TK,
SD, MTs dan Kecamatan
Senin,
20 Januari 2014
Senin pagi, saya
Mahe, Ade dan Syalwa bangun pagi dan mempersiapkan survey kami ke Londalusi.
Kami pagi itu pergi ke sekolah-sekolah yang ada di Londalusi, yaitu TK, SD dan
SMP yang ada di Londalusi.
Di sana kami langsung bertemu dengan Bapak Kepala
Sekolahnya. Di ruang guru kami berkenalan dan bertanya tentang keadaan
pendidikan yang ada disana. Bapak Kepala Sekolah kemudian menceritakan keadaan
pendidikan yang ada di sekolah tersebut. Beliau bercerita bahwa minat belajar
dari siswa dan siswi yang menempuh studi di MTs Papela masih rendah. Walaupun
begitu terdapat satu dua murid yang meononjol dalam akademik, bahkan ada yang
dapat menang juara II di tingkat Kabupaten di Ba’a. Selain itu ada pula alumni
yang ketika melanjutkan SMA di Kupang menjadi juara kelas di SMA tersebut. Tetapi
rata-rata siswa lainnya masih memiliki kemauan dan motivasi untuk belajar yang
rendah. Teman-teman dapat melihat rekamannya dalam video J.
Ketika kami bertanya tentang kontribusi apa yang dapat
kami berikan, beliau menjawab bahwa motivasi belajar murid-murid masih rendah,
sehingga yang dibutuhkan oleh murid-murid tersebut adalah motivasi yang kuat
untuk belajar, selain itu kurangnya referensi buku juga menjadi penghalang
dalam menimbulkan semangat siswa untuk belajar. Akan tetapi akhir-akhir ini
sudah banyak yang memiliki kesadaran untuk menggunakan waktu luangnya untuk
belajar dan membaca di dalam perpustakaan, hanya saja referensi yang kurang
tetap saja menghambat kegiatan belajar di MTs tersebut. Selain masalah diatas,
juga terdapat kekurangan dalam hal jumlah PC yang digunakan untuk belajar para
siswa, dimana sekolah hanya memiliki 4 PC yang digunakan secara bergantian oleh
siswa. Masalah lain adalah listrik yang sering mati, sehingga walupun ada PC
kadang tidak dapat digunakan karena tidak adanya listrik. Salah satu solusi
untuk menangani hal tersebut adalah digunakannya laptop yang dimiliki guru yang
dipinjamkan kepada siswa untuk belajar.
Kemudian
kami dibawa ke perpustakan, dan benar saja, ternyata satu deret almari dari
kaca tidak sampai 10 % nya yang tersisi buku yang lain masih kosong. Selain itu
ketika melihat tanda kurikulum di buku, belum ada satu pun buku kurikulum 2013,
rata-rata masih menggunakan KTSP, bahkan masih banyak yang menggunakan
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) 2004.
Kemudian
kami berpamitan dan mengambil beberapa foto yang diperlukan untuk data dan
laporan. Dari kelas MTs kami ke kelas TK (TK
dan MTs berdampingan). Di kelas TK kami masuk dan menyapa anak-anak serta
mengambil beberapa foto yang diperlukan untuk data serta wawancara yang
dilakukan oleh Ade J. Disana kami berinteraksi dengan
anak-anak dan sempat mendengarkan nyanyian dari anak-anak yang seblumnya
ternyata diajari oleh Dompet Dhuafa J. Jadi ketika
kami datang mereka berharap untuk belajar suatu hal yang baru seperti nyanyian
dan ice breaking mungkin :D. Ya jadi menurut saya, jika nanti kita tim KKN
datang ke TK tersebut, maka kita harus menyiapkan lagu atau ice breaking atau
kegiatan lain yang dapat memberikan nilai karakter yang dapat terpatri dan
menjadi mindset dari anak-anak yang masih belia tersebut. Tidak perlu bagi kita
menyampaikan teori-teori yang tentunya akan membuat anak-anak bosan dan susah
mengerti. Jadi lebih baik memberikan sesuatu hal yang menyenangkan dan berkesan
untuk anak-anak tanpa meninggalkan nilai positif di dalamnya J.
