09/04/14

Pulau Rote Part II

Keberangkatan
Selasa, 14 Januari 2013
            Pukul 06:30 WIB saya sampai di stasiun Lempuyangan setelah malam sebelumnya mempersiapkan apa yang dibutuhkan untuk survey KKN. Saya berpikir mulai hari itu saya akan menemui hal-hal yang tidak saya temui sebelumnya, terutama pengalaman naik pesawat untuk pertama kalinya :D, dan jujur saya agak takut :3. Tetapi saya harus memberanikan diri, karena bagaimanapun hal yang harus dilakukan untuk mencapai Pulau Rote J.
            Pagi itu saya diantar teman saya, disusul Mahe yang diantar Ibu dan teman wanitanya, kemudian Syalwa yang sendirian dan Ade yang dantar oleh Irma dan Ida. Kami ngobrol-ngobrol yang tanpa sadar ternyata kereta kami sudah datang dan sudah ada panggilan untuk masuk. Kemudian kami buru-buru masuk kereta, setelah masuk kereta agak terharu juga melihat Irma dan Ida melambaikan tangan :D, walau mungkin saya-nya saja yang berlebihan :D.
            Kemudian kereta Sri Tanjung yang kami tumpangi mulai berjalan pada pukul 09:35 dan dengan banyak perhentian kami akhirnya tiba di Surabaya pada pukul 14:30 WIB di stasiun Gebeng. Setelah sampai di pintu keluar, ternyata pada saat itu juga kami sudah ditunggu untuk dijemput oleh Bapaknya Ade yang kemudian membawa kami ke Sidoarjo J. Yang ada di pikiran saya selama di dalam mobil adalah: Surabaya ternyata kota, saya kira sama dengan Jogja, eh ternyata malah hampir sama dengan Jakarta :D.
            Di tempat Ade kami disuguhi makanan buatan Ibu Ade yang mak nyos lah :D Disana kami bermain bersama, bermain bola dan Badminton dengan menggunakan raket milik Ade. Kami bermain sampai sore dengan menghabiskan 4 bulu cock karena semuanya mendarat di atap rumah Ade :D.
Bapaknya Ade, baik banget J
 Ini yang saya maksud :3
            Setelah itu kami mandi dan makan kemudian bersiap untuk kemudian berangkat  ke tempat Pakde Ade yang juga tinggal di Sidoarjo, tetapi dekat dengan Bandara Juanda tepat pada pukul 19:30 WIB. Disana kami diterima dengan sangat baik dan disediakan tempat menginap yang nyaman.
***
Rabu, 15 Januari 2014
            Pagi, pukul 05:30 kami bangun pagi dan bersiap untuk berangkat ke Bandara Juanda pada pukul 09:00. Pada saat itu kami mengira perjalanan ke Bandara Juanda lancar, akan tetapi ternyata kami sempat terjebak macet, bahkan Mahe sampai menelepon pihak Garuda untuk menunggu kami karena terjebak macet. Hingga akhirnya kami benar-benar lolos dari jalan yang macet dan segera ngebut ke arah Bandara (bapaknya Ade kalau sudah ngebet beh kencang banget :D).
            Akhirnya kami sampai di Bandara yang luasnya minta ampun dan dengan cepat kami melakukan check-in, saya hanya bingung dan tolah-toleh mau ngapain, dan akhirnya ya cuma ngikut apa yang Ade dan Mahe lakukan :D. Kemudian setelah selesai check in, kami pergi ke waiting room (atau apalah, kurang tahu namanya, gate atau apa lupa namanya). Disana saya mengumpulkan keberanian saya :D, melihat pesawat terbang dan turun, hingga akhirnya setelah kurang lebih setengah jam,penerbangan ke Kupang dibuka dan kami dipersilahkan untuk menuju ke pintu masuk landasan pesawat. Setelah turun kami dijemput menggunakan bus dan diantar ke pesawat Garuda Indonesia Bombardier CRJ1000 Next Gen. Sampai di dalam rasa takut sepertinya hilang :D Akan tetapi setelah pesawat menambah kecepatan saat mau terbang, tiba-tiba saja jadi worst lagi -_-, tetapi bagaimana lagi :D. Pas naik juga rasanya seperti mau jatuh saja, mirip naik kora-kora pada saat ujuang perahu yang kita naiki turun dan naik ke arah seberang J. Agak memalukan, dan mungkin memang memalukan, di tengah itu saya melihat ke arah Ade, dan dia tersenuyum, saya balas dengan senyum kecut, karena masak bisa sesantai itu -_-. Akhirnya pesawat tidak lagi guling kanan dan kiri dan sudah terbang konstan, pada saat itulah saya merasakan enaknya naik pesawat :D.


