LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR
REAKSI SAPONIFIKASI SERTA PENGUJIAN
SIFAT SURFAKTAN
SABUN DAN DETERGEN
(A1)
Disusun Oleh:
Nama : Philip Anggo
Krisbiantoro
NIM :11/317579/PA/14282
Prodi/
Fakultas : Kimia/ FMIPA
Hari,
tanggal, jam : Senin, 30 April 2012
Asisten : Herni Dwi Astuti
LABORATORIUM KIMIA DASAR
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU
PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2012
REAKSI SAPONIFIKASI SERTA
PENGUJIAN SIFAT SURFAKTAN
SABUN DAN DETERGEN
I.
Tujuan
Percobaan
1. Mempelajari proses saponifikasi suatu
lemak dengan menggunakan kalium hidroksida (KOH) dan natrium hidroksida (NaOH)
2. Mempelajari perbedaan sifat sabun dan
detergen
II.
Dasar
Teori
Lemak
dan minyak adalah trigliserida, atau triasilgliserol. Kedua istilah ini berarti
“trimester (dari) gliserol”. Perbedaan antara suatu lemak dan suatu minyak
bersifa sebarang: pada temperature kamar lemak berbentuk padat dan minyak
bersifat cair. Sebagian besar gliserida pada hewan adalah berupa lemak,
sedangkan gliserda dalam tumbuhan cenderung berupa minyak; karena itu biasa
terdengar ungkapan lemak hewani (lemak babi, lemak sapi) dan minyak nabati (minyak
jagung, minyak bunga matahari).
Asam karboksilat yang diperoleh dari hidrolisis suatu lemak
atau minyak, yang disebut asam lemak, umumnya mempunyai rantai hidrokarbon
panjang dan tak bercabang. Lemak dan minyak seringkali diberi nama sebagai
derivate asam-asam lemak ini. Misalnya, tristearat dari gliserol diberi nama
tristearin, dan tripalmitat dari gliserol, disebut tripalmitin. Minyak dan
lemak dapat juga diberi nama dengan cara yang biasa dipakai untuk penamaan
suatu ester: sebagai contoh, gliseril tristearat dan gliseril tripalmitat.
Kebanyakan lemak dan minyak yang terdapat dalam alam merupakan trigliserida
campuran- artinya, ketiga bagian asam lemak dan gliserida tidaklah sama.
Rantai hidrokarbon dalam suatu asam lemak dapat bersifat
jenuh atau dapat pula mengandung ikatan-ikatan rangkap. Asam lemak yang
tersebar paling merata dalam alam, yaitu asam oleat, mengandung satu ikatan rangkap.
Asam-asam lemak dengan lebih dari satu ikatan rangkap adalah tidak lazim,
terutama dalam minyak nabati; minyak-minyak ini disebut poliunsaturat
(polyunsaturated). (Fessenden, 1982)
Reaksi penyabunan (saponifikasi) dengan menggunakan alkali
adalah reaksi trigliserida dengan alkali (NaOH atau KOH) yang menghasilkan
sabun dan gliserin. Reaksi penyabunan dapat ditulis sebagai berikut:
C₃H₅(OOR)₃ + 3NaOH → C₃H₅(OH)₃ + 3NaOOCR
Reaksi pembuatan sabun atau saponifikasi menghasilkan sabun
sebagai produk utama dan gliserin sebagai produk samping. Gliserin sebagai
produk samping juga memiliki nilai jual. Sabun dengan berat molekul rendah akan lebih mudah larut dan memiliki
sruktur sabun yang lebih keras. Sabun memiliki kelarutan yang tinggi dalam air,
tetapi sabun tidak larut menjadi partikel yang lebih kecil, melainkan larut
dalam bentuk ion. Pada proses saponifikasi trigliserida dengan suatu alkali,
kedua reaktan tidak mudah tercampur. Reaksi saponifikasi dapat mengkatalis
dengan sendirinya pada kondisi tertentu dimana pembentukan produk sabun
mempengaruhi proses emulsikedua reaktan tersebut, menyebabkan suatupercepatan
pada kecepatan reaksi.
Detergen merupakan penyempurnaan dari sabun dan kelebihannya
adalah bisa mengatasi air sadah dan larutan asam, serta harganya lebih murah.