Hal
menarik dari MTs dan TK ini adalah, mereka masuk dengan melepas sepatu mereka,
sehingga kelas tampak bersih. Selain itu kami mendapat cerita bahwa ketika
murid SMP upacara bendera, maka pada saat waktunya menyanyi, anak-anak TK akan
menirukan nyanyian anak-anak SMP. Dapat dibayangkan kan ramainya suasana saat
itu, dan betapa asyiknya hal tersebut J.
***
Dari
TK dan MTs, kami pergi ke SD Papela 1 yang letaknya sekita 100 an meter dari
tempat kami semula. SD Papela 1 terletak di sebelah jalan dan seberang lapangan
dari TK dan MTs, begitu juga dari rumah Bapa Therik. Pada saat itu kondisi
tanah becek, karena semalam hujan lebat, akan tetapi kenapa teman-teman malah
melewati bagian lapangan yang hilang bagian rumputnya, alhasil sepatu mereka (Mahe terutama) penuh gedebel :D. Kalau saya sih lewat bagian
rumput saja J.
Sesampainya
di SD Papelas 1 kami bertemu dengan beberapa staf pengajar dan kami dibawa
masuk ke ruang guru oleh Bapak-bapak salah staff pengajar (lagi-lagi lupa namanya, maaf -_-). Kami dibawa masuk ke dalam ruang
guru dan kami mulai melakukan wawancara, sebelumnya beliau mengatakan bahwa Ibu
Kepala sekolah (yang ternyata berasal
dari Madiun) sedang tidak ada di sekolah, sehingga beliaulah yang menerima
kami.
Di
SD Papela 1, yang menjadi masalah utama adalah kurangnya staff pengajar. SD
Papela1 ini telah bekerja sama dnegan Dompet Dhu’afa, sehingga ketika kami
datang anak-anak SD mungkin mengira kami adalah dari dompet Dhu’afa, termasuk
Bapak yang telah meneriman kami :D.
Kemudian
kami meminta ijin untuk berkeliling sebentar di kelas-kelas. Setelah mendapat
ijin kami berkeliling, Ade dan Syalwa menyempatkan untuk bercengkerama dengan
anak-anak dan salah satu kelas, sedangkan saya dan Mahe bertanya tentang
keadaan bangunan kelas. Adapun jumlah kelas yang dimiliki oleh SD Papelas
kurang, sehingga pada saat kami datang sedang dibangun 2 buah gedung yang akan
digunakan untuk ruang kelas. Perlu teman-teman ketahui, bahwa semua bangunan
yang ada di Pulau Rote memiliki atap dari seng, begitu juga untuk bangunan gedung
SD. Sehingga kata staff pengajar suhu dari ruangan kelas pada siang hari pada
musim panas dapat mencapai 42 derajat Celcius :D. Mantap kan? :D.
Kemudian
kami juga menyempatkan diri untuk berfoto dengan staff pengajar SD Papela di
bawah pohon lem. Oh ya, pohon lem, di Pulau Rote ada pohon yang dinamakan pohon
lem. Kenapa diberi nama pohon lem? Karena pohon ini menghasilkan buah yang
cairan dalam buahnya dapat digunakan seperti lem. Buah lem seperti buah anggur
yang berwarna hijau saat masih muda, tetapi berwarna merah muda pada saat sudah
masak. Dan benar saja, saat saya mencoba kekuatan merekatkan dari cairan buah
lem memang sama dengan lem yang cair pada umumnya. Salah seorang staff pengajar
juga menceritakan bahwa nuag lem ini sering digunakan sebagai pengganti lem
jika lem yang dijual di toko habis karena masalah distribusi J.
Anak-anak di SD ini very
friendly J,
dibuktikan dengan keramahan mereka ketika kami datang, bahkan sampai mengikuti
kami dan memperhatikan setiap gerak-gerik yang kami lakukan disana J.
Jadi teman-teman tidak usah menakutkan dengan adanya anak nakal disini, karena
selama yang saya lihat tidak ada baik murid TK, SD maupun MTs yang dikatakan
nakal pada umumya J. Semua baik dan mereka sangat curious
dengan kedatangan kita, siapa, sedang apa, mau apa dan pertanyaan itu dapat
saya lihat dari keingintahuan mereka terhadap kami yang datang untuk survey J.
