28/04/14

Membuat Wayang Karton: Wisanggeni

Berikut wayang karton Wisanggeni buatan saya, jauh berbeda dengan buatan para maestro :) Tetapi paling tidak memberikan gambaran bagi teman-teman yang ingin mengetahui penampakan fisiknya. Ini batiknya salah :v
























April, 28, 2014
Sampoerna Corner UGM
"Cogito Ergo Sum"

Read more ...

09/04/14

Pulau Rote Part VII

Rote-Kupang
Senin, 27 Januari 2014
Pukul 04:00 WITA tim bangun pagi dan mulai bersiap untuk kembali lagi ke Ba’a, karena malam sebelumnya sekitar pukul setengah sebelas malam Bapa Bapinsa Therik dikomando oleh Danramil untuk membawa tim survey ke Ba’a pukul 06:00 untuk kemudian diikutkan pesawat TNI AL.

            Kami diantar ke Ba’a oleh Bapa Therik dan Andre putra Bapa David sekitar pukul 05:00 WITA, karena sebelumnya hujan sangat lebat, sehingga kami menunda keberangkatan sampai hujan reda. Kami menaiki mobil pick up dari saudara Bapa Therik dan menempuh perjalanan selama kurang lebih satu setengah jam. Dalam mobil pick up, saya, Mahe dan Andre duduk di belakang dan menjaga tas dan selama perjalanan kami mengobrol dan bercanda, biasalah cowok hehe.

            Dalam perjalanan, kami melihat banyak anak-anak yang berangkat sekolah, baik SD, SMP dan SMA. Mereka berjalan kaki sambil membawa jerigen yang beberapa sih kosong, tetapi banyak juga yang berisi air (mungkin, hehe). Saya tidak tahu mengapa semua siswa baik SD, SMP dan SMA tersebut membawa jerigen tersebut. Mungkin untuk mengisi air di bak sekolah, tetapi kok ada juga yang membawa kosong ya -_-. Yang hebat, mereka yang saya tahu berjalan kaki sangat jauh untuk dapat mencapai sekolahnya. Kok tahu kalau sekolahnya jauh? Ya, karena dari titik saya melihat anak SD, SMP, atau SMA ke sekolah yang saya lihat kemudian jaraknya sangat jauh. Tetapi dalam perjalanan mereka bersama dan ramai-ramai kok J, walau ada juga yang sendiri J.

            Sebenarnya ada rasa tidak enak, karena setelah rencana-rencana yang kami susun sebelumnya dalam hal transportasi ke Kupang satu demi satu tidak terlaksana alasan cuaca. Tidak enak karena biaya pesawat TNI AL ditanggung oleh pihak TNI. Tetapi kemudian saya mendapat penjelasan dari Mahe bahwa itu memang bahasa TNI, kalau kita mengganti sama saja kita (maaf) mengencingi pihak TNI. Semua baik-baik saja, itulah kata-kata Mahe. Saya yang awam dalam masalah tersebut ya hanya bisa mengiyakan dan mencoba melihat dari sisi berkat, bahwa ini adalah berkat dari Tuhan yang setiap waktu selalu menjaga kami yang tidak akan membiarkan satu helai rambut pun dari tim jatuh ke tanah. Ya, dan saya percaya itu, akhirnya ya saya mengambil semua sisi positifnya. Selama di dalam pesawat saya hanya berdoa mohon selamat dan ucap syukur. Karena pesawatnya lumayan seram juga suaranya, dan kami duduk menyamping seperti angkot, selain itu kami duduk paling belakang dan paling dekat dengan pintu belakang :D.

            Pukul setengah tujuh kami tiba di depan mess Koramil Ba’a. Disana saya dan Mahe pergi ke mess karena ada keperluan, saya buang air kecil dan besar, sedangkan Mahe hanya yang besar :D. Saya menggunakan kamar mandi Danramil, sedangkan Mahe menggunakan milik Bapinsa, dan itu bersebelahan -_-.