Detergen sering disebut dengan istilah detergen sintesis yaitu detergen yang
dibuat berasal dari bahan-bahan sintesis. (Luis,S. 1994)
Ketidakuntungan sabun muncul bila digunakan dalam air sadah,
yang mengandung kation-kation logam tertentu, seperti Ca, Mg, Fe, kation-kation
tersebut menyebabkan garam-garam natrium atau kalium dari asam karboksilat yang
semula larut menjadi garam-garam karboksilat yang tidak larut.
(Sastrohamidjojo, 2005)
Sabun memiliki sifat sebagai berikut:
a.
Sabun
adalah garam alkali dari asam lemak suku tinggi, sehingga akan dihidrolisis
parsial oleh air. Karena itu larutan sabun dalam air bersifat basa.
b. Jika larutan sabun dalam air diaduk,
maka akan menghasilkan buih, peristiwa ini tidak terjadi pada air sadah. Dalam
hal ini sabun dapat menghasilkan buih setelah garam Mg atau Ca mengendap dalam
air.
CH₃(CH₂)COONa + CaSO₄Na₂SO Ca(CH₃(CH₂)₁₆COO)₂
c.
Sabun mempunyai
sifat membersihkan. Sifat ini disebabkan proses kimi koloid, sabun (garam
natrium dari asam lemak) digunakan untuk mencuci kotoran yang bersifat polar
maupun nonpolar. Molekul sabun memiliki rantai hydrogen CH₃(CH₂)₁₆ yang
bertindak sebagai ekor yang bersifat hidrofobik (tidak suka air) dan larut
dalam zat organic. Sedangkan COONa⁺ sebagai kepala yang bertindak sebagai
hidrofilik (suka air). (Bairley,AE. 1950)
III.
Metode Percobaan
Alat
dan Bahan
Alat:
1. Gelas beker 50 mL
2. Gelas beker 100 mL
3. Gelas arloji 3 buah
4. Gelas corong
5. Pengaduk gelas
6. Kertas saring
7. Tabung reaksi 14 buah
8. Pipet tetes
9. Gelas ukur
10. Kertas lakmus
11. Kaki tiga
12. Pemanas
Bahan:
1. Minyak kelapa sawit 3 mL
2. KOH/etanol 10% 20 mL
3. Air kran
4. NaCl jenuh 25 ml
5. Sabun kalium 5 ml
6. Sabun natrium 5 ml
7. Larutan sabun natrium 5 tetes
8. Larutan sabun kalium 5tetes
9. Larutan sabun detergen 5 tetes
10. Larutan CaCl₂ 0,1% 5 ml
11. Larutan MgCl₂
0,1% 5 ml
12. Larutan FeCl₂ 0,1% 5 ml
13. Sabun
14. Minyak satu tetes
Skema Alat
Cara Kerja
Pembuatan Sabun Kalium
Minyak
sebanyak 3 ml dimasukkan ke dalam gelas beker 50 ml. Kemudian ditambahkan 20 ml
KOH/etanol 10% lalu dipanaskan sambil diaduk. Setelah itu, kesempurnaan
saponifikasi diuji dengan meneteskan hasil reaksi ke dalam air (tidak ada
tetesan lemak). Kemudian sabun kalium terbentuk sampai terjadi cairan kental
dan liat. Sabun kalium kemudian digunakan untuk membuat sabun natrium pada langkah
pembuatan sabun natrium.
Pembuatan Sabun Natrium
NaCl
jenuh 25 ml ditambahkan pada hasil sabun kalium yang telah didapat, kemudian
diaduk sampai rata, dan padatan yang terbentuk disaring dengan menggunakan
kertas saring (sabun natrium). Kemudian hasil sabun kalium dan natrium
ditampung pada tempat yang tersedia, dimana untuk percobaan sabun yang
digunakan adalah sabun yang telah tersedia.
Analisa Asam Lemak dan Sabun
Padatan
sabun kalium dan natrium diambil dengan pengaduk gelas dan masing-masing dimasukkan
ke dalam tabung reaksi dan aseton 2 ml dan ditambahkan HCl etes demi tetes
hingga suasana menjadi asam dengan cara dilakukan pengetesan emnggunakan kertas
lakmus. Kemudian diamati kelarutan sabun kalium dan natrium dalam aseton.
Sifat Sabun dan Detergen
3 gelas arloji disiapkan dan diolesi dengan
satu tetes minyak pada masing-masing gelas arloji. Kemudian masing-masing gelas
arloji dibersihkan dengan menggunakan sabun kalium, natrium, dan detergen.
