Hari
ke-3 Papela-Kembali ke Ba’a
Rabu,
22 Januari 2013
Tidak terasa sudah hari ketiga kami berada di Papelas,
dan sudah banyak survey yang kami lakukan dengan laporan berupa foto dan video.
Pada hari ketiga ini, kami bangun siang dan setelah bangun dan main-main tidak
jelas sebentar kami mandi untuk mempersiapkan diri kami untuk kembali lagi ke
Kota Kabupaten Ba’a. Sebelum mandi saya dan Mahe sempat bermain-main dengan
dongkrak yang saya kira sudah tidak bisa digunakan, dan ternyata dengan sapu
dongkrak tersebut dapat digunakan, walau kami tidak tahu bagaimana cara
menurunkan tuas hidroliknya :D. Tetapi yang bertanggungngjawab Mahe. Kemudian
Bapa Therik datang dan bilang bahwa dongkraknya yang besar tersebut memang
masih berfungsi dan beliau juga memberi tahu cara menurunkan kembali tuas
hidroliknya J.
Saya
mandi lebih dulu dari pada teman-teman, kemudian setelah mandi saya foto-foto
sebentar keadaan rumah Bapa Therik dengan detailnya serta foto-foto lagi
kotoran yang ada di lapangan :D karena biasanya kotoran pagi biasanya masih
segar dan menarik untuk difoto (kotoran
hewan lho ya J).
Tidak
lama kemudian saya masuk lagi ke dalam rumah, Mama Therik memanggil kami dari
ruang sebelah dan menyediakan hidangan berupa ikan bakar dan ikan goreng,
sambal serta lalapan :D, mantap pokonya. Kami pun pergi ke ruang sebelah dan
menerima dengan sukacita makanan yang sudah sengaja disiapkan oleh Mama Therik J.
Kemudian setelah makan
kami siap-siap lagi, karena sebentar lagi mobil yang dikendarai oleh Bapa Kepala
Desa dari Faifua segera datang untuk mengantar kami ke Ba,a. Sebelum itu, kami
foto dulu dengan Bapa Therik sekeluarga dan Ade memberi kenang-kenangan kepada
Bapa Therik J
Akhirnya, selesai juga tugas kami di Papela. Ketika mobil
datang, kami segera membawa tas kami ke dalam mobil Avanza milik Bapa Kepala
Desa Faifua. Kami merasa itu adalah hari terakhir kami di Ba’a sebelum KKN
nanti, walau ternyata eh nanti balik lagi juga :D.
Selama tiga hari di Papela banyak pelajaran baru yang
kami dapat, banyak hal baru yang sebeleumnya tidak saya bayangkan, mulai dari
pola hidup, kebudayaan, dan semuanya.
Banyak permasalahan yang terjadi disini, tetapi permasalahan yang paling
utama disini adalah kesadaran dalam dunia pendidikan dan juga banyaknya
halangan yang membuat moivasi belajar sisiwa menadi berkurang, seperti
teknologi komputer yang berjumlah sedikit, kurangnya referensi, bahkan
kurangnya tenaga pengajar yang ada disini. Kurangnya teknologi dapat berdampak
kepada tingkat melek teknologi dari seorang anak, kurangnya referensi berdampak
pada sempitnya pemikiran sang anak kelak, sedangkan kurangnya tenaga pendidik dapat
berdampak pada kurangnya kualitas karakter yang dimiliki anak. Dan disini kita
sebagai mahasiswa yang sudah siap untuk mengabdi dalam dunia pendidikan
benar-benar harus mempersiapkan diri kita untuk membangun karakter pada anak
tersebut, walaupun tidak dipungkiri mungkin banyak di antara kita yang tidak
mengetahui bagaimana caranya, tetapi saya yakin di dalam waktu yang tersisa ini
kita dapat mempersiapkan diri untuk dapat benar-benar mengerti bagaimana dunia
pendidikan anak dan bagaimana kita dapat berperan di dalamnya. Mungkin saya
hanya dapat menulis sesutau yang benar-benar omong kosong, tetapi bukankah
disini kita ada untuk tujuan itu? Bukan mau tidak mau, tetapi ketulusan hati
kita masing-masing dapat membantu kita menemukan jalan itu, hingga tanpa sadari
kita telah mempelajari dan siap untuk diaplikasikan nantinya pada saat KKN J.
***
Setelah perjalanan selama kurang lebi satu jam, akhirnya
kami sampai di Ba’a disambut oleh Bapa Bapinsa David dan Bilga keponakan dari
Bapa David. Kami istirahat sebentar untuk kemudian melakukan planing
selanjutnya, karena pada saat itu semua tim kecuali saya mabok, haha, ini tumben berbalik keadaannya :D
Ternyata teman-teman tidak tahan dnegan gaya mengemudinya kepala desa Faifia
yang ngebut-ngebut :D. Saya mengira kami akan segera melakukan suvey lagi, akan
mungkin karena kondisi tim pada saat itu akhirnya memutuskan untuk refreshing
dahulu dengan naik ke mescusuar dia Ba’a yang katanya merupakan mescusuar
tertinggi dengan 300 tangganya.
