Kapal
Awu (On The Way to Rote)
Sabtu,
18 Januari 2014
Saya tidak tahu kenapa harus
menceritakan ini, mungkin tidak penting coretan elektronik ini, tetapi saya
harap teman-teman mau membaca sebentar sebelum tidur, hehe.
Saya
sebelumnya belum pernah naik kapal, sehingga dapat dibayangkan rasanya
mengalami sesuatu yang baru, ya sangat excited hehe. Saya dan tim diantar ke pelabuhan oleh beberapa personel TNI
ke pelabuhan yang letaknya lumayan jauh.
Jam 2 an kami dijemput oleh mobil Kodim 1604 Kupang yang
sebelumnya digunakan untuk menjempu kami di Bandara El Tari Kupang. Selama perjalanan
kami (maaf) seperti orang agak-agak,
karena berteriak-teriak sepanjang jalan, mengapa? Karena sepanjang jalan kami
dapat melihat indahnya laut lepas yang terlihat sepanjang jalan ke palabuhan
dan sangat indah J. Adapun mobil yang kami tumpangi ini
mobil seperti pick up milim TNI, dapat dibayangkan kan? 4 orang di atas mobil
dengan tas-tas yang banyak dan berteriak-teriak sepanjang jalan dengan dilihat
mereka yang mengemudi di belekang maupun yang berpapasan dengan kami ataupun
yang melihat kami di sepanjang pinggir jalan :D.
Ketika masuk pelabuhan saya tidak bisa lupa ketika mobil
yang kami tumpangi memasuki sebuah lubang berair dan menciprati seorang kakek
yang ada di dekatnya. Semula kakeknya marah, tetapi mungkin karena melihat
garangnya personel TNI jadi tidak marah, :D. Seperti orang istimewa saja, kami
masuk melalui pintu khusus dan setelah kapal datang kami dikawal dan masuk
mendahului yang lain. Saya sempat merekam moment tersebut, dapat teman-teman
lihat di video J.
Saya sempat membayangkan mewahnya isi kapal, setelah
sampa dalam kapal, ternyata apa yang saya pikirkan 180 derajat berbeda. Di
dalam kapal panas dan disana sini banyak orang yang ribut memperebutkan tempat
tidur -_-. Kemudian saya dan tim dibawa ke dek 3 kalau tidak salah dan
mendapatkan tempat tidur 3 berjejer dan satu lagi berseberangan. Di sana kai
istirahat dan mulai beradaptasi. Panas, apek, bayi menangis, orang berjualan,
orang ribut memperebutkan tempat tidur, goyangan kapal, kasur seperti kasur
rumah sakit, orang ludah sembarangan, sampinh kamar mandi dan banyak lagi hal
negatif yang saya temui di kelas ekonomi. Tetapi hal ini jangan sampai
menyurutkan langkah dan niat kita semua untuk mengabdi di batas negeri. Jangan
sampai kita terhambat oleh hal tersebut, karena menurut saya hal ini adalah hal
yang menantang dan harus dijalani ketika kita benar-benar siap untuk mengabdi.
Di dalam kapal orang-orang bergelimpangan sambil
mengayunkan kertas atau apapun dalam tangan untuk kipas, mereka rakyat-rakyat
kecil yang mengejar murahnya biaya untuk dapat pulang atau pergi ke pulau-pulau
kecil di batas negeri kita ini. Jika selama ini kita merasakan nikmatnya naik
kendaraan pribadi, angkutan umum atau pesawat, maka mereka adalah mereka yang
berjuang untuk dapat terus mobil dalam keadaan tidak nyaman sekalipun.
Kapal sampai pukul 3 sore, dan berangkat pukul 5 sore.