***
Kemudian sekitar pukul 12 an kami pulang pergi ke warung
makan Manja Istri :D. Nama warung makan yang unik, hehe. Saya sendiri juga merasa aneh dengan nama itu, tetapi
kemudian setelah bertanya pemilik warung menjelaskan bahwa setiap isteri pasti
ingin dimanjakan. Hah? Maksudnya? Saya tidak tahu, tetapi oh ya oh ya saja :D
Masih belum tahu apa hubungannya antara makanan dengan nama itu :D.
Warung makan di Manja Isteri menyediakan berbagai
makanan, tetapi ya kayak kantin kampus lah, ada ayam, ada telur ada mie :D.
Yang berbeda disini adalah harganya hehe.
Harganya yang dapat mencapai dua kali lipat di Jogja. Semisal adalah nasi telur
dan es the yang harganya 15 ribu :D, kurang tahu kalau ayam (saya seringnya nasi telur hehe, tetapi
berkisar 17-20 ribu dengan es the J).
Disini harga botol aqua 1,5 liter adalah 8.000 rupiah -_-. Sempat kaget, tetapi
kemudian saya ingat bahwa ini adalah Pulau Rote hehe :D Oh ya, kami disana mendapat julukan dari mama penjual Manja
Isteri, kami disebut sebagai “Anak Manja”
:D. Kurang tahu kenapa kami mendapatkan panggilan tersebut, tetapi ya
oke-oke sajalah :D (Tapi saya bukan anak
manja lho J).
***
Kemudian kami pulang dan mendapati Bapa Therik sudah ada
di rumah dan siap mengantarkan kami survey. Kami kemudian minta diantarkan Bapa
Therik ke Kecamatan yang terletak tidak begitu jauh dari rumah Bapa Therik,
hanya ke barat kurang lebih 3 KM J.
Ketika perjalanan, Bapa Therik yang ada di depan kami
berhenti di depan sebuah gedung tua yang hampir rubuh dengan banyak kotoran
kambing di halaman serta terasnya. Saya awalnya memang sempat bingung, tetapi
saya kemudian baru mengerti bahwa itu adalah kantor kecamatan. Adapun kantor
kecamatan Rote Timur sangat memprihatinkan, kantor ini merupakan bekas rumah
yang hampir roboh yang sudah kehilangan eternitnya dan memiliki tembok yang
retak besar disana-sini.
Di dalam kami disuruh menunggu sebentar dan mengisi
absen. Kemudian setelah beberapa saat kami diantar ke ruangan Bapak Camat.
Setelah masuk, kondisi lebih memprihatinkan lagi. Ruangan Bapak Camat adalah
ruangan tanpa pintu dengan atap seng yang telah kehilangan eternitnya dan satu
retakan besar disudut tangan kanan Bapak Camat. Tidak ada almari, hanya
terdapat satu kursi dan satu menja yang digunakan oleh Bapak Camat melakukan
pekerjaannya.
Setelah dipersilahkan masuk kami kemudian memulai dengan
berkenalan terlebih dahulu dan menyampaikan maksud kedatangan kami disana dan
memberikan surat ijin survey yang diberikan oleh Bu Ketua Ade J.
Bapak Camat kemudian mulai memberitahukan sejarah dari Kecamatan Rote Timur.
Setelah pemekara Rote Timur terdiri dari 6 kelurahan dengan 1 desa, sedangkan sebelum
pemekaran memiliki 9 desa dan 1 keluarahan. Gambaran masyarakat Rote Timur
sendiri adalah memiliki pendidikan yang terbatas, akan tetapi sudah ada yang
melanjutkan studi sampai S1, S2 bahkan sampai S3, bahkan di Londalusi sendiri
telah menghasilkan 2 orang doktor. Di Kecamatan Rote Timur terdiri dari 3 SMP,
1 MTs dan 1 SMA.
Masyarakat
di Kecamatan Rote Timur sebenarnya memiliki kemampuan yang memadai, akan tetapi
faktor eknonomi dan motivasi yang kurang membuat masyarakat Rote Timur enggan
untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi. Masalah yang
harus dibenahi dari masyarakat Rote Timur adalah cara berpikir tentang dunia
pendidikan, dimana masyarakat Rote Timur masih mengadopsi sistem lama, yaitu lebih
mementingkan dunia kerja daripada dunia pendidikan “asal mampu untuk baca tulis dan hitung sudah cukup”. Selain itu mainstream
masyarakat tentang biaya kuliah yang besar adalah hambatan utama akan kesadaran
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Secara umum, anak-anak yang berada di wilayah Rote Barat
kesadaran masyarakatnya lebih tinggi daripada Rote Timur, sehingga jumlah
anak-anak yang mengenyam pendidikan lebih tinggi daripada wilayah Rote Timur.
