan aku mengerti perasaan Petrus dan dua saudaranya saat mengikut Engkau, dan aku menyesali perbuatanku semalam di gereja-Mu yang kudus."

Semalam saya seperti menjadi Petrus atau kedua saudaranya yang tertidur saat menemani Tuhan Yesus menjelang hari kesengsaraan-Nya, ya semalam.

Semua bermula kemarin lusa, saya yang harus bangun pagi setelah bergadang semalaman. Pagi hari dan menjalankan rutinitas seperti biasa, yaitu menggeluti dunia perkuliahan untuk mendapatkan ilmu dan gelar sarjana ahli kimia. Perkuliahan kemudian dilanjutkan dengan membantu teman menyebar poster Seminar Nasional Kimia di UMY, penyebaran selesai langsung praktikum Kimia Fisika II tentang distribusi solut bersama mbak Kinan dan mbak Shuluh, teman-teman yang asyik.

Malam mata sudah menjadi berat dan menyempatkan menulis dua blog, rencana mau istirahat, eh ternyata malah online dan melihat video stream tentang plane crash di youtube dan beberapa dokumenter lainnya dan menyelesaikan format laporan sementara untuk Praktikum Kimia Analitik II. Hingga akhirnya saya tidur pukul 4.00 pagi dan bangun pukul setengah tujuh pagi, dan ya ampun mata rasanya sangat pedih, dan ya ampun lagi, ternyata saya menyisakan tugas Teori Simetri dan Grup, alhasil saya mengerjakan di kampus dan mengorbankan sks daripada Bioteknologi Molekuler yang merupakan mata kuliah pilihan saya.

Hari itu saya lalui tanpa konsentrasi karena kurangnya istirahat, kecuali praktikum yang memang harus konsentrasi karena itu berkaitan dengan penelitian nanti saat mau lulus. Nah, praktikum yang dimulai pukul 1 siang selesai pukul 4.30 sore, menjadi satu hari tanpa istirahat.

Kemudian sampai di kost diajak bang Iwan dan bang Wawan, kedua-duanya orang Batak yang baik hati, beliau masing-masing S2 Matematika dan Kimia, beliau-beliau mengajak ke Gereja untuk memperingati malam kesengsaraan Tuhan Yesus Kristus. Jadilah jam 7 petang kami ke gereja dengan berjalan kaki kurang lebih 1,5 kilometer. Sampai di gereja ternyata selain memperingati hari kesengsaraan Tuhan juga ada perjamuan kudus, sehingga saya harus naik ke balkon karena belum bisa mengikuti perjamuan kudus (belum baptis dewasa). Di atas balkon ada sekitar 20 orang yang tidak mengikuti perjamuan kudus, saya duduk paling belakang, dan inilah awal saya dimana saya berdosa karena tidur, dan tanpa sengaja saya menjadi sama ketiga murid yang tertidur saat Tuhan Yesus Kristus berdoa di taman.

Saya dalam beberapa waktu saat perjamuan kudus berlangsung tertidur dan kadang lagu-lagu pujian masuk ke dalam mimpi saya, dalam beberapa kesempatan juga saya terjaga dan tidur lagi, begitulah seterusnya saat perjamuan kudus berlangsung. Saat bapak Pendeta Gunawan melayangkan firman tentang berserah kepada Tuhan selemah apapun kita menyadarkan saya bahwa saya telah menjadi ketiga murid tersebut walaupun saya tentu berlaksa kali lipat lebih rendah kedudukannya di banding ketiga murid tersebut. Dalam alkitab Tuhan menyatakan kekecewaan-Nya kepada mereka dengan kata-kata-Nya: "Tidakkah kamu sanggup berjaga-jaga satu jam bersama Aku?" (Matius 26:40). Dan satu kata lagi: "Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu tidak jatuh ke dalam pencobaan: roh memang penurut, tetapi daging lemah." (Matius 26:41).

Ya, roh memang penurut tetapi daging lemah, karena mungkin kita memiliki rancangan yang luar biasa bagi kita, tetapi kadang fisik kita tidak dapat dikendalikan oleh pikiran kita yang digerakkan oleh roh. Dan itu saya alami malam itu, saat firman saya menyadari hal tersebut, hati yang telah lama keras laksana batu perlahan mencair, walaupun tidak munafik tidak semuanya mencair, karena pengaruh kampus, organisasi tidak hilang begitu saja, walaupun dalam hati paling dalam saya menginginkan hati saya lunak dalam segala keadaan seperti anak kecil. Entah apa saya sekarang, entah saya sekarang masih layak menyebut Tuhan sebagai Juruselamat saya, mengingat dosa dan perbuatan saya tidak terhitung banyaknya. Ampunilah saya Tuhan.


Satu lagi firman tadi malam adalah saya tersadar bahwa saya harus menyerahkan segala sesuatu kepada Tuhan, karena jujur selama ini saya mengandalkan kekuatan saya pribadi dalam menjalankan segala aktivitas saya. Dulu semasa SMA, saya sangatlah rajin dalam hal doa, khatam 2 kali alkitab dalam waktu tiga Tahun, tetapi ternyata itu dapat dengan mudah diruntuhkan ketika saya masuk dunia perkuliahan. Jadwal yang padat, agenda yang merayap membuat saya kadang melupakan Tuhan, bahkan semalam saat saya menjalani perjamuaan kudus (walau tidak mengikuti) saya melah tidur dalam beberapa waktu. Ampunilah aku ya Tuhan. Seberapa hamba-Mu ini menginginkan, sekarang kembali, biarlah hamba-Mu serahkan segala kehidupan, pengharapan, tujuan hidup, dan segalanya hanya ke dalam Tangan Kasih Kuasa-Mu. Amin.


"Cogito Ergo Sum"

image take from: http://thegospelcoalition.org/blogs/kevindeyoung/2012/04/05/go-to-dark-gethsemane/

Kamar Kost 11:37 am
Read more ...

27/03/13

Ringkasan Masa SMA

Dulu terasa sakitnya hati ini ketika terluka, masa SMA yang tak pernah terlupa. Waktu itu saya kelas satu, dan hanya beberapa murid yang menjadi teman saya, tidak banyak. Telah saya dengar cerita dari guru saya tentang dua kakak angkatan saya yang mengejar mimpi ke kampus biru, dan tahukah teman, saat itu hati saya benar-benar penuh dengan motivasi, dan karena itu, saya tidak tahu apakah mereka membenci saya. Kala itu hanya bertanya, apa salah saya teman?

Sebelum ke kampus biru, saya harus menaklukan tantangan masuk kelas IPA dan mungkin TUHAN menghendakinya, jadilah saya kelas XI IPA dengan 18 orang muridnya. Saat itu entah mengapa IPA itu populer, dan akupun mungkin dikenal.

Aku senang mereka ternyata kawan yang periang dan banyak bercanda, itu mengobati setiap rasa perih dan sesak ketika harus menanggung sesuatu hal yang bagi saya terasa berat, dan itu tidak dialami orang lain. Tahukah teman, rasa itu sesak dan kadang membuat air mata tidak kuasa engkau bendung, dan hanya senyum getir yang dapat membohongi sekitarmu tentang apa yang terjadi padamu.

Kala itu, aku selalu menjadi bahan bulian dari setiap candaan mereka, tetapi tidak apa, saya senang karena ternyata saya diperhatikan, walau dalam bentuk bulian. Lagi-lagi saat melihat posisi mereka yang saya anggap jauh lebih tinggi state hidupnya membuat saya sesak lagi, hingga jadilah 3 tahun massa SMA dengan dada kembang kempis menahan segala pasrah. Tetapi saya sangat mencintai mereka semua, dan saya rasa mereka tahu seperti apa keadaan saya sebenarnya.

