09/04/14

Pulau Rote Part III

Kapal Awu (On The Way to Rote)
Sabtu, 18 Januari 2014
            Saya tidak tahu kenapa harus menceritakan ini, mungkin tidak penting coretan elektronik ini, tetapi saya harap teman-teman mau membaca sebentar sebelum tidur, hehe.
Saya sebelumnya belum pernah naik kapal, sehingga dapat dibayangkan rasanya mengalami sesuatu yang baru, ya sangat excited hehe. Saya dan tim diantar ke pelabuhan oleh beberapa personel TNI ke pelabuhan yang letaknya lumayan jauh.
            Jam 2 an kami dijemput oleh mobil Kodim 1604 Kupang yang sebelumnya digunakan untuk menjempu kami di Bandara El Tari Kupang. Selama perjalanan kami (maaf) seperti orang agak-agak, karena berteriak-teriak sepanjang jalan, mengapa? Karena sepanjang jalan kami dapat melihat indahnya laut lepas yang terlihat sepanjang jalan ke palabuhan dan sangat indah J. Adapun mobil yang kami tumpangi ini mobil seperti pick up milim TNI, dapat dibayangkan kan? 4 orang di atas mobil dengan tas-tas yang banyak dan berteriak-teriak sepanjang jalan dengan dilihat mereka yang mengemudi di belekang maupun yang berpapasan dengan kami ataupun yang melihat kami di sepanjang pinggir jalan :D.
            Ketika masuk pelabuhan saya tidak bisa lupa ketika mobil yang kami tumpangi memasuki sebuah lubang berair dan menciprati seorang kakek yang ada di dekatnya. Semula kakeknya marah, tetapi mungkin karena melihat garangnya personel TNI jadi tidak marah, :D. Seperti orang istimewa saja, kami masuk melalui pintu khusus dan setelah kapal datang kami dikawal dan masuk mendahului yang lain. Saya sempat merekam moment tersebut, dapat teman-teman lihat di video J.
            Saya sempat membayangkan mewahnya isi kapal, setelah sampa dalam kapal, ternyata apa yang saya pikirkan 180 derajat berbeda. Di dalam kapal panas dan disana sini banyak orang yang ribut memperebutkan tempat tidur -_-. Kemudian saya dan tim dibawa ke dek 3 kalau tidak salah dan mendapatkan tempat tidur 3 berjejer dan satu lagi berseberangan. Di sana kai istirahat dan mulai beradaptasi. Panas, apek, bayi menangis, orang berjualan, orang ribut memperebutkan tempat tidur, goyangan kapal, kasur seperti kasur rumah sakit, orang ludah sembarangan, sampinh kamar mandi dan banyak lagi hal negatif yang saya temui di kelas ekonomi. Tetapi hal ini jangan sampai menyurutkan langkah dan niat kita semua untuk mengabdi di batas negeri. Jangan sampai kita terhambat oleh hal tersebut, karena menurut saya hal ini adalah hal yang menantang dan harus dijalani ketika kita benar-benar siap untuk mengabdi.
            Di dalam kapal orang-orang bergelimpangan sambil mengayunkan kertas atau apapun dalam tangan untuk kipas, mereka rakyat-rakyat kecil yang mengejar murahnya biaya untuk dapat pulang atau pergi ke pulau-pulau kecil di batas negeri kita ini. Jika selama ini kita merasakan nikmatnya naik kendaraan pribadi, angkutan umum atau pesawat, maka mereka adalah mereka yang berjuang untuk dapat terus mobil dalam keadaan tidak nyaman sekalipun.