Hal ini dikarenakan masyarakat Rote Barat sering dikunjungi oleh wisawatan baik
asing maupun dalam negeri, sehingga kesadaran mereka meningkat dengan
kedatangan para pengunjung. Akan tetapi dalam hal keamanan, Rote Timur
merupakan tempat yang paling aman dari seluruh wilayang yang ada di Rote Ndao.
Selain itu dalam hal makanan, Kecamatan Rote Timur tidak sulit, karena
Kecamatan Rote Timur memiliki jarak yang cukup dekat dengan Kupang , sehingga
pemasokan 9 bahan pokok dapat lancar dnegan bantuan perahu motor yang satu
minggu dapat satu atau dua kali beroperasi. Selain perahu motor, setiap hari
juga terdapat kapal Feri baik cepat maupun lambat yang beroperasi.
Di Kecamatan Rote Timur terdapat Posyandu yang dikelola
oleh BPKD dan PNPM. PNPM sendiri mengarah pada pembangunan fisik, sedangkan
sistem dikerjakan oleh bidang pengabdian masyarakat. PNPM yang ada di
Kecapamatn Rote Timur sendiri dirangkul oleh World Bank. Sedangkan KesRa yang
ada di Kecamatan Rote Timur mengatur pembangunan dalam hal keagamaan,
diantaranya adalah pembangunan sarana-sarana ibadah seperti Masjid dan Gereja. PNPM
juga mendukung pembangunan sarana transportasi berupa jalan, sehingga dalam hal
pembangunan jalan sendiri cukup baik.
Beliau juga menjelaskan keadaan Camat di Pulau Rote
dengan Camat yang ada di Jawa jelas berbeda 180 derajat, karena disini Camat
benar-benar bekerja keras untuk pembangunan daerahnya dengan segala
keterbatasannya, sedangkan di Jawa dengan segala kelebihannya. Ada beberapa hal
yang harus diperhatikan bagi pendatang baru di Kecamatan Rote Timur adalah
keadaan makanan dan minuman, cuaca serta pola hidup yang jelas berbeda dengan
yang ada di Jawa.
Beliau juga memberikan beberapa saran, diantaranya adalah
sebagai berikut:
·
Disampaikan kepada pemimpin tentang
pembangunan Kecamatan di Rote Timur
·
Ada sesuatu yang perlu di bidang
kemasyarakatan dan pembangunan
Itulah hal yang beliau
sampaikan tentang harapan beliau.
Untuk religi masyarakat sendiri terdiri dari 50% Muslim
dan 50% Kristen, dan memiliki toleransi agama yang sangat baik, hal inilah yang
membuat Kecamatan Rote Timur merupakan Kecamatan yang paling aman dibandingkan
kecamatan lainnya yang ada di Kabupaten Rote Ndao. Walaupun demikian, ego
kesukuan masih sangat tinggi, yaitu ego untuk menonjolkan sesuatu yang
diwariskan oleh nenek moyangnya, sebagi contoh adalah bahasa. Sehingga walaupun
dalam satu kecamatan, akan tetapi antar daerah atau desa akan memiliki bahawa
yang berbeda pula.
Kecamatan Rote
Timur memiliki kekurangan dalam hal kurangnya air dan listrik, tenaga pengajar
dalam dunia pendidikan, serta kurangnya buku referensi.
Di bagian penutup Bapak Camat memberikan pesan jika ada
yang dibutuhkan silahkan minta saja. Disini saya melihat tanggapan positif dan
Bapak Camat dan juga betapa besar kepercayaan serta harapan yang diberikan
Bapak Camat kepada kita tim KKN PPM UGM Rote Ndao J.