Kemudian diamati kemampuan masing-masing sabun dalam mengikat lemak.
Disiapkan 12 tabung reaksi, 4 tabung
ditambahkan 5 tetes sabun kalium, 4 tabung sabun natrium, dan 4 tabung
detergen. Kemudian tiap 4 tabung ditambahkan tiap-tiap tabung masing-masing
dengan 5 ml CaCl₂ 0,1%, 5 ml MgCl₂ 0,1%, 5 ml
FeCl₂ 0,1%, dan air kran. Kemudian masing-masing tabng digojok rata dan diamati
endapannya.
IV.
Hasil Percobaan
dan Pembahasan
1. Hasil percobaan
Jenis sabun
|
Wujud
|
Warna
|
Bau
|
1.
Sabun Kalium
|
Padatan
|
Kuning gading
|
Bau lemari kayu
|
2.
Sabun Natrium
|
Liat
|
Kuning gading
|
Analisis Asam Lemak dan Sabun
Sampel
|
|
1.
Sabun Kalium
|
Lebih cepat larut
|
2.
Sabun Natrium
|
Lebih cepat larut
|
3.
Minyak
|
Sifat Sabun
dan Detergen
Sampel
|
Uji membersihkan lapisan minyak pada
gelas arloji
|
1.
Sabun Kalium
|
Mengikat sedikit minyak
|
2.
Sabun Natrium
|
Mengikat minyak, namun lebih sedikit
dari sabun K
|
3.
Sabun Detergen
|
Mengikat minyak paling banyak
|
Kemampuan
Sebagai Surfaktan
Sampel
|
Pengamatan
|
|||
Larutan
CaCl₂
|
Larutan
MgCl₂
|
Larutan
FeCl₂
|
Air kran
|
|
1.
Sabun Kalium
|
Terbentuk endapan putih menyebar
|
Terbentuk endapan putih menyebar
|
Terbentuk endapan putih menyebar
|
Terbentuk endapan putih menyebar
|
2.
Sabun Natrium
|
Terbentuk gumpalan putih
|
Terbentuk gumpalan putih
|
Terbentuk gumpalan kuning
|
Terbentuk gumpalan putih
|
3.
Sabun Detergen
|
Larutan bening
|
Larutan bening
|
Larutan bening
|
Larutan bening
|
PEMBAHASAN
Percoaan ini
memiliki tujuan untuk mempelajari proses saponifikasi suatu lemak dengan
menggunakan kalium hidroksida (KOH) dan natrium hidroksida (NaOH) dan
mempelajari perbedaan sifat sabun dan detergen.
Sabun adalah garam logam alkali dari
asam-asam lemak, dimana dalam percobaan ini alkali yang dimaksud adalah kalium
(K) dan natrium (Na). Reaksi pembentukan sabun ini disebut sebagai reaksi
saponifikasi atau reaksi penyabunan. Reaksi saponifikasi dengan menggunakan natrium
hidroksida (NaOH) adalah sebagai berikut:
CH₂O₂C(CH₂)₁₆CH₃ CH₂OH
│ (KALOR) │
CH₂O₂C(CH₂)₁₆CH₃
+ 3NaOH → CHOH + 3CH₃(CH₂)₁₆CO¯Na⁺
│ │
CH₂O₂C(CH₂)₁₆CH₃ CH₂OH
Tristearin Gliserol Sodium Stearat (suatu sabun
Na)
Dan reaksi saponifikasi dengan menggunakan KOH adalah sebagai berikut:
O
││
H₂C—O—C—R₁ H₂C—OH R₁COO¯K⁺
│ O │
││
H₂C—O—C—R₂
+ 3KOH HC—OH
+ R₂COO¯K⁺
│ O │
││
H₂C—O—C—R₃ H₂C—OH R₃COO¯K⁺
Triasilgliserida Gliserol sabun kalium
(Tim Penyusun Kimia FMIPA, 2012)
Dai reaksi-reaksi
diatas dapat diketahui bahwa sabun mengandung terutama garam C₁₆ dan C₁₈, namun dapat
juga mengandung beberapa karboksilat dengan bobot atom lebih rendah yang
dihasilkan dari reaksi suatu minyak atau lemak dengan alkali, dalam hal ini
natrium dan kalium yang menghasilkan gliserol dan suatu sabun natrium dan
kalium sebagai produk utama. Sabun yang dihasilkan memiliki kemampuan
mengemulsi kotoran berminyak. Hal ini disebabkan oleh dua sifat sabun yaitu,
pertama rantai hidrokarbon sebuah molekul sabun larut dalam zat nonpolar,
seperti tetesan-tetesan minyak. Kedua, ujung anion molekul sabun yang tertarik
pada air ditolak oleh ujung anion molekul-molekul sabun yang menyembul dari
tetesan-tetesan minyak lain. Karena tolak-menolak antara tetes-tetes
sabun-minyak, maka minyak itu tidak dapat saling bergabung, tetapi tetap
tersuspensi.