Dapat dibayangkan 2 jam menunggu, bahkan masih ada saja mereka yang berdatangan
walaupun kapal sudah disiapkan untuk berangkat. Selama menunggu mereka yang
telat ada hal-hal menarik yang kami temui, dan Mahe mungkin dapat memberikan
ceritanya juga. Mereka yang datang terlambat disoraki oleh mereka yang ada di
pelabuhan (mungkin mereka yang mengantar)
dengan sorakan: oi oi oi oi huuuuuu. Bayangkan puluhan orang menyoraki satu
atau dua atau tiga orang yang sedang berlari 50 an meter ke arah kapal dengan
menjinjing tas atau barang yang berat. Ya sebenarnya saya kasihan juga, tetapi
mau tidak mau, karena lucu ya saya tertawa lepas hehe. Tidak habis disitu, juga
ada calo yang mengantar penumpang ke dalam kapal yang telat turun (tangga kapal
sudah dinaikkan separuhnya), sehingga
pada saat turun beliau kebingungan karena sudah tinggi dan tentunya takut
tercebur ke laut :D. Nah, bagian ini adalah bagian yang paling ramai sebelum
kapal berangkat. Satu orang disoraki oleh mereka yang melihat, baik di atas
kapal dan di bawah kapal :D Hingga akhirnya beliau melompat dan ‘eits’ kakinya
sempat tersangkut di rantai dan menjadi bahan tertawan semua orang. Itulah
dunia pelabuhan, satu pelajaran bagi saya dan teman-teman yang setia membaca
sampai disini J.
Sudah lelah membaca ya, tunggu dulu, masih ada yang seru J.
Di atas kapal Awu saya ke atas dan melihat indahnya matahari sore. Saya
kemudian memanggil Ade dan Syalwa untuk naik ke atas, sedangkan Mahe menjaga
tas kami sambil mengobrol dengan penumpang lain. Di bagian samping kapal, dapat
dirasakan angin sore yang segar dengan indahnya langit sore di atas gunung
dengan hamparan luas laut J Selain itu juga dapat dilihat kapal-kapal
kecil nelayan yang semula terlihat jelas menjadi terlihat hanya bayangan hitam kapal
karena hari sudah mulai gelap J. Kami sempat mengobrol dengan seorang
Ibu dan anak dari pulau Rote, Syalwa dan Ade yang nampaknya asyik mengobrol
dengan mereka J.
Kemudia Ade pergi shalat, sedangkan Syalwa mengobrol
dengan Ibu Cornellia dan entah apa yang mereka ceritakan, kelihatannya sih
seru. Dan ternyata mereka menceritakan kuasa Tuhan dan berdoa untuk kesembuhan
mata Syalwa juga keselamatan seluruh awak dan penumpang kapal, karena hari itu
gelombang mulai tinggi.
Saya dan Syalwa ngobrol ngalor ngidul dan kami merasakan
ombak semakin meninggi saja seolah-olah tidak peduli dengan 1000 lebih
penumpang yang ada di dalam kapal Awu. Hingga akhirnya Syalwa dan Ade
memutuskan untuk turun ke ruang kelas ekonomi, saya masih ingin tetap disinia
menyaksikan kuasa Tuhan dalam bentuk gelombang J.
Semakin lama, gelombang yang saya rasakan semakin dalam
dan tinggi, dalam kapal Awu menukik dan juga tinggi ketika menaiki gelombang.
Tahulah kalau saya ini seorang yang mudah cemas dan khawatir akan nyawa :D
sehingga saya mulai komat-kamit meminta perlindungan Tuhan. Saya juga sempat
mengobrol dengan orang asal Rote yang sebelumnya juga pernah naik kapal yang
sama berulang kali dan juga berbagai jenis kapal lainnya. Setelah saya tanya,
beliau bercerita bahwa selama naik Kapal Awu belai tidak pernah marasakan kapal
begitu kuatnya dipermainkan gelombang. Lah, saya yang takut malah mendengar
cerita itu, semakin takut saja. Tetapi kemudian masnya bercerita tentang kapal
lain yang pernah beliau tumpangi yang tidak hanya berguncang depan belakang,
tetapi juga samping kiri dan kanan. Dan itu membuat saya tenang, hehe, karena
katanya itu lebih menakutkan :D.