Melihat segala fasilitas mereka membuat saya sangat iri dan ingin juga memilikinya, misal saya juga ingin sms-an dengan teman dan tidak hanya terus mengayunkan gagang sapu sana-sini atau hanya menggerakkan tangan sana-sini untuk mencuci atau mengupas kulit kacang, atau membrondoli jagung dari intinya. Setiap sore saya di belakang rumah yang selalu kotor oleh daun dan berbagai hal, melihat mereka wira-wiri kesana-kemari dengan motor kesayangan mereka, mereka melihat bola, nongkrong, main, dan saya tidak tahu lagi sebebas apa mereka diluar sana, sedangkan saya, tugas rumah saya tidak boleh saya tinggalkan.

Ketika malam saya istirahatkan sejenak tubuh kecilku, ya saya tidak tumbuh besar seperti teman-teman saya yang lain, entah mengapa. Menjelang pagi sembari mencuri dengar siaran wayang kulit dengan dalang bergaya khas Ki Hadi Sugito dari radio simbah, saya memaksakan diri membuka mata pukul satu atau dua, mencuci muka dan mencoba membalik-balikkan buku pelajaran. Tahukah kawan, saat itu rasa kantuk sangat luar biasa besarnya, air mata yang keluar entah berapa banyaknya. Hanya dengan dua gelas air putih untuk modal membasahi tenggorokan, tanpa makanan, karena saya tidak berani mengambil makanan lain kecuali makanan yang diberikan kepada saya oleh simbah saya. Akhirnya, jadilah pagi hari dengan mata merah menahan pedas dan perut yang ya Tuhan kadang saya harus menahan kerasnya remasan dari lambung ini. Yang saya rasakan saat itu hanyalah perut yang semakin pagi semakin hangat dan panas, ya teman-teman tahu kenapa menjadi hangat dan panas.

Pukul 4:00 adalah waktu saya untuk bangun pertama kali dan membersihkan rumah simbah, mencuci piring atau perkakas kotor bekas bekas hari kemarin, merapikan kamar, dan menyapu halaman rumah berkeliling. Dingin dan lapar saya sembari menyapu membayangkan nasi goreng yang akan saya makan jam setengah 6 nanti. Bukan nasi goreng yang mewah, bukan, hanya nasi goreng biasa, tanpa telor ataupun kecap, dan itu setiap pagi, dan Puji Tuhan rasa lapar itu hilang dengan perantara keluarga simbah saya yang baik.

Sebelum sarapan, mandi adalah kewajiban utama bagi saya sebagai siswa. Setelah mandi tangan mulai merogoh-rogoh saku baju atau celana dan berharap ada beberapa ribu atau ratus uang untuk membeli soto jika cukup, atau jika tidak cukup, gorengan juga tidak masalah. Dan kadang, saya harus pergi ke sekolah tanpa membawa sepeser uang, karena uang sering telat walaupun hanya bernilai 20 ribu untuk jatah seminggu, tetapi kenyataannya itu bukan nominal yang mudah untuk dicari oleh ibu saya ketika ayah pergi ke kota. Kedua adik saya yang juga mengenyam bangku SMP dan SD juga harus dilengkapi kebutuhannya oleh ibu saya yang tidak mempunyai ladang ataupun usaha lain kecuali menjahit kecil-kecilan, sedangkan pekerjaan utamanya adalah buruh tani di ladang-ladang tetangga yang luas dan bertanah keras. Kadang saya kasihan melihat ibu saya yang ketika berangkat berkulit kuning langsat dan bersih harus pulang dengan kulit berwarna merah dan cokelat penuh debu, bahkan kadang beberapa jarinya harus dibungkus kain karena terluka saat bekerja. Terimakasih ibu, ini semua berkat dirimu. Ketika beliau sampai di rumah, beliau tidak langsung istirahat, tetapi langsung memberi makan kambing milik tetangga, mencuci, menjahit dan lain sebagainya, kadang untuk beberapa menit kami bercanda dan saya memijit ibu yang kulit beliau sangat hangat, menandakan walaupun sedang istirahat metabolisme masih bekerja dengan sangat di dalam setiap unit selnya. Entah beliau tidur pukul berapa dan bangun pukul berapa, karena ketika saya dirumah dan kebiasaan bangun pukul dua membangunkan saya, saya melihat ibu telah membunyikan mesin jahitnya, bukan dengan dinamo, alasan listrik mahal membuat ibu saya mengurungkan niat menjahit menggunakan dinamo. Pernah suatu ketika jari ibu saya tertembus jarum jahit, dan beliau malah senyam-senyum, pernah juga beliau saat mencari makan untuk kambing jari telunjuk beliau tersabet sabit dan ujung jarinya terpotong, saat itu saya tidak ada di rumah, dan beliau berjalan ke balai dusun tetangga yang sedang mengadakan pengobatan gratis dengan berjalan kaki pada waktu siang hari, dan itu membuat saya menangis, tidak hanya keringat yang beliau korbankan untuk saya, tetapi darah pun mengalir ketika harus memberi makan kambing untuk selanjutnya dijual untuk keperluan kami. Ada satu hal yang harus teman-teman ketahui, anak kambing yang dibagi hasil dan menjadi bagian kamin tidaklah pernah menjadi kambing yang benar-benar dewasa, karena keburu butuh uang untuk keperluan kami. Ketika menitipkan uang bersama surat putih kecil dengan tulisan khas yang isinya tidak jauh dari kata-kata: "ngga mung iki mamak iso kirim, njaluk ngapura, sinau sek sregep", bahkan kadang selembar surat tanpa isi juga pernah: "mamak ora due duwit ngga, sesok dienteni yo".

Itu ibu saya, seberapa pun ibu saya memiliki pekerjaan yang secara kemapanan sangat jauh, tetapi saya bangga pada ibu saya, itulah alasan saya tidak pernah meminta apa-apa kepada ibu saya, makan saja susah.

Di SMA saya berusaha menangkap ilmu yang diberikan semaksimal mungkin agar bisa membanggakan ibu saya, masuk ke kampus biru. Walaupun dulu itu sangat terlihat abstrak, bahkan memimpikannya pun saya tidak bisa, tahu kampus biru seperti apa pun tidak. Ya sudah sekarang hanya belajar, itu yang ada di pikiran saya.

Sebagai anak-anak yang tumbuh dewasa saya juga mengalami masa dimana saya dihadapkan pada sesuatu yang sebetulnya saya hindari, ya soal suka pada wanita. Sebisa mungkin saya menghindari hal itu, tetapi ternyata semakin dihindari semakin besar rasa suka itu pada seorang wanita. Entah itu suka atau kagum saya tidak tahu, saya belum dewasa, dan yang saya tahu hanya saya suka melihat dia di dalam kelas. Saya berusaha keras untuk menghilangkan rasa itu, karena itu saya pikir hanya menambah beban hidup saya saja, dan ternyata itu malah menjadi salah satu motivasi untuk menunjukkan diri di hadapannya bahwa saya layak menjadi salah seorang pria yang mengaguminya. Entah apa dia tahu atau tidak, tetapi saya harap tidak, karena setelah disini kami pasti memiliki jalan sendiri-sendiri, dan satu hal yang membuat saya untuk tidak berterus terang, saya sadar siapa diri saya. Siapapun dia, saya berterimakasih karena dia termasuk satu dari sekian motivasi saya untuk mencapai cita-cita saya. Dia adalah wanita yang saat kelas XII bertempat duduk di barisan tengah urutan nomor 2 sebelah kiri. Well, saya doakan beliau menjadi seseorang yang dapat memberikan motivasi bagi orang lain selain saya, dan saya sangat berharap suatu saat nanti dia di antara berjuta laki-laki pemujanya mendapatkan seorang jatukrama yang benar-benar mencintai dan dengan tujuan hanya untuk membangun relasi dan keturunan yang selalu memberikan ruang untuk kebahagiaannya di dunia dan di akhirat nanti, biarlah kasih Tuhan selalu menyertaimu, aku selalu mendoakanmu.

