09/04/14

Pulau Rote Part IV

TK, SD, MTs dan Kecamatan
Senin, 20 Januari 2014
            Senin pagi, saya Mahe, Ade dan Syalwa bangun pagi dan mempersiapkan survey kami ke Londalusi. Kami pagi itu pergi ke sekolah-sekolah yang ada di Londalusi, yaitu TK, SD dan SMP yang ada di Londalusi.
            Di sana kami langsung bertemu dengan Bapak Kepala Sekolahnya. Di ruang guru kami berkenalan dan bertanya tentang keadaan pendidikan yang ada disana. Bapak Kepala Sekolah kemudian menceritakan keadaan pendidikan yang ada di sekolah tersebut. Beliau bercerita bahwa minat belajar dari siswa dan siswi yang menempuh studi di MTs Papela masih rendah. Walaupun begitu terdapat satu dua murid yang meononjol dalam akademik, bahkan ada yang dapat menang juara II di tingkat Kabupaten di Ba’a. Selain itu ada pula alumni yang ketika melanjutkan SMA di Kupang menjadi juara kelas di SMA tersebut. Tetapi rata-rata siswa lainnya masih memiliki kemauan dan motivasi untuk belajar yang rendah. Teman-teman dapat melihat rekamannya dalam video J.
            Ketika kami bertanya tentang kontribusi apa yang dapat kami berikan, beliau menjawab bahwa motivasi belajar murid-murid masih rendah, sehingga yang dibutuhkan oleh murid-murid tersebut adalah motivasi yang kuat untuk belajar, selain itu kurangnya referensi buku juga menjadi penghalang dalam menimbulkan semangat siswa untuk belajar. Akan tetapi akhir-akhir ini sudah banyak yang memiliki kesadaran untuk menggunakan waktu luangnya untuk belajar dan membaca di dalam perpustakaan, hanya saja referensi yang kurang tetap saja menghambat kegiatan belajar di MTs tersebut. Selain masalah diatas, juga terdapat kekurangan dalam hal jumlah PC yang digunakan untuk belajar para siswa, dimana sekolah hanya memiliki 4 PC yang digunakan secara bergantian oleh siswa. Masalah lain adalah listrik yang sering mati, sehingga walupun ada PC kadang tidak dapat digunakan karena tidak adanya listrik. Salah satu solusi untuk menangani hal tersebut adalah digunakannya laptop yang dimiliki guru yang dipinjamkan kepada siswa untuk belajar.
Kemudian kami dibawa ke perpustakan, dan benar saja, ternyata satu deret almari dari kaca tidak sampai 10 % nya yang tersisi buku yang lain masih kosong. Selain itu ketika melihat tanda kurikulum di buku, belum ada satu pun buku kurikulum 2013, rata-rata masih menggunakan KTSP, bahkan masih banyak yang menggunakan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) 2004.
Kemudian kami berpamitan dan mengambil beberapa foto yang diperlukan untuk data dan laporan. Dari kelas MTs kami ke kelas TK (TK dan MTs berdampingan). Di kelas TK kami masuk dan menyapa anak-anak serta mengambil beberapa foto yang diperlukan untuk data serta wawancara yang dilakukan oleh Ade J. Disana kami berinteraksi dengan anak-anak dan sempat mendengarkan nyanyian dari anak-anak yang seblumnya ternyata diajari oleh Dompet Dhuafa J. Jadi ketika kami datang mereka berharap untuk belajar suatu hal yang baru seperti nyanyian dan ice breaking mungkin :D. Ya jadi menurut saya, jika nanti kita tim KKN datang ke TK tersebut, maka kita harus menyiapkan lagu atau ice breaking atau kegiatan lain yang dapat memberikan nilai karakter yang dapat terpatri dan menjadi mindset dari anak-anak yang masih belia tersebut. Tidak perlu bagi kita menyampaikan teori-teori yang tentunya akan membuat anak-anak bosan dan susah mengerti. Jadi lebih baik memberikan sesuatu hal yang menyenangkan dan berkesan untuk anak-anak tanpa meninggalkan nilai positif di dalamnya J.