Hal ini dibuktikan dengan bagaimana beliau bercerita dengan penush semangat serta
bagaimana beliau menawarkan bantuan jika nanti ada yang dibutuhkan selam KKN J.
Itulah kawan pertemuan kami dengan Bapak Camat Rote
Timur, kami menyempatkan sejenak untuk foto bersama dengan beliau. Pada saat
hendak melanjutkan perjalanan tiba-tiba saja hujan, oleh karena itu kami
terpaksa berhenti sejenak di kator Kecamatan. Setelah hujan reda kami
melanjutkan perjalanan ke tempat nelayan setempat di Londalusi.
***
Setelah dari Kecamatan kami melanjutkan perjalanan kami
ke Kelurahan Londalusi bertemu dengan Bapak Lurah Londalusi. Bapak Lurah
Londalusi masih saudara dengan Bapa Therik, sehingga mudah untuk ditemui.
Kami kemudian memulai wawancara kami seputar pendidikan
yang ada di Kelurahan yang ada di Londalusi. Kemudian beliau memulai dengan memberikan
informasi mengenai jumlah sekolah yang ada di Kelurahan Londalusi. Kelurahan
Londalusi memiliki 32 sekolah dengan Landuleko (pada tahun 2015 Landuleko akan menjalani pemekaran), dimana data
yang sempat terekam oleh saya adalah sebagai berikut:
·
Mokekuku 3 SD
·
Lakamola 2 SD
·
Matasio 1 SD
·
Sirobeba 2 SD
·
Londalusi 3 SD
·
Papela 2 SD
·
Hondihopo 1 SD
·
Faefua 2 SD
Untuk TK-nya sendiri
ada banyak :D.
Selain tentang pendidikan, beliau juga menyampaikan
tentang salah satu wisata yang ada di Kelurhan Londalusi, yaitu Mulut Seribu.
Mulut Seribu merupakan salah satu wisata air yang dapat dinikmati dari atas
kapal dengan mengelilingi gunung kecil-kecil yang bentuknya mirip satu sama
lain, sehingga dapat membingungkan orang yang tidak terbiasa masuk, seperti
labirin J.
Dinamakan Mulut Seribu, hal ini dikarenaka memiliki celah yang sangat banyak
seperti mulut. Di dalamnya juga terdapat batu yang berbentuk seperti kapal, dan
setelah sampai di dalam Mulut Seribu maka untuk keluar akan susah dikarenakan
bentuk dari gunung yang hampir sama J.
Beliau juga bercerita tentang Puku Afu yang merupakan
selat yang sering menelan korban jiwa. Puku Afu ini pada awalnya bernama Poa
Afu (Poa=Tumpah dan Afu=Abu). Dahulu ada cerita di pinggir pantai terdapat
jejak kaki manusia,tetapi tidak ada manusia. Poa Afu sendiri di mata orang
pintar merupakan titik berkumpulnya energi alam yang tidak terlihat oleh mata
biasa, sehingga kadang-kadang energi tersebut menelan korban jiwa. Beliau juga
bercerita pada awalnya nama Pulau Rote bukan “Rote” tetapi “Roti”, yang berasal
dari cerita seseorang yang membawa roti di pulai tersebut. Di Rote ada suatu
tradisi dimana apabila seorang laki-laki kawin dengan seorang perempuan, maka
laki-laki tersebut juga kawin dengan keluarga dari perempuan, karena setelah
kawin, maka selain menghidupi perempuan, sang laki-laki juga harus menghidupi
keluarga dari sang perempuan. Sehingga ibaratnya mendapatkan satu wanita di
Rote sama saja dnegan mendapatkan 5 wanita di Jawa :D.
Bapak Lurah sendiri juga menyatakan kesiapannya jika ada
yang dibutuhkan dari tim KKN. Disini ya saya cuma bersyukur, seolah-olah
semuanya sudah diberikan jalan oleh Tuhan. Tinggal betapa siapa kita untuk
memulai dan menjalani pengabdian ini. Jangan sampai kepercayaan yang telah
diberikan hilang tanpa ada yang mempertanggungjawabkan J.
“Cogito Ergo Sum”
Kamar Kost, 10 April 2014
00:11 am
Tidak ada komentar:
Posting Komentar