            Kapal sampai pukul 3 sore, dan berangkat pukul 5 sore. Dapat dibayangkan 2 jam menunggu, bahkan masih ada saja mereka yang berdatangan walaupun kapal sudah disiapkan untuk berangkat. Selama menunggu mereka yang telat ada hal-hal menarik yang kami temui, dan Mahe mungkin dapat memberikan ceritanya juga. Mereka yang datang terlambat disoraki oleh mereka yang ada di pelabuhan (mungkin mereka yang mengantar) dengan sorakan: oi oi oi oi huuuuuu. Bayangkan puluhan orang menyoraki satu atau dua atau tiga orang yang sedang berlari 50 an meter ke arah kapal dengan menjinjing tas atau barang yang berat. Ya sebenarnya saya kasihan juga, tetapi mau tidak mau, karena lucu ya saya tertawa lepas hehe. Tidak habis disitu, juga ada calo yang mengantar penumpang ke dalam kapal yang telat turun (tangga kapal sudah dinaikkan separuhnya), sehingga pada saat turun beliau kebingungan karena sudah tinggi dan tentunya takut tercebur ke laut :D. Nah, bagian ini adalah bagian yang paling ramai sebelum kapal berangkat. Satu orang disoraki oleh mereka yang melihat, baik di atas kapal dan di bawah kapal :D Hingga akhirnya beliau melompat dan ‘eits’ kakinya sempat tersangkut di rantai dan menjadi bahan tertawan semua orang. Itulah dunia pelabuhan, satu pelajaran bagi saya dan teman-teman yang setia membaca sampai disini J.
            Sudah lelah membaca ya, tunggu dulu, masih ada yang seru J. Di atas kapal Awu saya ke atas dan melihat indahnya matahari sore. Saya kemudian memanggil Ade dan Syalwa untuk naik ke atas, sedangkan Mahe menjaga tas kami sambil mengobrol dengan penumpang lain. Di bagian samping kapal, dapat dirasakan angin sore yang segar dengan indahnya langit sore di atas gunung dengan hamparan luas laut J Selain itu juga dapat dilihat kapal-kapal kecil nelayan yang semula terlihat jelas menjadi terlihat hanya bayangan hitam kapal karena hari sudah mulai gelap J. Kami sempat mengobrol dengan seorang Ibu dan anak dari pulau Rote, Syalwa dan Ade yang nampaknya asyik mengobrol dengan mereka J.
            Kemudia Ade pergi shalat, sedangkan Syalwa mengobrol dengan Ibu Cornellia dan entah apa yang mereka ceritakan, kelihatannya sih seru. Dan ternyata mereka menceritakan kuasa Tuhan dan berdoa untuk kesembuhan mata Syalwa juga keselamatan seluruh awak dan penumpang kapal, karena hari itu gelombang mulai tinggi.
            Saya dan Syalwa ngobrol ngalor ngidul dan kami merasakan ombak semakin meninggi saja seolah-olah tidak peduli dengan 1000 lebih penumpang yang ada di dalam kapal Awu. Hingga akhirnya Syalwa dan Ade memutuskan untuk turun ke ruang kelas ekonomi, saya masih ingin tetap disinia menyaksikan kuasa Tuhan dalam bentuk gelombang J.
            Semakin lama, gelombang yang saya rasakan semakin dalam dan tinggi, dalam kapal Awu menukik dan juga tinggi ketika menaiki gelombang. Tahulah kalau saya ini seorang yang mudah cemas dan khawatir akan nyawa :D sehingga saya mulai komat-kamit meminta perlindungan Tuhan. Saya juga sempat mengobrol dengan orang asal Rote yang sebelumnya juga pernah naik kapal yang sama berulang kali dan juga berbagai jenis kapal lainnya. Setelah saya tanya, beliau bercerita bahwa selama naik Kapal Awu belai tidak pernah marasakan kapal begitu kuatnya dipermainkan gelombang. Lah, saya yang takut malah mendengar cerita itu, semakin takut saja. Tetapi kemudian masnya bercerita tentang kapal lain yang pernah beliau tumpangi yang tidak hanya berguncang depan belakang, tetapi juga samping kiri dan kanan. Dan itu membuat saya tenang, hehe, karena katanya itu lebih menakutkan :D.