Di SMA guru-guru yang saya miliki memiliki tekad yang luar biasa untuk memajukan pola pikir dan akademik siswa SMA. Perjuangan berat untuk dapat mencapai tujuan tersebut, bahkan ada beberapa guru yang berasal dari Sleman, Jogja, dan Piyungan, beliau-beliau adalah manusia yang lebih dari sekedar guru besar bagi saya, karena tidak ada emas atau berlian yang dapat membeli perjuangan beliau-beliau.

"Cogito Ergo Sum"


Kamar Kost 1:06 am

Read more ...

Waktu Tadi

Tidak terasa hari-hari telah berlalu, dan tanpa sadar saya telah membuang banyak waktu dengan percuma, tetapi alasan fisik memang tidak dapat dilawan :/. Sehari ini belum tidur, dan mata ini sudah sangat berat, dan masih banyak tugas untuk esok hari dan itu belum kelar sama sekali :D. Entah saya harus mencari motivasi dari mana lagi, satu demi satu film, cerita, prosa, puisi, biografi, video motivasi dan berbagai jenis media yang dapat memotivasi telah saya baca, dengar dan terkadang lihat entah hanya video atau orangnya langsung. #menyombongkan diri dengan jujur :)
Dulu pada saat SMA rasanya waktu tidak secepat ini :D, mungkin karena memang kegiatannya tidak sepadat ini, dan baru terasa sekarang bahwa SMA memang masa yang baik untuk istirahat sejenak sebelum menempuh jenjang yang lebih tinggi, tapi bagaimana bisa, karena dalam masa SMA saya malah mempersiapkan SNMPTN dan ujian, so sama saja :D #lalu esensi cerita itu apa dong "____"

Walau jika dipikir ulang, tidak sia-sia kok hari-hari yang dilalui :D. Sebagai contoh hari ini memang tidak banyak kegiatan ekstra kampus, karena memang jadwal akademik padat merayap, hehe, selang 4 jam untuk ke UMY sebar poster teman yang menjadi panitia Semnas Kimia :D. Sekalian melihat-lihat mahasiswa UMY :D. #dan ternyata sangat asik

Praktikum tadi sore juga tidak ada masalah, asistennya menyenangkan, dan pretest saya lulus hehe (harus dong :P). Keseimbangan Kimia dalam Pelarut Air menjadi sebuah percobaan yang menyenangkan, dan menit demi menit tak terasa sudah 2 jam dan kami sudah selesai (kelompok kami sering mendapat pujian asisten, karena cepat :P, tapi ga tahu datanya bagus tidak #gubraakkk :D) 

Oke siapkan agenda dan jadwal tiap jam untuk besok dan untuk saat ini mempersiapkan fisik saja :D

Yap blog kali ini itu dulu, walau tidak ada yang membaca hehe, tapi jika ada yang bertanya 5 W 1 H tentang saya maka akan saya paksa untuk mengunjungi blog ini :P

Selamat malam :)

"Cogito Ergo Sum"

Kamar kost 11:27 pm
Read more ...

26/03/13

Jaga Stand Kamakarya

Setelah selesai kuliah Pengolahan Limbah B3, saya menyempatkan diri ke SIC, dan akhirnya sekarang ke stand KAMAKARYA di KPFT. Bingung mau ngapain akhirnya pinjam laptop Riski dan ngeblog :D, karena saya tidak bawa, malas beratnya. Tadi sebelum sampai sekre kirain mereka sibuk ngapain gitu, tetapi eh malah pada ngegame yang saya tidak bisa haha, dasar. Ada ketua acara, ada KSK acara, ada DPF Teknik juga, ups mereka belum menyadari keberadaan saya (saya duduk di belakang stand). Di minggu-minggu menjelang UTS ini saya malah sibuk mempersiapkan acara KAMADIKSI, it's oke hehe, karena berkat KAMADIKSI saya bisa bertumbuh dan menemukan teman-teman yang luar biasa teladannya :)

Apa tuh ijo-ijo bulet? Kayaknya apel deh :D serbu :P

"Cogito Ergo Sum"

KPFT UGM
14:55 pm
Read more ...

25/03/13

Seminar Motivasi Nasional

Heft, setelah lama tidak buka blog rasanya bagaimana gitu :D. Nah ini ada amanah dari organisasi yang membesarkan saya, sebuah seminar yang mudah-mudahan 99,9 % dapat menginspirasi dan memberikan motivasi untuk terus bernafas juang dalam setiap keadaan dan memberikan sebuah jitabsara yang dapat mendidik karakter yang tidak pernah menyerah dalam menggapai mimpi dan menaklukan segala ekspektasi yang diblamekan kepada kita teman :) Silahkan mengikuti bagi siapa saja yang menginginkan bekal-bekal penuh motivasi itu :) Be there guys :D :)
 
 
------------------------------------------------------------------------------------------------
Kamadiksi UGM, Present "KAMAKARYA"
SEMINAR MOTIVASI NASIONAL
Tema : Menembus Batas, Memetik Untaian Mimpi

Keynote Speaker :
Muhammad Nuh (Menteri Pendidikan Nasional)
Revrisond Bazwier* (Pakar Ekonomi Kerakyatan)
Amien Rais* (Tokoh Nasional, Anggota Majelis Wali Amanat UGM)

Waktu : Minggu 7 April 2013 Estimasi Waktu, Pukul 08.00-15.00
Tempat : Auditorium Grha Sabha Pramana UGM, Jalan Pancasila, Bulaksumur, Yogyakarta

IDR : Rp 35.000 (Mahasiswa) , Rp 40.000 (Umum)

Pemesanan Tiket/Pembayaran Via ATM BRI No. Rek 0029-01-103377-50-8 An. Riyani
Atau langsung datang ke Sekretariat KAMAKARYA 2013, Gelanggang Mahasiswa UGM, Jalan Pancasila, Bulaksumur ( Ruang Manager)

Fasilitas : Sertifikat, Bloknote, Snack, Lunch

Dont Miss It, Sebarkan
Informasi Selengkapnya,
www.kamadiksi.ukm.ugm.ac.id/kamakarya
 
  Student Internet Center (SIC) FMIPA UGM
14:31 PM

Read more ...