Hal menarik dari MTs dan TK ini adalah, mereka masuk dengan melepas sepatu mereka, sehingga kelas tampak bersih. Selain itu kami mendapat cerita bahwa ketika murid SMP upacara bendera, maka pada saat waktunya menyanyi, anak-anak TK akan menirukan nyanyian anak-anak SMP. Dapat dibayangkan kan ramainya suasana saat itu, dan betapa asyiknya hal tersebut J.
***
Dari TK dan MTs, kami pergi ke SD Papela 1 yang letaknya sekita 100 an meter dari tempat kami semula. SD Papela 1 terletak di sebelah jalan dan seberang lapangan dari TK dan MTs, begitu juga dari rumah Bapa Therik. Pada saat itu kondisi tanah becek, karena semalam hujan lebat, akan tetapi kenapa teman-teman malah melewati bagian lapangan yang hilang bagian rumputnya, alhasil sepatu mereka (Mahe terutama) penuh gedebel :D. Kalau saya sih lewat bagian rumput saja J.
Sesampainya di SD Papelas 1 kami bertemu dengan beberapa staf pengajar dan kami dibawa masuk ke ruang guru oleh Bapak-bapak salah staff pengajar (lagi-lagi lupa namanya, maaf -_-). Kami dibawa masuk ke dalam ruang guru dan kami mulai melakukan wawancara, sebelumnya beliau mengatakan bahwa Ibu Kepala sekolah (yang ternyata berasal dari Madiun) sedang tidak ada di sekolah, sehingga beliaulah yang menerima kami.
Di SD Papela 1, yang menjadi masalah utama adalah kurangnya staff pengajar. SD Papela1 ini telah bekerja sama dnegan Dompet Dhu’afa, sehingga ketika kami datang anak-anak SD mungkin mengira kami adalah dari dompet Dhu’afa, termasuk Bapak yang telah meneriman kami :D.
Kemudian kami meminta ijin untuk berkeliling sebentar di kelas-kelas. Setelah mendapat ijin kami berkeliling, Ade dan Syalwa menyempatkan untuk bercengkerama dengan anak-anak dan salah satu kelas, sedangkan saya dan Mahe bertanya tentang keadaan bangunan kelas. Adapun jumlah kelas yang dimiliki oleh SD Papelas kurang, sehingga pada saat kami datang sedang dibangun 2 buah gedung yang akan digunakan untuk ruang kelas. Perlu teman-teman ketahui, bahwa semua bangunan yang ada di Pulau Rote memiliki atap dari seng, begitu juga untuk bangunan gedung SD. Sehingga kata staff pengajar suhu dari ruangan kelas pada siang hari pada musim panas dapat mencapai 42 derajat Celcius :D. Mantap kan? :D.
Kemudian kami juga menyempatkan diri untuk berfoto dengan staff pengajar SD Papela di bawah pohon lem. Oh ya, pohon lem, di Pulau Rote ada pohon yang dinamakan pohon lem. Kenapa diberi nama pohon lem? Karena pohon ini menghasilkan buah yang cairan dalam buahnya dapat digunakan seperti lem. Buah lem seperti buah anggur yang berwarna hijau saat masih muda, tetapi berwarna merah muda pada saat sudah masak. Dan benar saja, saat saya mencoba kekuatan merekatkan dari cairan buah lem memang sama dengan lem yang cair pada umumnya. Salah seorang staff pengajar juga menceritakan bahwa nuag lem ini sering digunakan sebagai pengganti lem jika lem yang dijual di toko habis karena masalah distribusi J.
            Anak-anak di SD ini very friendly J, dibuktikan dengan keramahan mereka ketika kami datang, bahkan sampai mengikuti kami dan memperhatikan setiap gerak-gerik yang kami lakukan disana J. Jadi teman-teman tidak usah menakutkan dengan adanya anak nakal disini, karena selama yang saya lihat tidak ada baik murid TK, SD maupun MTs yang dikatakan nakal pada umumya J. Semua baik dan mereka sangat curious dengan kedatangan kita, siapa, sedang apa, mau apa dan pertanyaan itu dapat saya lihat dari keingintahuan mereka terhadap kami yang datang untuk survey J.