Berbagai peringatan dilakukan oleh awak kapal untuk tidak melewati rantai pengaman
karena dapat mengancam keselamatan sendiri. Kapal semakin hebat selama
perjalanan, sehingga saya akhirnya memutuskan masuk kembali ke ruang ekonomi
dimana teman-teman berada dan sedang tidur J. Di dalam tidak
berhenti rasa cemas juga, mudah-mudahan semua orang disini berdoa untuk
keselamatan semua. Di dalam saya lihat Ade dengan khusyuknya membaca Al Qur’an,
saya lega melihatnya J. Sedangkan Mahe asyik ngobrol dengan
Bapak-bapak sampingnya dengan akrabnya seolah-olah tidak ada gelombang dan
tetap saja tenang, bagaimana bisa ya -_-.
Kemudia terlihat ibu-ibu yang membuka pintu toilet dan
segera mengeluarkan suara khas orang muntah :D. Keras, hehe, dan dapat didengar
orang satu ruangan haha. Dan itu terjadi selama mungkin setengah jam saja
lebih, atau satu jam ya? Saya lupa, tetapi yang saa ingat lama. Sampai-sampai
orang-orang mulai terganggu dan banyak ang menggerutu dan ada pula yang
menjadikannya bahan candaan, termasuk Mahe :D. Kemudian satu demi satu ibu-ibu
atau wanita atau pria silih berganti masuk kamar mandi dan mengalami hal yang sama.
Begitulah selama di kapal, haha. Kita dapat akrab dengan samping kiri dan
kanan, merasakan keadaan kelas ekonomi yang mungkin belum pernah kita rasakan
sebelumnya. Tetapi kita harus bersyukur jika diberik kesempatan itu, karena
saya yakin Tuhan membuaka mata kita dengan membuat kita merasakan apa yang
tidak kita rasakan J.
Kemudian saya pergi keluar bersama Mahe dan tidak lama
kami turun lagi karena laut masih bergelora. Akan tetapi saya kemudian naik
lagi dengan Ade, karena Ade mengajak saya naik, dan kebetulan saya ketika duduk
di tangga melihat jaket rompi yang tidak asing lagi warna dan tulisannya di
dunia pendidikan Indonesia: “Indonesia
Mengajar” yang duduk tertidur sangat pulas di tangga. Saya kemudian memberi
tahu Ade, dan Ade bilang ingin mewawancarai. Ya sudah, alih-alih pindah tempat
dan tanpa sengaja masnya bangun. Kemudian saya menyapa masnya dan bertanya
bahwa ada yang ingin bertanya, yaitu Ade :D (saya mbangunin saja, hehe).
Ketika Ade wawancara dengan masnya yang ternyata bernama
Wisnu, kemudian datang seorang mas pengajar muda lainnya, dan langsung
mengobrol dengan Ade juga J. Lha saya ngapain? Haha, saya duduk di
belakang dan sambil mendengarkan bengong-bengong sedikit, hehe. Kemudian mas
satunya yang bernama Iwan duduk di samping saya dan mulai bercerita
ngalor-ngidul. Mas Iwan bercerita tentang keadaan Pulau Rote dan pendidikannya
juga keuntungan datang ke pulau Rote, yaitu ramahnya penduduk dan juga alamnya.
Disana semuanya bersahabat, baik manusia dan alamnya, hanya saja kita harus
pandai beradaptasi J. Beliau juga menceritakan berbagai
kekurangan jika tinggal di Pulau Rote, diantaranya adalah sulitnya transportasi
dan juga makanan, terutama sayuran. Mas Wisnu dan mas Iwan bercerita bahwa Rote
Ndao itu sempit dan kecil, dan hal itulah yang membuat pikiran kami agak
berubah, hehe. Pikiran saya kan luas :D.