            Berbagai peringatan dilakukan oleh awak  kapal untuk tidak melewati rantai pengaman karena dapat mengancam keselamatan sendiri. Kapal semakin hebat selama perjalanan, sehingga saya akhirnya memutuskan masuk kembali ke ruang ekonomi dimana teman-teman berada dan sedang tidur J. Di dalam tidak berhenti rasa cemas juga, mudah-mudahan semua orang disini berdoa untuk keselamatan semua. Di dalam saya lihat Ade dengan khusyuknya membaca Al Qur’an, saya lega melihatnya J. Sedangkan Mahe asyik ngobrol dengan Bapak-bapak sampingnya dengan akrabnya seolah-olah tidak ada gelombang dan tetap saja tenang, bagaimana bisa ya -_-.
            Kemudia terlihat ibu-ibu yang membuka pintu toilet dan segera mengeluarkan suara khas orang muntah :D. Keras, hehe, dan dapat didengar orang satu ruangan haha. Dan itu terjadi selama mungkin setengah jam saja lebih, atau satu jam ya? Saya lupa, tetapi yang saa ingat lama. Sampai-sampai orang-orang mulai terganggu dan banyak ang menggerutu dan ada pula yang menjadikannya bahan candaan, termasuk Mahe :D. Kemudian satu demi satu ibu-ibu atau wanita atau pria silih berganti masuk kamar mandi dan mengalami hal yang sama. Begitulah selama di kapal, haha. Kita dapat akrab dengan samping kiri dan kanan, merasakan keadaan kelas ekonomi yang mungkin belum pernah kita rasakan sebelumnya. Tetapi kita harus bersyukur jika diberik kesempatan itu, karena saya yakin Tuhan membuaka mata kita dengan membuat kita merasakan apa yang tidak kita rasakan J.
            Kemudian saya pergi keluar bersama Mahe dan tidak lama kami turun lagi karena laut masih bergelora. Akan tetapi saya kemudian naik lagi dengan Ade, karena Ade mengajak saya naik, dan kebetulan saya ketika duduk di tangga melihat jaket rompi yang tidak asing lagi warna dan tulisannya di dunia pendidikan Indonesia: “Indonesia Mengajar” yang duduk tertidur sangat pulas di tangga. Saya kemudian memberi tahu Ade, dan Ade bilang ingin mewawancarai. Ya sudah, alih-alih pindah tempat dan tanpa sengaja masnya bangun. Kemudian saya menyapa masnya dan bertanya bahwa ada yang ingin bertanya, yaitu Ade :D (saya mbangunin saja, hehe).
            Ketika Ade wawancara dengan masnya yang ternyata bernama Wisnu, kemudian datang seorang mas pengajar muda lainnya, dan langsung mengobrol dengan Ade juga J. Lha saya ngapain? Haha, saya duduk di belakang dan sambil mendengarkan bengong-bengong sedikit, hehe. Kemudian mas satunya yang bernama Iwan duduk di samping saya dan mulai bercerita ngalor-ngidul. Mas Iwan bercerita tentang keadaan Pulau Rote dan pendidikannya juga keuntungan datang ke pulau Rote, yaitu ramahnya penduduk dan juga alamnya. Disana semuanya bersahabat, baik manusia dan alamnya, hanya saja kita harus pandai beradaptasi J. Beliau juga menceritakan berbagai kekurangan jika tinggal di Pulau Rote, diantaranya adalah sulitnya transportasi dan juga makanan, terutama sayuran. Mas Wisnu dan mas Iwan bercerita bahwa Rote Ndao itu sempit dan kecil, dan hal itulah yang membuat pikiran kami agak berubah, hehe. Pikiran saya kan luas :D.