17/03/13

Kecilnya Arti Pendidikan di Daerahku Yang Terpencil

oleh : Philip Anggo K
Begitulah hal yang  ada di benak saya ketika melihat kembali pada kenyataan pendidikan formal desa saya. Benar jika saya mengatakan bahwa desa saya adalah desa yang kecil. Secara geografis dapat dilihat dalam peta atau google map letak dari desa saya. Jika melihat map dari provinsi DIY maka coba sedikit melirik ke pojok kanan bawah dari map, disitu akan ada sebuah kabupaten yang tidak asing lagi namanya, kabupaten Gunungkidul. Setelah itu mari coba melirik lagi ke pojok kanan bawah sekali lagi, disitu akan terdapat suatu kecamatan bernama Rongkop. Di kecamatan tersebutlah saya tinggal dan memulai awal pendidikan saya mulai dari SD, SMP, sampai SMA. Namun marilah menengok sekali lagi map kita dan kita masukkan sebuah kata dalam pencarian map dengan kata “Botodayaan”, maka kita akan menemukan suatu daerah yang ketika dilihat dari mata map sebagai tempat yang dipenuhi bukit di setiap sudut map.
Di desa Botodayaan ini saya bertumbuh besar dan mendapatkan pendidikan awal saya di tingkat sekolah dasar, tepatnya di dusun Kenteng. Lingkungan yang sangat ramah terhadap desa kami membuat kami terbiasa hidup nyaman dengan bergantung pada alam sekitar kami. Desa kami dalam pemandangan saya merupakan desa ladang dan bukit, mengapa? Karena di setiap mata memandang, maka yang akan ditemui mata adalah gunung atau bukit dengan beberapa gubuk di lerengnya dan juga ladang baik di lereng maupun lembahnya, dan hanya beberapa rumah warga yang terlihat menyelingi tinggi dan luasnya bukit dan ladang. Dari situ sumber dari penghasilan penduduk kami, walaupun ladang kami merupakan ladang tadah hujan namun kami juga masih merasakan kesejahteraan dari sana.
Sekilas akan terlihat makmur, namun seiring bertambahnya usia saya merasa ada hal yang seharusnya ada namun tidak ada. Hal tersebut adalah kesadaran akan pentingnya pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi dan sistem perempuan menikah muda yang dianggap umum di desa saya, bahkan kadang perjodohan pun masih terlihat di sana-sini. Bukan tanpa alasan saya menulis hal di atas, namun di desa saya banyak kaum hawa yang masih sangat muda pada umurnya, dan yang seharusnya masih mendapatkan pendidikan yang layak, baik pendidikan umum maupun karakter yang berguna untuk masa depannya, namun setelah lulus dari SMA, SMP, bahkan SD langsung dinikahkan dengan seseorang yang dianggap mampu menanggung hidup sang wanita, dimana kaum yang dinikahkan selama yang saya lihat dan ketahui adalah kaum yang rata-rata berusia dua kali lipat lebih tua dari umur sang wanita.
Satu lagi masalah dalam pikiran saya ketika melihat sekeliling saya dan yang ingin saya ceritakan disini, yaitu tentang pemuda-pemuda desa kami yang setelah menempuh pendidikan tingkat dasar langsung terjun ke dunia kerja. Saya tidak tahu mengapa demikian, apakah ini sudah tradisi atau apa. Namun akhir-akhir ini saya menyadari hal itu disebabkan karena desakan dan tuntutan dari orang tua dan terutama dari lingkungan yang mendesak agar segera menghasilkan uang. Mengapa harus segera menghasilkan uang, karena jika tidak menghasilkan uang dan tidak memiliki sepeda motor maka tidak akan ada wanita ataupun orang tua yang mau menikah ataupun menikahkan anaknya pada orang itu. Selain hal itu, jawaban utama ketika ditanya mengapa tidak melanjutkan ke perguruan tinggi adalah karena faktor biaya yang dianggap sangat besar dan tidak mungkin untuk menyanggupi melanjutkan studi.
Dilihat sekilas hal ini masih sangat umum bagi mereka yang melihatnya dari segi pandang materi. Namun ketika semakin lama saya melihat kehidupan mereka dengan segera mereka mengalami banyak masalah yang rata-rata adalah karena kekurangpengetahuan akan bagaimana memanajemen ekonomi yang baik, mengatur kehidupan sosial, bahkan mengatur pendidikan anaknya mereka mengalami kesulitan. Mengapa demikian? saya akhirnya tahu bagaimana mereka baik wanita maupun pemuda yang terjun ke dunia kerja juga merasa tertekan dengan adanya tuntutan dari sekelilingnya terutama desakan dari orang tua akan wanita yang harus segera menikah agar dengan segera banyak cucunya, karena dengan banyak cucu maka kehidupan ekonomi akan semakin membaik karena akan semakin banyak yang mencari uang, atau dinikahkan dengan orang yang memiliki banyak ladang dan yang lain yang dianggap kaya. Sedangkan para pemuda yang dituntut untuk segera memiliki uang untuk membeli sepeda motor agar dapat menarik perhatian dari wanita, sehingga secepatnya juga dapat menikah dan membangun kehidupan rumah tangga.
Itu hanya sedikit alasan yang saya ketahui mengapa hal ini terjadi. Dan dari sini saya simpulkan bahwa hal yang seperti itu sebenarnya dikarenakan kurangnya pendidikan formal dan karakter baik pada anak maupun orang tua. Karena seorang anak yang berpendidikan akan segera menolak jika dituntut untuk segera menikah atau bekerja pada usia dini, karena mereka pasti juga akan berpikir tentang masa depan yang semuanya memerlukan pendidikan yang tidak hanya dapat diperoleh di pendidikan tingkat dasar saja. Sedangkan orang tua yang melek pendidikan juga tidak akan menuntut anaknya untuk menikah muda atau bekerja pada usia dini, karena dengan begitu mereka tahu bahwa dengan menjodohkan atau menuntut anaknya segera bekerja pada usia muda akan merenggut hak mereka untuk mendapatkan pendidikan yang sebenarnya dapat memberikan masa depan yang cerah bagi anak-anaknya.
Dari hal diatas dapat disimpulkan satu poin penting tentang apa sebenarnya yang harus segera diperbaiki dari sistem yang ada di desa saya, yaitu pengetahuan akan pentingnya pendidikan bagi anak dan juga pada orang tua. Mengapa harus dua-duanya(anak dan orang tua)? Bukankah pendidikan itu hanya untuk anak saja? Jawabannya adalah memang pendidikan itu akan didapat sang anak saja, namun pengetahuan akan pentingnya pendidikan itu harus dimiliki oleh dua pihak tersebut. Dua-duanya merupakan sinergi yang tidak dapat dipisahkan untuk memberikan kehidupan yang cerah bagi kedua belah pihak. Sang anak harus memiliki suatu metivasi tersendiri tentang kehidupan masa depan mereka yang sangat bergantung pada pendidikan yang mereka dapat, tidak sekedar lulus sekolah menengah lalu kerja, karena pasti akan berdampak kepada kehidupan yang kurang cerah. Namun di sisi lain sang anak juga harus mendapatkan dukungan dari orang tua dalam hal pendidikan tersebut, baik dukungan moral maupun material agar sang anak lancar dan termotivasi selama menempuh pendidikan untuk hidup yag lebih cerah.
Pernah ada dalam pemikiran saya untuk membentuk suatu forum yang memberikan sosialisasi pentingnya pendidikan formal baik bagi orang tua maupun bagi sang anak, namun sampai saat ini belum terlaksana. Di samping itu saya juga memiliki sebuah gagasan untuk berbicara kepada bapak kepala desa saya tentang pendapat saya yang demikian agar dibentuk suatu program kerja tentang penyuluhan secara rutin yang memberikan pengetahuan akan pentingnya pendidikan formal bagi kehidupan pribadi dan kehidupan bersama. Dengan diadakannya penyuluhan atau sosialisasi dengan pembicara yang dapat merubah cara pandang masyarakat yang demikian menjadi masyarakat yang memiliki pengetahuan akan pentingnya pendidikan formal pada jenjang yang lebih tinggi, atau paling tidak mengubah cara pandang menikah usia muda atau bekerja pada usia muda itu sangat tidak baik mengingat pada masa itu merupakan masa dimana sesorang masih mendapatkan pelayanan baik dari keluarga maupun masyarakat.
Selain hal diatas saya sendiri sebagai seorang mahasiswa juga mencoba menceritakan keadaan desa saya di berbagai forum yang dengan hal tersebut saya berharap forum akan memberikan perhatian akan keadaan desa tersebut, dan belum berapa lama akhirnya saya dapat menarik minat dari teman-teman dari suatu forum dan teman-teman menyetujui untuk sebisa mungkin datang ke tempat dimana saya dahulu mengenyam pendidikan di bangku SMA. Tidak hanya selama saya studi di kampus saja saya akan mencoba memberdayakan masyarakat di desa saya, namun walaupun masih sekedar pemikiran tujuan utama saya adalah untuk merubah cara pandang masyarakat yang menganggap pendidikan itu tidak penting menjadi sebuah pola pikir yang mengedepankan pendidikan.
Mungkin lewat event ini juga yang diadakan oleh Sospol in Action saya merefleksikan apa yang selama ini mengganjal di hati saya, bukan demi tujuan apapun, tetapi agar teman-teman dari kota metropolitan juga tahu keadaan dari pendidikan di desa saya. Jika di Jakarta setiap muda menenteng tas untuk pergi kuliah, maka di desa saya para muda banyak yang menenteng sabit, ataupun alat kerja lainnya yang dibilang kasar. Di desa saya hanya sedikit saja yang melanjutkan studi ke bangku sekolah menengah atas, kebanyakan dari mereka langsung bekerja atau menikah ketika lulus sekolah menengah pertama. Sering pasti teman-teman mendengar bahwa Jogja adalah “kota pelajar”, itu memang benar, tapi darimana pelajar itu berasal? Kebanyakan adalah berasal dar kota, atau bahkan pulau lain, sedangkan masih banyak tempat-tempat merupakan bagian dari Jogja tetapi tidak melanjutkan ke studi yang lebih tinggi.
Disini juga mungkin diperlukan penyuluhan yang tidak hanya dari mahasiswa atau dari desa sendiri tetapi alangkah lebih baiknya jika penyuluhan akan pentingnya pendidikan baik formal maupun nonformal merupakan suatu program kerja yang memang harus dan rutin dilaksanakan oleh pemerintah, terutama penyuluhan kepada orang tua dari anak-anak di desa-desa terpencil yang masih sangat kecil tingkat pendidikannya seperti desa saya misalnya. Namun pasti tidak dapat secepat itu saya atau usaha saya untuk mewujudkan keinginan saya tersebut, tetapi saya percaya suatu saat nanti saya pasti akan diberikan kesempatan untuk benar-benar dapat merubah keadaan desa saya terutama menuju pemikiran yang mau mengedepankan pendidikan sebagai modal menuju masa depan yang lebih cerah. Mungkin dengan melakukan suatu perkumpulan kecil atau apa, karena saya di desa saya mungkin dikenal warga karena saya adalah orang yang melanjutkan ke bangku perkuliahan. Walaupun di desa saya adalah orang paling miskin dengan rumah berukurn 5x4 meter dengan dinding bambu lantai tanah, namun dengan pendidikan yang saya tekuni saat ini saya akan mencoba menggunakan hal tersebut untuk memberikan gambaran akan pentingnya pendidikan pada tingkat yang lebih lanjut.Karena saya berpikir, apalah arti kita berpendidikan tinggi jika kita tidak dapat menularkannya pada lingkungan sekitar, maka sebisa mungkin saya akan memberdayakan masyarakat desa yang telah membesarkan saya.
“Cogito Ergo Sum"
 