***
            Kemudian sekitar pukul 12 an kami pulang pergi ke warung makan Manja Istri :D. Nama warung makan yang unik, hehe. Saya sendiri juga merasa aneh dengan nama itu, tetapi kemudian setelah bertanya pemilik warung menjelaskan bahwa setiap isteri pasti ingin dimanjakan. Hah? Maksudnya? Saya tidak tahu, tetapi oh ya oh ya saja :D Masih belum tahu apa hubungannya antara makanan dengan nama itu :D.
            Warung makan di Manja Isteri menyediakan berbagai makanan, tetapi ya kayak kantin kampus lah, ada ayam, ada telur ada mie :D. Yang berbeda disini adalah harganya hehe. Harganya yang dapat mencapai dua kali lipat di Jogja. Semisal adalah nasi telur dan es the yang harganya 15 ribu :D, kurang tahu kalau ayam (saya seringnya nasi telur hehe, tetapi berkisar 17-20 ribu dengan es the J). Disini harga botol aqua 1,5 liter adalah 8.000 rupiah -_-. Sempat kaget, tetapi kemudian saya ingat bahwa ini adalah Pulau Rote hehe :D Oh ya, kami disana mendapat julukan dari mama penjual Manja Isteri, kami disebut sebagai “Anak Manja” :D. Kurang tahu kenapa kami mendapatkan panggilan tersebut, tetapi ya oke-oke sajalah :D (Tapi saya bukan anak manja lho J).
***
            Kemudian kami pulang dan mendapati Bapa Therik sudah ada di rumah dan siap mengantarkan kami survey. Kami kemudian minta diantarkan Bapa Therik ke Kecamatan yang terletak tidak begitu jauh dari rumah Bapa Therik, hanya ke barat kurang lebih 3 KM J.
            Ketika perjalanan, Bapa Therik yang ada di depan kami berhenti di depan sebuah gedung tua yang hampir rubuh dengan banyak kotoran kambing di halaman serta terasnya. Saya awalnya memang sempat bingung, tetapi saya kemudian baru mengerti bahwa itu adalah kantor kecamatan. Adapun kantor kecamatan Rote Timur sangat memprihatinkan, kantor ini merupakan bekas rumah yang hampir roboh yang sudah kehilangan eternitnya dan memiliki tembok yang retak besar disana-sini.
            Di dalam kami disuruh menunggu sebentar dan mengisi absen. Kemudian setelah beberapa saat kami diantar ke ruangan Bapak Camat. Setelah masuk, kondisi lebih memprihatinkan lagi. Ruangan Bapak Camat adalah ruangan tanpa pintu dengan atap seng yang telah kehilangan eternitnya dan satu retakan besar disudut tangan kanan Bapak Camat. Tidak ada almari, hanya terdapat satu kursi dan satu menja yang digunakan oleh Bapak Camat melakukan pekerjaannya.
            Setelah dipersilahkan masuk kami kemudian memulai dengan berkenalan terlebih dahulu dan menyampaikan maksud kedatangan kami disana dan memberikan surat ijin survey yang diberikan oleh Bu Ketua Ade J. Bapak Camat kemudian mulai memberitahukan sejarah dari Kecamatan Rote Timur. Setelah pemekara Rote Timur terdiri dari 6 kelurahan dengan 1 desa, sedangkan sebelum pemekaran memiliki 9 desa dan 1 keluarahan. Gambaran masyarakat Rote Timur sendiri adalah memiliki pendidikan yang terbatas, akan tetapi sudah ada yang melanjutkan studi sampai S1, S2 bahkan sampai S3, bahkan di Londalusi sendiri telah menghasilkan 2 orang doktor. Di Kecamatan Rote Timur terdiri dari 3 SMP, 1 MTs dan 1 SMA.