            Mas Iwan ternyata adalah alumni Psikologi yang merupakan mantan anggota pengurus ospek yang memberikan ospek kepada Mahe :D. Walaupun pada saat turun ke dalam kelas ekonomi dan bertemu Mahe, Mahe sendiri tidak mengingatnya haha. Dalam kesempatan ini Ade yang intensif memberikan pertanyaan, jadi untuk jelasnya Ade lebih tahu J. Kemudian kedua Pengajar Muda berpamitan setelah ada pemberitahuan bahwa kapal hampir malabuh di pelabuhan Ba’a Pulau Rote. Kamipun melanjutkan tidur kami, hehe.
***
            Hingga akhirnya kapal mulai melambat dan menunjukkan tanda-tanda mau melabuh. Saya menunggu lima menit, setengah jam, satu jam lama sekali, hingga akhirnya kapal benar-benar melabuh. Kemudian sebagian orang yang turun di Pulau Rote mulai berkemas dan mulai antri untuk turun.
            Ketika antri untuk turun kami disapa oleh dua orang separuh baya yang ternyata merupakan Danramil dan Bapinsa dari Ba’a. Saya terharu, karena mereka menjempt sampai naik di atas kapal. Di atas kapal beliau berdua membimbing kami untuk turun di antara desakan puluhan orang disekiling kami dari ratusan orang yang ingin turun.
            Ketika antri, macetnya bukan main. Dapat dikatan satu langkah baru dapat diambil setiap sepuluh menit sekali -_-. Hingga akhirnya kurang lebih satu jam (jelas lebih kalau cuma satu jam), mungkin satu setengan jam kami antri untuk dapat mencapai tangga. Padahal jaraknya hanya berapa meter untuk mencapai tangga :D. Hingga akhirnya tali plastik yang membawa 4 botol aqua 1,5 liter yang saya bawa putus dan ‘brus’ aqua jatuh ke lantai. Sekarang, setelah tadi sore saya menjadi orang yang menertawakan sekarang menjadi orang yang ditertawakan -_-. “Air panas jatuh… air panas jatuh… air panas jatuh…” dan si Mahe tertawa di belakang saya -_- asem -_-.
            Saya dan Mahe (di belakang saya) akhirnya mencapai tangga dan mengetahu adanya traffic, ternyata kami berpapasan dengan orang yang akan naik kapal. Ketika menuruni anak tangga kapal, saya melihat kapal walaupun sedang berlabuh tetap berguncang yang lumayanlah. Saya juga melihat ombak sampai memercik ke bagian atas pelabuhan dan saya hampir terciprat. Gelombang ombak sangat dekat dengan tinggi pelabuhan, sehingga percikan air dapat masuk. Kemudian saya dan tim dibantu oleh Bapak Danramil Charles dan Bapinsa David dan seorang teman beliau dibawa dengan motor ke mess Koramil. Kami sampai daratan sekirat pukul satu pagi, padahal kapal melabuh pukul sebelas kalau tidak dua belas :D.
            Di mess Koramil kami duduk dan istirahat dan dibuatkan teh oleh Bapa David. Saya disitu agak blank, karena saya merasa seperti mual, padahal di dalam kapal tidak mual :D. Tim dan beliau-beliau mengobrol, sedangkan saya berbicara hanya ketika diberikan pertanyaan :D.
            Hingga akhirnya Ade dan Syalwa tidur, sedangkan Mahe seperti orang yang bangun tidur (tidak mengantuk). Mereka diskusi tentang kehidupan di pulau Rote, dan saya sempat merekamnya dalam video J Jadi teman-teman tonton semua videonya ya, walaupun tidak bagus hasilnya J, maklum hanya CamDi, dan yang menggunakan juga newbie :3. Waktu menunjukkan jam setengah 5 pagi, saya dan Mahe kemudian pergi tidur J
Oke, sampai disini untuk On The Way to Rote. Mohon maaf gaya penulisannya terlalu nyantai, hehe. Yang penting garis besarnya dapat ya, :D. Terimakasih J.



“Cogito Ergo Sum”
Kamar Kost, 10 April 2014
00:07 am

Tidak ada komentar:

Posting Komentar