diambil dari:  http://sospolinaction.blogspot.com/2012/10/kecilnya-arti-pendidikan-di-daerahku.html#.UUYHfMq85-4

Senin, 18 Maret 2013
Kamar kost 1.:16 am
Read more ...

15/03/13

Dua Ibu Pengais Sampah

Tetap pukul 6:26 saya melangkahkan kaki keluar pintu kost dengan niat lari pagi di GSP. 30 meter kemudian di jalan di gang Kinanthi agak ke dalam tanpa sengaja saya melihat seorang nenek-nenek berpakaian sederhana mengais sebuah bak ukuran 2x1 yang saya tahu itu adalah bak sampah. Masih pagi sekali saat itu, saya memberikan senyum yang dibalas dengan senyum juga oleh nenek tersebut. Sedangkan di sisi lain, saya melihat jalan yang masih sangat sepi dan pintu-pintu rumah yang masih belum terbuka. 

Tidak jauh dari situ ketika sampai di depan cyrcle K juga ada ibu-ibu separuh baya yang mengambil beberapa benda dari dalam tong sampah samping tiang listrik, yang kemudian benda tersebut dimasukkan ke dalam keranjang sepedanya, dan saya melihat keranjang yang hampir penuh bukti sudah lama beliau mengumpulkan barang-barang tersebut.

Hebat, perbedaan yang sungguh luar biasa, karena hanya selang beberapa meter terdapat manusia-manusia yang dapat dengan mudah melewati jarak ratusan kilo mencari tujuannya hanya dalam beberapa jam di atas aspal hitam dengan kendaraannya, tetapi kedua ibu ini hanya beberapa barang dalam beberapa tong sampah.

Setelah keliling GSP beberapa kali, melihat lurusnya Boulevard, GSP, dan Merapi saya masih memikirkan hal tersebut. Kapan perbedaan sosial di Indonesia ini, walau idealistis dapat terselesaikan. Pasti ada jalan, suatu saat nanti.

"Cogito Ergo Sum"

Sabtu, 16 Maret 2013
Kamar Kost 6:45
Read more ...

Mengagumi Wanita

Mengerti wanita adalah ilmu paling sulit bagi kaum pria yang tidak memiliki pengalaman dalam menjalin relasi dengan wanita, karena tidak dapat dijelaskan secara ilmiah, dan itu saya alami selama saya mengenyam sekolah menengah atas, antara kelas dua sampai kelas 3 SMA. Kebingungan untuk membedakan rasa kagum dengan rasa yang lain amatlah sulit, bahkan kadang kita tidak merasakan dua-duanya.

Ketika rasa kagum itu datang, maka yang kita inginkan hanyalah dapat memandang dia setiap pagi di dalam kelas, dan paling tidak dapat saling sapa, itu sudah lebih dari cukup daripada tidak sama sekali. Keinginan untuk dapat berkomunikasi adalah hal yang akan diinginkan semua orang yang merasa kagum atau rasa lain pada seseorang, dan itu adalah hal tersulit untuk dilakukan, yaitu berkomunikasi dengan menyembunyikan kekaguman itu. Hingga akhirnya ada satu cara efektif untuk dapat berkomunikasi, yaitu mencari berbagai gara-gara yang dapat membuat kita bertengkar, sesuatu hal yang bodoh jika didengar, karena bukan relasi yang baik yang akan didapat, tetapi sebaliknya. Tetapi tunggu dulu, saya bilang hanya ingin berkomunikasi, tidak lebih dari itu. 

Pertengkaran itu memang membuang-buang tenaga dan mungkin membuat orang yang kita kagumi malah risih atau benci kepada kita, apalagi itu wanita, yah tentu saja, itu wajar. Memang bodoh, tetapi saya berpikir, segelap apapun kebencian itu, selalu ada titik putih yang membuat hitam itu tidak sempurna, sebaliknya titik itu akan menjadi suatu pandangan yang luar biasa indahnya ketika dikelilingi oleh gelapnya hitam. Seperti yang dibilang dosen kuantum saya: "Tidak pernah ada yang namanya kegelapan mutlak di dunia ini", maksudnya masih ada sesuatu yang invisible yang sesungguhnya mungkin akan lebih terang dari warna macam-macam cahaya yang dapat kita lihat. Sehingga saya percaya separah apapun cara yang saya lakukan (karena kekurangdewasaan saya) waktu itu, saya malah merasa senang, karena saya melakukan cara yang tidak dilakukan oleh orang lain. 