Pada perlakuan larutan sabun
dengan asam klorida encer akan menghasilkan campuran asam lemak:
R₁COO¯K⁺ R₁COOH
R₂COO¯K⁺ +
3HCL R₂COOH
+ 3KCl
R₃COO¯K⁺ R₃COOH
Pada pembuatan sabun
kalium, setelah 3 ml minyak dimasukkan ke dalam gelas beker ditambahkan 20 ml
KOH/etanol 10% dan dipanaskan sambil diaduk. Etanol disini berfungsi sebagai
pelarut yang semakin lama semakin habis karena menguap, hal ini disebabkan
karena titik didih etanol yang lebih rendah daripada minyak. Pemanasan
dilakukan untuk mempercepat reaksi, karena dengan kenaikan suhu, maka energi
kinetic akan semaki cepat sehingga reaksi berlangsung lebih cepat. Setelah itu
akan terbentuk sabun kalium. Hasil kesempurnaan saponifikasi dapat dites dengan
meneteskan hasil reaksi ke dalam air, yaitu semakin sedikit atau tidak ada
tetesan lemak dalam air, maka reaksi saponifikasi berlangsung semakin smepurna.
Hasil tersebut memiliki wujud padatan berwarna kuning gading dengan bau yang
menyerupai lemari kayu.
Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
O
││
H₂C—O—C—R₁ H₂C—OH R₁COO¯K⁺
│ O │
││
H₂C—O—C—R₂
+ 3KOH H₂C—OH + R₂COO¯K⁺
│ O │
││
H₂C—O—C—R₃ H₂C—OH R₃COO¯K⁺
Kemudian sabun yang
dihasilkan digunakan untuk membuat sabun natrium. Sabun kalium yang dihasilkan
ditambahkan NaCl jenuh. Hal ini bertujuan untuk memisahkan sabun dari produk
sampingan dari reaksi sebelumnya, yaitu gliserol. Setelah itu akan terbentuk
suatu yang berbentuk padatan setelah dilakukan penyaringan dengan menggunakan
kertas saring. Padatan inilah yang disebut dengan sabun natrium yang memiliki
waena kuning gading.
Pada percobaan
analisis asam lemak dari sabun, padatan sabun kalium dan sabun natrium diuji
kelarutannya dalam aseton. Setelah ditambahkan aseton 2 ml ditambahkan HCl
dengan tujuan memberikan suasana asam pada larutan dimana keasaman diukur
dengan menggunakan kertas lakmus. Reaksi sabun kalium dengan HCl adalah sebagai
berikut:
K + HCl → KCl
Dan reaksi antara sabun natrium dengan HCl:
Na + HCl → NaCl
Aseton merupakan senyawa yang
memiliki sifat polar. Campuran asam lemak dari sabun kalium dan natrium dapat
larut dalam asetons esuai asas like dissolve like, yaitu senyawa yang memiliki
kemiripan kemolaran akan saling melarutkan. Dari hasil percobaan diperoleh
bahwa sabun kalium lebih cepat larut dalam aseton daripada sabun natrium, hal
ini dikarenakan K⁺ yang lebih mudah lepas daripada Na⁺.
Sehingga sabun kalium akan lebih cepat larut. Sabun natrium juga dapat larut
dalam aseton, karena minyak memiliki rantai karbon yang panjang dan bersifat
nonpolar. Sehingga sesuai asas like dissolve like minyak tidak dapat larut
dalam aseton yang bersifat polar.
Pada percobaan sifat sabun dan
detergen, minak kelapa sawit dioleskan pada tiga gelas arloji dan dibersihkan
masing-masing dengan menggunakan tiga tetes larutan sabun natrium, tiga tetes
sabun kalium, dan tiga tetes larutan sabun detergen dengan tujuan untuk
mengetahui kemampuan membersihkan atau mengikat lemak pada masing-masing sabun.
