Ada kalanya aku tersenyum melihat cakrawala tersenyum manis padaku, dan itu adalah senyum satu-satunya hari itu untukku
Tidak hanya hari itu, karena setiap hariku kulalui dengan lelah tanpa senyum manusia untukku
Terasa tersesat dengan dunia yang tidak kuingini, dan aku, aku hanya bisa berpikir lagi dan berangan-angan lagi
Setiap malam 1 kasur, 1bantal, 1 lemari, 1 lampu yang dibagi untuk dua ruangan yang bersekat kayu, dan beberapa buku pinjaman perpustakaan yang menjadi tempatku bercanda dan tertawa
dan ya, dalam kesendirian
Ingin kutatap bintang tiap malam, tetapi aku sudah lelah, kapan aku bisa tidur, dan buku itu menantiku, menantiku untuk menjadikannya teman dalam kesendiriannya
Aku tidak paham buku itu, walau tetap saja aku kadang tersenyum melihatnya
Buku yang bisu, saranaku mencapai mimpiku, siapa tahu, siapa tahu, siapa tahu tuah sang buku
Kasur itu menjadi saksiku disaat malam, menjadi tumpuan ringannya tubuh kecilku, dan betapa aku gelosotan memikirkan mimpi, dan ah, perutku yang lapar
Bantal itu juga, menjadi satu-satunya yang mau kurangkul di dunia ini selain ibu
Bantal itu mendengarkan setiap ceritaku dari pagi hingga malam menjelang selain ayah
Tetapi dia tidak bisa menggantikan Tuhan yang memberikan hati yang ingin kuat ini padaku
Aku bercerita bahwa aku tadi pagi berdiri di depan saat upacara bendera, aku tidak mau dibelakang, karena aku takut dibuli teman-temanku
Aku juga perlihatkan topi SMA ku yang setia melingkari kepalaku, dan satu-satunya yang mengerti panasnya kepala menghadapi keadaan sekelilingku, tetapi dia meneduhkanku
Aku tunjukkan juga tas yang sudah robek sana-sini
Bantal itu mungkin tersenyum padaku, dan kuharap dia bangga padaku ketika aku bercerita bahwa aku ulangan Kimia dan Biologi mendapat seratus
Tetapi dia diam...
Walau diam, dialah kepercayaanku dalam 6 tahun prihatinku
Tawaku kurasakan bersama bantal itu, tetapi lebih banyak air mata yang kutumpahkan disitu daripada rasa girangku karena aku juara satu
Kupeluk erat bantal itu, kugigit erat-erat ketika teringat hal menyakitkan yang kualami hari itu
Senyumku kala siang adalah hutang yang kubayar dengan tangisku kala malam
Aku tidak tahu bantal itu akan kesakitan, yang kutahu, dia pasti mengerti aku
Dia mati, tetapi dia hidup bagiku, dia yang mau mendengarkan ceritaku, mimpiku, dan bualan masa depanku
Pagi hari yang dingin saat rapuhnya raga ini bangun, dia tidak melepaskan dirinya dari pelukan eratku, bahkan gigitanku saat aku greget dalam dalam dunia mimpi
Aku bangun, dan dengan berlandaskan hangatnya bantal itu kubuka Perjanjian Tuhan dalam Kitab Suci itu, sejenak aku mencari petunjuk Tuhan akan hari ini
Aku baca dan mencoba menegarkan hati ini, baris demi baris, berusaha menegakkan keyakinan yang kuat untuk melewatkan hari dengan nama Tuhan
Aku meminta jadikan aku periang hari ini, biar aku mengukir hari ini dengan senang dihati, walau sekelilingku mengukir kepedihan
Tetapi tetap aku berusaha sabar menantikan perjanjian-Mu, karena aku tahu Engkau tidak akan meninggalkan aku yang kering kebahagiaan ini. Biarlah aku menunggu janji itu.
Biarlah aku dan bantalku...
"Cogito Ergo Sum"
18 April 2013
Kamar Kost 7:49 pm
Tidak ada komentar:
Posting Komentar