Jika orang lain mendekati lawan pasangannya dengan berbagai rayuan gombal, itu malah membuat suatu kebohongan dalam "dirinya" dan "kita" akan bertambah besar dan besar, sehingga saya mencoba berkomunikasi dengan orang yang saya kagumi dengan cara lain, yaitu pertengkaran yang tentunya dalam skala kecil-kecilan dan dalam kurun beberapa jam saja. Saya sadar dari situ akan menimbulkan dampak positif, yaitu terbukanya pribadi "dia" yang sesungguhnya, sehingga kita secara langsung akan mengetahui karakter seperti apa dia dan apakah masih pantas untuk menyandang "orang yang kita kagumi", selain itu jika kita memiliki tujuan untuk memiliki hubungan lebih daripada seorang pengagum, maka "cara berbeda" ini dapat memberikan sensasi tersendiri bagi dia dan kita, dan percayalah bahwa kita akan menjadi nama yang akan selalu dikenang diantara beratus pria yang pernah dikenal atau menjalin hubungan khusus dengannya.  

Selama mengaggumi, koreksilah sebarapa pantas dia layak untuk kau kagumi.

"CogitoErgo Sum"

Sabtu, 16 Maret 2013
Kamar Kost 4:48 am 
Read more ...

Kritis

Kadang dalam menjalani realita roda-roda, dimana kita bernafas terlalu banyak ironi yang mengundang berbagai pertanyaan dalam hati kita. Sesuatu yang sumbang untuk didengar, mengganjal untuk dilihat, dan tidak enak untuk dirasakan telah banyak mengganggu otak kita yang hanya sebesar dua kepal tangan.

Kadang kita ingin mengkritisi sesuatu hal itu, entah pandangan ini akan menimbulkan kebencian atau malah masa lain yang masuk dalam pendapat kita. Ketika sebuah pendapat kita keluar, seolah mata lain memandang kita sebagai orang yang hanya ingin menilai saja, benar memang untuk menilai, kehidupan adalah untuk menilai diri sendiri dan orang lain sehingga suatu idealitas yang diidam-idamkan itu terwujud. Tetapi kenyataannya memang tidak seperti itu, hak menilai orang lain membuat kita kadang ingin mengorbankan orang lain untuk mencapai kepuasan sendiri. Bukan hal yang munafik, saya juga sadar tidak sadar pasti pernah melakukannya, entah itu dahulu, sekarang atau nanti pasti saya akan melakukannya lagi, tergantung seberapa kuat komitmen saya dalam mencegah hal itu terjadi.

Kadang kita ingin menyatakan pendapat, dan tidak tahu ternyata pendapat kita adalah pendapat paling bodoh ketika kemudian kita menyadari hal tersebut, hingga timbul pertanyaan tentang keangkuhan kita untuk menilai dan menilai terungkap di hadapan diri sendiri. Tetapi itulah jiwa demokrasi yang telah tertanam dalam diri kita sejak lahir, karena memang sewajarnya jika rasa mual itu muncul ketika perut tidak menginginkan sesuatu yang tidak diinginkan masuk ke dalam lambungnya. Walau kita harus berpikir ulang akan menjadi apa pernyataan kita nanti jika sudah didengar pasangan telinga yang lain, dan tidak munafik saya selalu langsung berbicara jika memang itu mengganggu, daripada menjadi api yang semakin besar ketika diperam.

"Cogito Ergo Sum"
Sabtu, 16 Maret 2013
Kamar kost 4:12 am
Read more ...

14/03/13

Saya Masih Harus Belajar

Haha, ini saya lagi galau, karena merasa saya kok semakin lama merasa kemampuan saya dalam bidang akademik kok menurun :/. Saya tidak tahu apa alasannya, tetapi saat melihat teman yang terasa hebat kok malah jadi minder nih. Akhirnya merenung lagi di selasar MU dan menuangkan kegalauan ini, hehe. 

Sebenarnya saya tadi belajar keseimbangan kimia, dan ketika diberi soal kok saya malah agak lelet gitu :D, haha (jujur sih belum belajar sama sekali dari awal masuk:D), ya sudah mungkin ini saja :D. Mudah-mudahan ini dapat menghilangkan persepsi beberapa orang yang menganggap saya terlalu wah, haha. Tidak, inilah saya, saya masih belajar, dalam proses menuju pengetahuan itu :).

"Cogito Ero Sum"

Jum'at, 15 Maret 2013
11:21 AM Selasar FMIPA UGM
Read more ...

Fecebook Lebay

Setiap saya membuka facebook selalu ada hal yang mengganggu, bukan karena kebanyakan notif atau apa, tetapi karena (maaf) nama akun atau status yang menurut saya terasa tidak seharusnya (lebay :D). Itu yang membuat saya kadang terasa malas (padahal setiap hari buka fb :P). Nama fb yang sulit dibaca, panjang (seperti kalimat saja), dengan statusnya yang juga tidak jauh-jauh dari seputar kegalauan anak muda, tetapi mayoritas mengurus cinta lah (kebanyakan saya tidak tahu siapa pemilik akunnya, karena yang saya kenal sekarang mayoritas menggunakan nama sendiri).

Hal di atas biasanya dialami oleh anak muda yang masih seumuran SMA (walau kadang ada yang jauh lebih tua dari itu), dan tataran di bawahnya. Saya tidak tahu apa yang menyebabkan itu, darimana virus ini datang, kenapa harus dengan nama dan status yang lebay, kenapa yang dibicarakan selalu itu-itu saja, seperti tidak ada topik lain :D. Saya tidak tahu, apakah itu sesuatu yang keren atau bagaimana (karena saya merasa itu sama sekali tidak keren :P).

Pernah saya mencoba masa bodoh dengan semua itu, tetapi ternyata toh saya malah kepikiran terus (bagaimana tidak jika saya setiap membuka fb selalu menemukan hal tersebut :/ ), sehingga akhirnya saya ingin menulis dalam blog ini. Mungkin ada yang tersinggung, tetapi ini demokrasi boy, jadi saya bebas mengutarakan semua yang mengganjal dalam pikiran saya.

Kalau yang lebay anak SMA dan yang berumur di bawahnya sih tidak masalah, tetapi kalau itu adalah mereka yang sudah memiliki umur yang cukup dalam segi kedewasaan berpikir kok sayang sekali ya rasanya, ada rasa kurang sreg saja dengan hal itu :D

Itu hal yang membuat saya terganggu, tetapi bagaimana dengan saya, apakah saya tidak pernah lebay seperti mereka? Bagaimana saya di pandangan mereka? Saya tidak tahu, tetapi satu  hal yang menjadi satu jawaban saya, mungkin (mungkin lho, M-U-N-G-K-I-N :P) dulu saya juga pernah lebay :D. Seperti saat dulu nama fb saya yang Philip a'Einstenetion, sms saya yang sangat bertentangan dengan EYD, dan yang lainnya yang itu mengindikasikan jika itu adalah anak lebay. Tetapi saya ada penjelasannya boy tentang nama fb dan gaya sms itu :P, dan itu dapat dijelaskan secara ilmiah :P.

Pertama tentang nama fb, saya adalah penggemar Albert Einstein, sehingga saya rasa wajar jika nama fb saya dahulu seperti itu (a'Einstenetion), dan itu tidak lebay-lebay amat :P, malah kelihatan keren :P. Sedangkan tentang gaya sms yang sangat melenceng dari EYD adalah karena mengikuti mode teman-teman SMA saya :D, karena jujur demi Tuhan saya juga tidak tahu apa to bagusnya itu, karena saya sendiri pun juga rasanya seperti terepaksa jika harus menulis dengan gaya seperti itu, hingga akhirnya tidak sampai 2 bulanan saya menggunakan bahasa yang baik dan benar :P (kecuali untuk beberapa kependekan untuk meminimalisasi karakter :D). Dan apa yang saya rasakan sekarang jika mengingat saya dulu pernah lebay? SAYA SANGAT MALU sekali :D, amat sangat begitu malu sekali banget :D.