Dari hasil percobaan diketahui bahwa sabun kalium dapat mengikat lemak dalam
jumlah yang sedikit. Pada sabun natrium dapat mengikat lemak namun lebih
sedikit dari sabun kalium. Sedangkan sabun detergen memiliki kemampuan mengikat
lemak paling tinggi. Hal ini dikarenakan detergen memiliki sifat dapat
mengemulsi lemak secara sempurna, yaitu bagian nonpolar dari ujung-ujung
hidrokarbon pada detergen megelilingi tetesan minyak secara merata, sehingga
detergen dapat mengemulsikan lemak. Sedangkan pada sabun natrium dan kalium,
sabun kalium dapat melarutkan minyak/lemak lebih banyak dari sabun natrium. Hal
ini disebabkan karena sabun kalium merupakan sabun lunak, sehingga akan
memiliki kemampuan melarutkan lemak daripada sabun natrium.
Pada percobaan efek ion sadah
(kemampuan sebagai surfaktan) penggojokan yang dilakukan memiliki tujuan agar
pencampuran berjalan sempurna dan tercampur secara merata. Dalam hal ini
percobaan dilakukan untuk mengetahui kemampuan sabun dalam air sadah, yaitu air
yang mengandung kation divalent Ca²⁺, Mg²⁺, dan Fe²⁺, yang dapat membentuk
endapan.
Dari hasil percobaan didapatkan bahwa pada
larutan CaCl₂, MgCl₂, dan FeCl₂ dan air kran yang ditambahkan pada sabun kalium
dan sabun natrium, semuanya terbentuk endapan-endapan. Sedangkan pada sabun
detergen tidak ditemukan adanya endapan. Hal ini membuktikan bahwa sabun
detergen dapat bekerja secara efektif dalam air sadah dengan bukti bahwa tidak
ditemukannya endapan pada sabun detergen saat direaksikan dengan air sadah.
Pada sabun kalium dan natrium adanya kation divalent Ca²⁺, Mg²⁺, Fe²⁺ akan membentuk endapan denagn anion
karboksilat dari sabun.
Reaksi-reaksi dari detergen dengan kation
divalent sebagai berikut:
Detergen
dengan Ca²⁺
2ROSO₃Na
+ Ca²⁺ → (ROSO₃)₂Ca + 2Na⁺
Detergen
dengan Mg²⁺
2ROSO₃Na
+ Mg²⁺ → (ROSO)₂Mg + 2Na⁺
Detergen
dengan Fe²⁺
2ROSO₃Na
+ Fe²⁺ → (ROSO)₂Fe + 2Na⁺
Reaksi
sabun kalium dengan Ca²⁺
2RCOOK
+ Ca²⁺ → (RCOO)₂Ca + 2K⁺
Reaksi
sabun kalium dengan Mg²⁺
2RCOOK
+ Mg²⁺ → (RCOO)₂Mg + 2K⁺
Reaksi
sabun kalium dengan Fe²⁺
2RCOOK
Fe²⁺ → (RCOO)₂Fe + 2K⁺
Reaksi
sabun natrium dengan Ca²⁺
2RCOONa
+ Ca²⁺ → (RCOO)₂Ca + 2Na⁺
Reaksi
sabun natrium dengan Mg₂⁺
2RCOONa
+ Mg₂⁺ → (RCOO)₂Mg + 2Na⁺
Reaksi
sabun natrium dengan Fe²⁺
2RCOONa
+ Fe²⁺ → (RCOO)₂Fe + 2Na⁺
V.
Kesimpulan
1. Proses saponifikasi harus dilakukan oleh
senyawa alkali, yaitu KOH untuk sabun kalium dan NaOH untu sabun natrium.
2. Detergen memiliki kemampuan membersihkan
minyak dan kotoran tanpa dipengaruhioleh tingkat kesadahan air, sedangkan sabun
tidak dapat bekerja pada air sadah.
VI.
Daftar Pustaka
Bailey,
AE. 1950. Industrial oil and Fat Product.
New York: Intersholastic Publishing Inc
Fessenden
& Fessenden. 1982. Kimia Organik Edisi
Ketiga. Jakarta: Erlangga
Luis,
S. 1994. Soap and Detergen, A Theoritical
and Practical review. New York: AOCS Press
Sastrohamidjojo,
H. 2005. Kimia Organik (Stereokimia,
Karbohidrat, Lemak, & Protein). Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press
Tidak ada komentar:
Posting Komentar