Pada saat naik, saya sih excited saja, tetapi kemudian
saya menyadari bahwa saya adalah orang yang takut ketinggian, tetapi keep spirit
ae lah :D. Dan benar saja, ketika mau naik ke atas, kepala saya sudah pusing
ketika melihat tangga yang meliuk-liuk berputar teratur membentuk spiral di
atas kepala saya. Saya sudah deg-deg an, kemudian secara tiba-tiba Bapa David
menyuruh saya untuk pergu dulu dan menginjak anak tangga pertama sebagai
pembuka, entah apa maksudnya, akan tetapi saya turuti saja yang kemudian
disusul Mahe dan yang lain. Bapa David juga menyuruh kami untuk menghitung
jumlah anak tangga yang ada disana, saya manut-manut saja dan menghitung anak
tangga pada lantai ke satu dan dua, yang ternyata masing-masing berjumlah 25
anak tangga. Saya tidak melanjutkan lagi pernghitungan saya, karena rasa takut
ketinggian mulai memuncak hehe.
Sampai di atas puncak, kami langsung foto-foto, dan saya
juga semakin merasa pusing dan semakin takut :D. Maaf, bukannya alay sih,
tetapi saya memang takut ketinggian J. Sehingga
setelah mengambil beberapa gambar, foto bersama dan mengambil video, saya
langsung kembali ke bagian dalam mescusuar karena takut, hehe. Saya berharap kami tidak berada di atas sampai matahari
tenggelam, karena pada awalnya mau melihat sunset dari sana, dan ternyata tidak
(Puji Tuhan, hehe). Ternyata kami
turun dan berencana menuju tiang bendera, ye
ye J. Dari
atas mescusuar teman-teman dapat melihat seluruh Ba’a dari atas, dan juga dapat
melihat lautan lepas di mengelilingi hampir 180 derajat pandangan kita. Dari
sini kita tentu dapat melihat sunset dengan indah, tentunya jika tidak takut
ketinggian, karena jujur bagi saya lama di atas akan membuat semakin pusing dan
eneg :D. Akan tetapi bagi yang tidak takut ketinggian bukan masalah dan akan
menikmati pemandangan dari atas. Oh ya, katanya merupakan suatu kehormatan
untuk dapat naik ke atas mescusuar ini, karena katanya tidak semua orang dapat
naik ke atas, bahkan penjaga mescusuar juga tidak naik secara sembarangan J.
Karena
kekurangan motor kami meminta tolong salah satu teman Bapa David untuk
mengantar kami ke mescusuar, yaitu Bapa Obama (nama panggilan, sedangkan nama asli tidak tahu :D). Saya diantar
Bapa Obama sampai tiang bendera, disana kami ambil gambar dan melihat indahnya
sunset yang ada disana. Jujur selama disana navigasi dalam kepala saya kacau,
karena saya tidak bisa membedakan mana barat dan timur, walaupun jelas-jelas
saya sedang malihat sunset. Karena selama di Jawa kan kita selalu mengidentikan
laut dengan arah selatan atau sebaliknya, dan disini, baik selatan utara barat
maupun timur dengan mudah laut dapat ditemui, alhasil navigasi saya pun kacau
:D. Saya mencoba untuk memperbaiki navigasi saya dengan menanam bahwa saya
sedang menghadap ke barat, tetapi dalam perasaan saya, saya sedang menghadap ke
timur. Teman-teman akan mengalami sendiri nantinya :D.
Ketika matahari sudah terbenam, kami mempersiapkan diri
untuk pulang. Di tengah jalan, kami melihat ada orang membawa golok, wuih seram
guys :D. Tetapi setelah disapa ternyata orang baik, kata Bapa Obama mungkin
sedang mencari ternaknya, maklum kan disana ternak dilepas dan bebas. Perlu
teman-teman ketahui, tiang bendera adalah tempat yang indah dan jarang jejak
kaki manusia disana tetapi juga terdapat bangunan disana, karena merupakan
bekas kafe atau semacam bar (katanya :D).
Walaupun sepi ketika kami datang, disana adalah tempat para muda-mudi untuk
menghabiskan malam minggunya :D, seram tidak tuh? Bayangkan saja, disana tidak
ada lampu satupun, yang ada adalah tempat luas yang tidak ada orang lain disana
kecuali pendatang :D. Selama di perjalanan, saya melihat banyak salib yang
berjumlah tiga dalam tempat-tempat yang berbeda di atas batu karang. Setelah
saya tanyakan kepada Bapa Obama, ternyata salib tersebut untuk menandai bahwa
kami ada disini, tidak tahu juga maksud lebih di atas itu J.
Ketika sampai di mess Koramil, kami istirahat dan
mempersiapkan survey ke Rote Barat besok paginya J. Akhirnya hari
itu kami hanya refreshing setelah tiga hari jalan dan motoran kesana-sini untuk
menemui orang itu dan ini J.
Oke teman-teman, itulah yang dapat saya ceritakan pada
tanggal hari Rabu, 22 Januari 2014. Semoga dapat menjadi gambaran bagi
teman-teman sebelum kita sampai disana :D Gambaran untuk refreshing :D J.
Terimkasih sudah berkenan membaca sampai disini J.
“Cogito Ergo Sum”
Kamar Kost, 10 April 2014
00:14 am
Tidak ada komentar:
Posting Komentar