Masyarakat di Kecamatan Rote Timur sebenarnya memiliki kemampuan yang memadai, akan tetapi faktor eknonomi dan motivasi yang kurang membuat masyarakat Rote Timur enggan untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi. Masalah yang harus dibenahi dari masyarakat Rote Timur adalah cara berpikir tentang dunia pendidikan, dimana masyarakat Rote Timur masih mengadopsi sistem lama, yaitu lebih mementingkan dunia kerja daripada dunia pendidikan “asal mampu untuk baca tulis dan hitung sudah cukup”. Selain itu mainstream masyarakat tentang biaya kuliah yang besar adalah hambatan utama akan kesadaran pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
            Secara umum, anak-anak yang berada di wilayah Rote Barat kesadaran masyarakatnya lebih tinggi daripada Rote Timur, sehingga jumlah anak-anak yang mengenyam pendidikan lebih tinggi daripada wilayah Rote Timur. Hal ini dikarenakan masyarakat Rote Barat sering dikunjungi oleh wisawatan baik asing maupun dalam negeri, sehingga kesadaran mereka meningkat dengan kedatangan para pengunjung. Akan tetapi dalam hal keamanan, Rote Timur merupakan tempat yang paling aman dari seluruh wilayang yang ada di Rote Ndao. Selain itu dalam hal makanan, Kecamatan Rote Timur tidak sulit, karena Kecamatan Rote Timur memiliki jarak yang cukup dekat dengan Kupang , sehingga pemasokan 9 bahan pokok dapat lancar dnegan bantuan perahu motor yang satu minggu dapat satu atau dua kali beroperasi. Selain perahu motor, setiap hari juga terdapat kapal Feri baik cepat maupun lambat yang beroperasi.
            Di Kecamatan Rote Timur terdapat Posyandu yang dikelola oleh BPKD dan PNPM. PNPM sendiri mengarah pada pembangunan fisik, sedangkan sistem dikerjakan oleh bidang pengabdian masyarakat. PNPM yang ada di Kecapamatn Rote Timur sendiri dirangkul oleh World Bank. Sedangkan KesRa yang ada di Kecamatan Rote Timur mengatur pembangunan dalam hal keagamaan, diantaranya adalah pembangunan sarana-sarana ibadah seperti Masjid dan Gereja. PNPM juga mendukung pembangunan sarana transportasi berupa jalan, sehingga dalam hal pembangunan jalan sendiri cukup baik.
            Beliau juga menjelaskan keadaan Camat di Pulau Rote dengan Camat yang ada di Jawa jelas berbeda 180 derajat, karena disini Camat benar-benar bekerja keras untuk pembangunan daerahnya dengan segala keterbatasannya, sedangkan di Jawa dengan segala kelebihannya. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan bagi pendatang baru di Kecamatan Rote Timur adalah keadaan makanan dan minuman, cuaca serta pola hidup yang jelas berbeda dengan yang ada di Jawa.
            Beliau juga memberikan beberapa saran, diantaranya adalah sebagai berikut:
·         Disampaikan kepada pemimpin tentang pembangunan Kecamatan di Rote Timur
·         Ada sesuatu yang perlu di bidang kemasyarakatan dan pembangunan
Itulah hal yang beliau sampaikan tentang harapan beliau.
            Untuk religi masyarakat sendiri terdiri dari 50% Muslim dan 50% Kristen, dan memiliki toleransi agama yang sangat baik, hal inilah yang membuat Kecamatan Rote Timur merupakan Kecamatan yang paling aman dibandingkan kecamatan lainnya yang ada di Kabupaten Rote Ndao. Walaupun demikian, ego kesukuan masih sangat tinggi, yaitu ego untuk menonjolkan sesuatu yang diwariskan oleh nenek moyangnya, sebagi contoh adalah bahasa. Sehingga walaupun dalam satu kecamatan, akan tetapi antar daerah atau desa akan memiliki bahawa yang berbeda pula.
             Kecamatan Rote Timur memiliki kekurangan dalam hal kurangnya air dan listrik, tenaga pengajar dalam dunia pendidikan, serta kurangnya buku referensi.
            Di bagian penutup Bapak Camat memberikan pesan jika ada yang dibutuhkan silahkan minta saja. Disini saya melihat tanggapan positif dan Bapak Camat dan juga betapa besar kepercayaan serta harapan yang diberikan Bapak Camat kepada kita tim KKN PPM UGM Rote Ndao J. Hal ini dibuktikan dengan bagaimana beliau bercerita dengan penush semangat serta bagaimana beliau menawarkan bantuan jika nanti ada yang dibutuhkan selam KKN J.