            Ketika sudah berada pada ketinggian tetap saya merasa kedinginan dan saya mencari tahu bagaimana cara mematikan AC yang ada di atas saya, dan saya menekan satu tombol dan berbunyi “ting”, asem kelihatannya saya salah, dan benar saja, tidak lama kemudian salah satu kru pesawat mendatangi saya dan menanyakan ada yang bisa dibantu atau tidak, saya ya hanya bilang maaf pak coba-coba :D Bapaknya hanya tersenyum, begitu juga Nurul (mahasiswa UMM) yang berada di samping saya :D. Akhirnya pemberitahuan bahwa pesawat segera turun tiba dan pada saat itu kuping saya seperti disumbat dengan keras, dan setelah landing ye, saya sudah menaklukan ketakutan saya :D.
***
            Sampai di bawah kami sudah ditunggu staff intel TNI AD Bapa Syaiful, dan satunya lagi saya lupa namanya (maaf). Kami diantar ke mobil TNI AD, wuis rasanya keren sekali dijemput menggunakan mobil TNI AD :D.
            Selama perjalanan ke mess Korem, Mahe melakukan wawancara dengan Bapa Syaiful tentang keadaan Kupang. Bapa Syaiful bercerita bahwa kita beruntung datang pada musim hujan, karena semua terlihat hijau, karena jika kita datang pada bulan Juli semua akan terlihat berwarna cokelat dari atas pesawat. Selain itu suhunya juga sangat panas, sedangkan pada malam hari terasa sangat dingin karena hembusan angin dari timur yang datang dari arah laut, mengingat disini dekat dengan laut. Bapa Syaiful sendiri sedang cuti dan oleh karena itu beliau siap ketika ditunjuk untuk menjemput kami. Beliau bercerita tentang musim pada saat penghujan kurang baik, hal ini berakibat pada tidak adanya kapal yang menyeberang ke Pulau Rote karena tidak adanya ijin dari BMKG untuk melakukan penyeberangan. Sebenarnya bukan kapalnya yang takut untuk berlayar, karena di Rote Timur terdapat banyak keturunan suku Bugis yang sangat mahir dalam berlayar dan tidak takut pada ombak, akan tetapi karena mematuhi aturan BMKG maka secara serentak tidak ada yang mengoperasikan kapal. Oleh karena itu, pada saat terdesak pesawat carteran adalah pilihan terakhir yang digunakan. Pesawat carteran ini adalah milik maskapai swasta Sushi Air, merupakan maskapai yang dibangun oleh pedagang yang bernama Sushi, yang pada waktu lampau digunakan untuk melakukan transaksi perdagangan di pulau Jawa. Kemudian beliau bertanya kapan akan melakukan KKN, kami kemudian menjawab pada bulan Juli dan Agustus. Beliau kemudian berkata bahwa pada bulan tersebut keadaan laut bersahabat pada kita, karena tidak ada gelombang yang tinggi, dan setiap hari akan ada kapal baik Ferri cepat maupun Ferri lambat yang beroperasi, sehingga tidak usah khawatir pada bulan Juli ketika akan menyeberang ke Pulau Rote dari Kupang. Akan tetapi pada bulan tersebut yang perlu disiapkan adalah panas yang katanya lumayan ekstrim di Kupang, dengan malam yang memiliki dingin yang ekstrim pula. Beliau juga berpesan untuk jangan lupa mencoba bemo (di jawa “angkot”) yang disini benar-benar full music dan grafiti