Jadi kesimpulannya seberapa kurang sukanya saya, dan seberapa saya kurang memaklumi mereka yang bergaya lebay saya mengakui saya juga pernah, walau tidak sampai hitungan tahun :P. Jadi silahkan saja berlebay ria, dan rasakan malunya :).

"Cogito Ergo Sum"

Jum'at, 15 Maret 2013
2.16 am
Read more ...

12/03/13

Laskar Hari 1

Hari itu hari jum'at 22 Februari ketika saya mulai melangkahkan kaki ke gelanggang mahasiswa utara bunderan UGM. Seharusnya saya harus mengikuti kelas terakhir, yaitu Kimia Kuantum jam 3 sore setelah satu hari penuh kuliah, tetapi saya mengalihkan perhatian dari mata kuliah yang dijauhi ini dan bergegas sambil menenteng plastik berisi makanan, mantol, jaket, dan sandal jepit persiapan Laskar BEM KM UGM 2013.

Selama menjalani pendidikan, saya tidak pernah meninggalkan apa yang namanya pelajaran untuk hal lain sepenting apapun itu, tetapi entah mengapa pola pikir ini akhirnya hilang setelah mengetahui bahwa ternyata akademik saya hanyalah mempelajari 1,4 % dari seluruh ilmu yang ada di UGM. Kenapa? UGM memiliki 18 Fakultas dan 1 Sekolah Vokasi, artinya jika saya kuliah di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, maka saya hanya mempelajari (1/19) x 100 %, hasilnya 5, 26 % saja ilmu yang saya dapat. Tetapi ternyata dalam Fakultas MIPA sendiri ada 7 jurusan dan beberapa prodi di dalamnya yang semuanya tidak mungkin saya peroleh begitu saja, belum lagi se-UGM yang memiliki lebih dari 70 jurusan, yang jika dihitung (1/70) x 100 %, hanya 14 % ilmu yang saya dapat selama kuliah di Kampus Biru ini. Sangat sayang jika aku harus lulus dengan ilmu yang sebenarnya sangat kurang untuk menghadapi apa yang namanya kehidupan. 

Jika aku harus berbicara tentang alasan, maka alasan di atas bukanlah alasan yang satu-satunya dan yang terpenting, bukan itu. Jika saya ditanya tentang alasan, maka saya akan mengajak anda untuk pergi ke perempatan selokan mataram, atau lampu merah mirota kampus, atau ke malioboro, atau kemana saja yang dapat menimbulkan kesedihan mendalam dalam hatimu. Rasa yang akan menusukmu pasti, turut merasakan beban itu. Ya, apalagi jika bukan kurang beruntungnya saudara kita yang lain.

Bukan tanpa alasan saya ingin bergabung di BEM KM 2013, silahkan jika menganggap saya sok-sok-an, silahkan menganggap saya numpang nama, dan silahkan menganggap saya hanya sekedar mengikuti kemana gerak-gerak itu mengalir, silahkan. Mereka yang di BEM saya yakin memiliki suatu panggilan yang sama, keingintahuan akan disiplin ilmu yang beragam, kepedulian sosial yang tinggi, hati yang memihak kalangan kecil, dan segala sesuatu yang berhubungan dengan masyarakatlah yang membuat mereka dan saya bergabung di BEM. Entah mereka anak pejabat, entah anak seorang pembantu sekalipun bersatu padu memikirkan hal-hal yang tidak semua orang peduli kepada pemikiran itu.

Jika saya ingin, saya bisa menjaga tubuh dan pikiran saya selama kuliah di kampus ini dan membuat prestasi akademik maupun nonakademik saya pinunjul dari yang lain. Jika saya ingin, saya dapat membuat tubuh saya gempal dengan makanan, tetapi tidak, saya sering dikatakan kurus oleh beberapa orang, termasuk ibu dan beberapa tetangga saya yang kaget melihat saya saat pulang kampung. Jika saya ingin, saya dapat tidur 6 jam sesuai anjuran, tetapi tenyata tidak, panggilan memaksa dan memaksa untuk tidak melakukan itu. Saya boleh buta mata terhadap keadaan mereka yang dipinggir jalan, tetapi saya tidak dapat buta hati, itu mengapa saya bergabung di kementrian SosMas BEM KM UGM. Melatih kemampuan bersosialisasi, memikirkan metode dari banyak sudut pandang teman-teman aktivis, dan mengenal mereka lebih awal, sehingga saya tidak gagap pada kesimpulan nanti jika Tuhan mengijinkan saya mengemban apa yang bernama amanah.

Siapa bilang anak MIPA itu kurang sosialistis, tidak, semua orang dapat melakukan itu, saya tahu, dan itu saya, ini saya.

Sekitar pukul 03.45 4 truk beriringan menuju waduk Sermo kulonprogo, bukan dnegan kendaraan yang mewah, bahkan kami harus rela membuat tubuh kami basah dan dingin diterpa hujan dan angin di tengah jalan, tetapi dasar para aktivis buka mengkerut jiwanya, tetapi canda semakin menggelora memperbincangkan segala sesuatu yang dapat diperbincangkan, dan saya memastikan itu bukan hal yang sia-sia, kami berbicara INDONESIA. Ya, INDONESIA, cerewet sana-sini ga karuan, debat, dan lain sebagainya, dan saya pun juga ingin mengutarakan beberapa persepsi bodoh saya.

Entah pukul berapa kami sampai, tetapi kami disambut panasnya tubuh dan menenteng ratusan tasdi atas kelelahan berdiri di jalan, luar biasa masih juga banyak canda tawa. 

Hari pertama diadakan kontrak-kontrak Laskar, debat, dan was wes wos lainnya. Malam yang tadinya tenang diganti dengan badai, hujan, angin masuk pendopo, segera kami melakukan perlindungan terhadap diri sendiri dan teman, basah sudah sepatu dan tas di luar pendopo. Karena keadaan sehabis badai, maka wanita diperbolehkan tidur di ruang gedung di utara atas pendopo, tetapi kami laki-laki mendirikan tenda, walau harus di dalam pendopo, karena situasi yang tidak memungkinkan.

Ketika tubuh ini saya bimbing menuju pojok tenda, entah apalagi yang dilakukan teman-teman laskar yang lain setelah mendirikan tenda, sudah tidak terdengar, kelelahan dan peringatan akan agenda esok hari harus dipersiapkan, alam bawah sadar menungguku, membuatku bertanya mimpi apa yang disuguhkan malam ini.

Selasa, 12 Maret 2013
Read more ...

05/03/13

Galau

Hari ini tidak seperti hari-hari biasanya "_". Terasa beban kok semakin berat saja, tidur tidak tenang, karena selalu saja diganggu dengan 2 laporan praktikum yang belum terjamah dan juga 3 proposal yang sama sekali belum terjamah juga :D. Deadline rasanya semakin dekat saja menjemput tanggungjawabku :D. Selain itu komitmen untuk menulis secara rutin di blog setiap harinya harus menjadi prioritas paling akhir "_". 

Tidak menang dalam lomba yang diadakan Ernawati Literary yang penganugerahannya diadakan kemarin malam membuat galau semakin meningkat saja :D. Belum lagi ini setengah tiga wajib melanjutkan praktikum kemarin yang belum selesai :/.