            Itulah kawan pertemuan kami dengan Bapak Camat Rote Timur, kami menyempatkan sejenak untuk foto bersama dengan beliau. Pada saat hendak melanjutkan perjalanan tiba-tiba saja hujan, oleh karena itu kami terpaksa berhenti sejenak di kator Kecamatan. Setelah hujan reda kami melanjutkan perjalanan ke tempat nelayan setempat di Londalusi.
***
            Setelah dari Kecamatan kami melanjutkan perjalanan kami ke Kelurahan Londalusi bertemu dengan Bapak Lurah Londalusi. Bapak Lurah Londalusi masih saudara dengan Bapa Therik, sehingga mudah untuk ditemui.
            Kami kemudian memulai wawancara kami seputar pendidikan yang ada di Kelurahan yang ada di Londalusi. Kemudian beliau memulai dengan memberikan informasi mengenai jumlah sekolah yang ada di Kelurahan Londalusi. Kelurahan Londalusi memiliki 32 sekolah dengan Landuleko (pada tahun 2015 Landuleko akan menjalani pemekaran), dimana data yang sempat terekam oleh saya adalah sebagai berikut:
·         Mokekuku 3 SD
·         Lakamola 2 SD
·         Matasio 1 SD
·         Sirobeba 2 SD
·         Londalusi 3 SD
·         Papela 2 SD
·         Hondihopo 1 SD
·         Faefua 2 SD
Untuk TK-nya sendiri ada banyak :D.
            Selain tentang pendidikan, beliau juga menyampaikan tentang salah satu wisata yang ada di Kelurhan Londalusi, yaitu Mulut Seribu. Mulut Seribu merupakan salah satu wisata air yang dapat dinikmati dari atas kapal dengan mengelilingi gunung kecil-kecil yang bentuknya mirip satu sama lain, sehingga dapat membingungkan orang yang tidak terbiasa masuk, seperti labirin J. Dinamakan Mulut Seribu, hal ini dikarenaka memiliki celah yang sangat banyak seperti mulut. Di dalamnya juga terdapat batu yang berbentuk seperti kapal, dan setelah sampai di dalam Mulut Seribu maka untuk keluar akan susah dikarenakan bentuk dari gunung yang hampir sama J.
            Beliau juga bercerita tentang Puku Afu yang merupakan selat yang sering menelan korban jiwa. Puku Afu ini pada awalnya bernama Poa Afu (Poa=Tumpah dan Afu=Abu). Dahulu ada cerita di pinggir pantai terdapat jejak kaki manusia,tetapi tidak ada manusia. Poa Afu sendiri di mata orang pintar merupakan titik berkumpulnya energi alam yang tidak terlihat oleh mata biasa, sehingga kadang-kadang energi tersebut menelan korban jiwa. Beliau juga bercerita pada awalnya nama Pulau Rote bukan “Rote” tetapi “Roti”, yang berasal dari cerita seseorang yang membawa roti di pulai tersebut. Di Rote ada suatu tradisi dimana apabila seorang laki-laki kawin dengan seorang perempuan, maka laki-laki tersebut juga kawin dengan keluarga dari perempuan, karena setelah kawin, maka selain menghidupi perempuan, sang laki-laki juga harus menghidupi keluarga dari sang perempuan. Sehingga ibaratnya mendapatkan satu wanita di Rote sama saja dnegan mendapatkan 5 wanita di Jawa :D.
            Bapak Lurah sendiri juga menyatakan kesiapannya jika ada yang dibutuhkan dari tim KKN. Disini ya saya cuma bersyukur, seolah-olah semuanya sudah diberikan jalan oleh Tuhan. Tinggal betapa siapa kita untuk memulai dan menjalani pengabdian ini. Jangan sampai kepercayaan yang telah diberikan hilang tanpa ada yang mempertanggungjawabkan J.


“Cogito Ergo Sum”

Kamar Kost, 10 April 2014
00:11 am


Tidak ada komentar:

Posting Komentar