serta full hiasan :D. Disini ada kebiasaan orang yang menggunakan angkot, yaitu penumpang tidak akan naik jika angkotnya tidak ada musiknya, atau dengan kata lain akan semakin banyak penumpangnya jika musiknya semakin keras. Di dalam bemo kita dapat memesan lagu yang kita inginkan, sedangkan umumnya yang sering diperdengarkan adalah musik dan lagu yang berasal dari Ambon :D. Hingga ada suatu banyolan bahwa orang Kupang ketika masuk anggota TNI AL (kalau tidak salah) pada saat ujian berenang tidak akan lolos, karena jantung dan telingannya tidak kuat, hal ini dikarenakan keseringan naik angkot :D. Ada satu hal lagi yang menjadi perhatian adalah model rambut yang sedang trend di kalangan anak muda adalah model mohak. Setiap mata memandang model rambut laki-laki, maka semuanya pastilah model rambut mohak :D Kata Bapa Syaiful itu adalah model kuno untuk ukuran kita yang sudah dewasa, karena itu kan model rambut kuno :D.
            Pada saat menuju ke mess driver yang menjemput kami adalah Bapa Muhammad yang mungkin juga banyak bercerita kepada Ade dan Syalwa. Pada pukul 16:00 WITA kami tiba di mess Korem yang ternyata seperti rumah dan memiliki perabot dalam kamar yang lumayanlah untuk ukuran saya :D. Di dalam luas serta bersih, ber-AC serta ber-kulkas :3.
            Pukul 17:30 WITA kami dijemput Bapa Syaiful untuk menghadap Komandan Distrik Militer. Sesampainya di dalam ruangan beliau, kami memperkenalkan diri dan Bapak Dandim Subar S.Pd banyak bercerita tentang masa muda beliau selama kuliah di Jogja yang ternyata alumni dari dua perguruan tinggi sekaligus, yaitu UGM dan IKIP (sekarang UNY) Jogja. Beliau kemudian menceritakan tentang keadaan pulau Rote dan juga keadaan musim disini, semuanya hampir sama dengan yang diceritakan oleh Bapa Syaiful selama perjalanan.
            Selepas menghadap Dandim kami berbincang tentang transportasi yang akan kami gunakan untuk perjalanan ke Pulau Rote. Pada waktu itu ada alternatif pesawat, akan tetapi karena biaya yang mahal kami tidak menggunakan alternatif tersebut. Hingga akhirnya ada opsi kapal Awu yang pada hari sabtu akan berlayar dari Surabaya dan akan berhenti di beberapa Pulau termasuk Pulau Rote langsung dari Kupang. Disini kami bernafas lega, walaupun kami harus menunggu tiga hari lagi.
            Pukul 20:02 WITA kami mengobrol di ruang tamu mess yang bernama Flamboyan Kartika. Pada waktu itu kami hanya mengobrol dan melihat Mahe bermain tarot dengan Ade dan Syalwa. Dan asyik juga melihat mereka berbantah-bantahan :D. Mereka berbicara masalah hubungan sosial dan lain-lain yang saya susah mengerti, akhirnya saya hanya menyimak saja :3.
            Kemudian saya pergi ke kamar duluan karena sudah tidak tahan mengantuk :D. Oke inilah cerita dari hari keberangkatan sampai kami tiba di Kupang dan menjadi hari pertama kami di Kupang. Terimakasih sudah membaca J.

“Cogito Ergo Sum”

Kamar kost, 9 April 2014
11:59 pm



Tidak ada komentar:

Posting Komentar