But it's oke lah, siap-siap, semangat, dan terus berusaha memberikan yang terbaik bagi kampus dan teman-teman Kimia FMIPA UGM, dan tentu saja kepada ayah, ibu, dan kedua adik saya yang saat ini saya tidak tahu sedang melakukan apa. Doakan saya mak :D. I'll do the best, semangat-semangat :)

Terakhir:

Tuhan tolong hambaMU ini, biarlah semua terjadi seturut kehendakmu dan hanya untuk kemuliaanMU saja :)

KEEP FIGHT :)

"Cogito Ergo Sum"

(Selasar MIPA Utara 2:17 pm)
Read more ...

01/03/13

Mahasiswa MIPA


Setelah lumayan lama tidak menulis blog, akhirnya saya berusaha menyempatkan diri untuk menulis kembali pikiran-pikiran saya.

Pukul 8 am saya bangun dan memulai aktivitas biasa, mandi, makan, ke kampus dan menghadapi mata kuliah Analisis Insrumental 1 yang luar biasa manfaatnya (walau membingungkan), kuliah ini bertempat di lab Fisika Dasar UGM. Jam pertama bersama sorang guru besar berinisial Mud, merupakan dosen berpretasi 3 di Indonesia, lulusan Keio University, dengan pengalaman religi dan hidup yang baik diteladani jejaknya. Membaca cerita beliau saya merasa memiliki banyak kesamaan dengan beliau, yaitu 70 % sama dalam pengalaman masa kecil yang sederhana. Cara mengajar yang benar-benar profesional membuat mahasiswa yang diajar tidak bosan mendengarkan. Hingga akhirnya 1 sks pun selesai, dan kami pun bergegas keluar, karena harus pegi ke MIPA selatan yang jaraknya cukup jauh. 

Di ruang T2.01 saya kembali beruntung karena kembali diajari seorang dosen yang juga berstatus sebagai guru besar di Kimia UGM alias profesor, ibu W. Di dalam kelas kami mempelajari tentang kesetimbangan Kimia yang ternyata jauh lebih kompleks dari pelajaran SMA, dan ini membuat saya berpikiran bahwa kurikulum SMA harus dirubah agar dapat sedikit lebih mendalam mempelajari ilmu Kimia ini, ini penting untuk pengetahuan di masa depan yang sudah jelas ilmu Kimia sangat dibutuhkan kebermanfaatannya. 

Di SMA saya mungkin merasa hebat dengan kemampuan saya menguasai materi selama SMA, hingga kadang saking besarnya kepala saya, saya merasa semua di luar kepala saya. Hingga akhirnya saya menjejakkan kaki di kampus ini dan menerima setiap materi, deg, ya Tuhan aku bagaikan zero man, seperti pecundang yang malu ketika melihat lawan lebih hebat dari dirinya. Saya tidak tahu apakah saya satu-satunya manusia yang seperti ini di kampus besar ini. Hingga kata pepatah mengingatkan saya: "di atas langit masih ada langit".

Di kelas tersebut saya melihat muka-muka khas MIPA yang terkenal dengan pesantrennya kampus UGM, kesopanan dan keramahtamahan yang sudah tidak perlu diragukan lagi, otak yang tidak penting untuk ditanyakan, dan waktu yang berlaksa kali lipat dari 1001 malam untuk menceritakan pegalaman tiap-tiap individu. Saya mendengarkan, kadang tanya, dan saya berusaha untuk bisa mencerna semua yang diberikan oleh ibu W. Kalem dan lemah lembut beliau yang membuat saya betah diajar oleh beliau, dan juga tuntutan akademik membuat saya harus memaku perhatian saya pada setiap tulisan dan perkataan beliau.

Saya harus memuji setiap individu yang ada disini, belum lagi mahasiswa Kimia di kelas lain, atau jurusan, dan bahkan Fakultas lain. Jika kampus saya ibarat pohon sesawi, maka saya adalah butirnya, saya adalah yang terkecil di antara mereka. Ya, saya menganggap diri seperti itu, dan sesungguhnya ituah yang memacu semangat saya untuk lebih melejit lagi dalam mengejar sederetan mimpi yang jauh di luar sana. 

Setelah selesai saya diantar teman baik saya ke MIPA utara, disana saya bertemu lagi muka-muka khas MIPA, hanya saja ini dari macam-macam jurusan. Saya duduk sejenak di bangku selasar, memperhatikan lalu-lalang mahasiswa yang tidak pernah berhenti, membuat selasar ibarat jalan tol-nya mahasiswa untuk beraktivitas, juga sebagai ruang metting terbuka berbagai Hima, Forga, Club Study dan lain-lain. Ada yang mengurus PKM sana-sini, atau beberapa obrolan yang terkesan ilmiah, atau beberapa guyonan cerdas dari beberapa orang. Saya kemudian merenung sembari melepas lelah: 

Memikirkan Indonesia 20 dan 30 tahun mendatang adalah memikirkan pemimpin yang secara sadar atau tidak sadar yang sekarang mungkin menjadi teman kita, sahabat kita, pacar kita, teman nge-PES kita, teman ngangkring kita, teman guyonan kita, satu organisasi kita, satu kelas kita, satu trainning kita, satu kelompok praktikum kita, atau bahkan kita sendirilah yang mungkin nanti menjadi pemimpin yang tidak dinyana-nyana. Dan dari mereka siapa? Itu? Ini? Yang itu? Yang ini? Atau saya? Jika saya, maka haruskah saya untuk berhenti mencari sosok-sosok yang dapat memotivasi saya? Tidak, siapapun mereka, saya berharap mereka adalah pemimpin yang jujur dan amanah. Bahkan saya akan menolak saya sendiri jika saya mengetahui saya akan menjadi pemimpin yang tidak amanah pada rakyat.

Tetapi kemudian saya melihat ketika adzan shalat jum'at berkumandang, maka 95 % laki-laki segera lenyap, kemana? Ya, ke mushola di tengah-tengah kampus, pemandangan yang indah. Tinggal saya, beberapa laki-laki yang beragama non mulim, dan perempuan yang tinggal di selasar atau di tempat lain. Suasana sekejap menjadi tenang, begitu juga saya. Melihat hal tersebut saya menjadi yakin bahwa MIPA memiliki calon-calon pemimpin masa depan yang memiliki modal iman kuat, dan inilah karakter utama yang dibutuhkan seorang pemimpin agar dapat mengemban tugas berat untuk jujur dan amanah. Pantas saja, ketika saya ada kegiatan di luar fakultas dan ketika teman-teman lain mengetahui saya dari MIPA langsung berbicara dengan hati-hati dan tidak seperti awal ketika belum mengetahui bahwa saya mahasiswa MIPA. Mengapa demikian, ternyata setelah saya bertanya kepada beberapa orang, saya mendapat keterangan bahwa rata-rata anak MIPA itu jarang bicara dan menulis, tetapi banyak berpikir. Itu jawaban umum yang saya dapatkan, tetapi ada jawaban yang saya sendiri juga merasakannya, yaitu anak MIPA itu jarang bicara, tetapi sekali bicara mengerikan. Nah, apakah saya termasuk golongan itu? I don't think so, saya merasa biasa saja dan tidak seperti itu. Saya tetap anak biasa yang berusaha menggapai mimpi dengan kuliah di kampus penuh mimpi ini saja. Mungkin benar untuk mereka, tetapi not about me.

Tulisan di atas bukan dalam rangka saya menyombongkan diri, tetapi lebih ke arah saya mengagumi kampus dan insan-insan di dalamnya yang harus saya teladani setiap kebaikan yang ada di dalamnya. Tulisan ini hanya sekilas ketik, dan dengan netbook pinjaman supaya hati saya merasa lega ketika dapat menuangkan pikiran ke dalam tulisan. Semoga bermanfaat.


"Cogito Ergo Sum" 

(MIPA Utara 16.28 pm)
Read more ...