Mas Iwan ternyata adalah alumni Psikologi yang merupakan
mantan anggota pengurus ospek yang memberikan ospek kepada Mahe :D. Walaupun
pada saat turun ke dalam kelas ekonomi dan bertemu Mahe, Mahe sendiri tidak
mengingatnya haha. Dalam kesempatan ini Ade yang intensif memberikan pertanyaan,
jadi untuk jelasnya Ade lebih tahu J. Kemudian kedua
Pengajar Muda berpamitan setelah ada pemberitahuan bahwa kapal hampir malabuh
di pelabuhan Ba’a Pulau Rote. Kamipun melanjutkan tidur kami, hehe.
***
Hingga akhirnya kapal mulai melambat dan menunjukkan
tanda-tanda mau melabuh. Saya menunggu lima menit, setengah jam, satu jam lama
sekali, hingga akhirnya kapal benar-benar melabuh. Kemudian sebagian orang yang
turun di Pulau Rote mulai berkemas dan mulai antri untuk turun.
Ketika antri untuk turun kami disapa oleh dua orang
separuh baya yang ternyata merupakan Danramil dan Bapinsa dari Ba’a. Saya
terharu, karena mereka menjempt sampai naik di atas kapal. Di atas kapal beliau
berdua membimbing kami untuk turun di antara desakan puluhan orang disekiling
kami dari ratusan orang yang ingin turun.
Ketika antri, macetnya bukan main. Dapat dikatan satu
langkah baru dapat diambil setiap sepuluh menit sekali -_-. Hingga akhirnya
kurang lebih satu jam (jelas lebih kalau
cuma satu jam), mungkin satu setengan jam kami antri untuk dapat mencapai
tangga. Padahal jaraknya hanya berapa meter untuk mencapai tangga :D. Hingga
akhirnya tali plastik yang membawa 4 botol aqua 1,5 liter yang saya bawa putus
dan ‘brus’ aqua jatuh ke lantai. Sekarang, setelah tadi sore saya menjadi orang
yang menertawakan sekarang menjadi orang yang ditertawakan -_-. “Air panas
jatuh… air panas jatuh… air panas jatuh…” dan si Mahe tertawa di belakang saya
-_- asem -_-.
Saya dan Mahe (di
belakang saya) akhirnya mencapai tangga dan mengetahu adanya traffic,
ternyata kami berpapasan dengan orang yang akan naik kapal. Ketika menuruni
anak tangga kapal, saya melihat kapal walaupun sedang berlabuh tetap berguncang
yang lumayanlah. Saya juga melihat ombak sampai memercik ke bagian atas
pelabuhan dan saya hampir terciprat. Gelombang ombak sangat dekat dengan tinggi
pelabuhan, sehingga percikan air dapat masuk. Kemudian saya dan tim dibantu
oleh Bapak Danramil Charles dan Bapinsa David dan seorang teman beliau dibawa
dengan motor ke mess Koramil. Kami sampai daratan sekirat pukul satu pagi,
padahal kapal melabuh pukul sebelas kalau tidak dua belas :D.
Di mess Koramil kami duduk dan istirahat dan dibuatkan
teh oleh Bapa David. Saya disitu agak blank, karena saya merasa seperti mual,
padahal di dalam kapal tidak mual :D. Tim dan beliau-beliau mengobrol,
sedangkan saya berbicara hanya ketika diberikan pertanyaan :D.
Hingga akhirnya Ade dan Syalwa tidur, sedangkan Mahe
seperti orang yang bangun tidur (tidak
mengantuk). Mereka diskusi tentang kehidupan di pulau Rote, dan saya sempat
merekamnya dalam video J Jadi teman-teman tonton semua videonya
ya, walaupun tidak bagus hasilnya J, maklum hanya
CamDi, dan yang menggunakan juga newbie :3. Waktu menunjukkan jam setengah 5
pagi, saya dan Mahe kemudian pergi tidur J
Oke, sampai disini
untuk On The Way to Rote. Mohon maaf gaya penulisannya terlalu nyantai, hehe. Yang
penting garis besarnya dapat ya, :D. Terimakasih J.
“Cogito Ergo Sum”
Kamar Kost, 10 April 2014
00:07 am
Tidak ada komentar:
Posting Komentar