            Kami akhirnya bertemu kembali dengan Bapa Charles, Bapa David, Bapa Wargi dan Bapa Suranto. Akhirnya kami diantar oleh mobil Danramil dengan pengemudi Bapa Suranto ke Lapangan Udara yang namanya saya lupa (maaf -_-). Setelah menunggu beberapa saat pesawat tiba dan pesawat yang seharusnya berkapasitas 18 orang tersebut tampak keluar dari dalamnya lebih dari 20 orang -_-. Kami di Bandara diantar oleh Bapa Wargi, Bapa Suranto dan Bapa Charles yang menyusul kemudian. Kami foto berempat dengan Bapa Wargi untuk kemudian dijadikan laporan oleh Bapa Wargi ke KODIM.

            Kemudian tanpa sengaja kami bertemu dengan Kepala Bapeda, Ade kemudian memberikan surat kepada Kepala Bapeda tersebut dan berbincang sebentar sebelum akhirnya ada instruksi supaya segera menaiki pesawat Casa TNI AL.
            Ketika perjalan ke pesawat, kami diantar oleh Bapa Charles dengan membawakan tas yang berat. Saya terharu dengan bantuan yang diberikan Bapa Charles selama ini, dan saya lihat (Ade) menangis hehe, mungkin terharu juga kaliya :D. Bagaimana tidak, beliau mengantar sampai belakang pesawat tepat dan ketika pintu ditutup beliau melambaikan tangan yang diikuti balasan dari lambaian tangan kami. Sampai jumpa Bapa bulan Juli dan Agustus nanti.

            Kami di atas pesawat selama kurang lebih 30 menit, memandang birunya laut yang terkena sinar matahari pagi. Perlu teman-teman ketahui, pesawat Casa terbang rendah, sehingga daratan dan lautan pun sangat jelas terlihat J. Di atas pesawat kemudian ada yang bilang bahwa ombak tinggi. Puji Tuhan, mungkin ini benar-benar rencana yang Tuhan berikan J. Di atas pesawat saya sempat merekam ketika landing, dan dapat teman-teman lihat landingnya yang sempat mental satu kali sebelum akhirnya pesawat benar-benar dapat bergerak sempurna di atas landasan J.

            Kemudian kami turun dari pesawat, dan saya adalah orang kedua yang turun setelah awak pesawat yang bertugas :3. Tidak lama kemudian kami melihat Bapa Muhammad yang sudah menunggu kami di depan Hangar milik TNI AL. Kami kemudian diangkut oleh mobil menuju ke mess Kodim untuk kemudian istirahat J. Saat turun saya melihat wajah-wajah yang lemas :D, terutama Ade yang tampak pucat dan syalwa yang lemas serta Mahe yang menghitam hehe, hampir sama dengan saya hitamnya :p.

            Kami akhirnya kembali pada kamar yang sama seperti awal ketika kami baru saja sampai di mess tersebut. Langsung kami cau untuk tidur :D.

            Malamnya kami dipanggil oleh Dandim untuk menghadap pukul 20:00 WITA. Kami akhirnya pergi ke kantor Kodim dan sambil menunggu Dandim kami online sebentar, karena ada wifinya hehe. Akhirnya kami disuruh masuk oleh Dandim sendiri dan mengobrol sampai kurang lebih pukul 22:00 WITA. Kami disana ditanya bagaimana keadaannya dan Dandim meminta kami untuk mempersiapkan nantinya ketika 25 orang bertandang ke Pulau Rote. Kami diminta untuk mempersiapkan terutama transportasinya dan juga penginapan yang digunakan oleh 25 orang. Selain itu beliau juga bercerita tentang masa muda beliau dulu ketika belum ditempatkan di Kupang, beliau juga bercerita banyak tentang pulau Rote. Disana kami mendapatkan banyak wawasan, ya saya menerima banyak ilmu sisitu, walaupun banyak yang lupa hehe (karena pada waktu itu saya ngantuk berat :D). Kemudian Dandim menyudahi pertemuan kami, disana tak lupa kami menyampaikan terimakasih kami atas bantuan beliau dan seluruh personel TNI AD. Saya sendiri berdoa supaya Tuhan memberikan berkatnya yang melimpah kepada keseluruhan TNI AD yang telah menerima kami dengan segala kekurangan kami. Karena saya sendiri sadar betapa kami merepotkan, tetapi memang tentara, otak tentara saya yakin tidak mempermasalahkan itu. Sebaliknya saya berdoa supaya TNI senang dengan kedatangan kami, ya mudah-mudahan J.

            Bapak Dandim merupakan orang yang baik menurut saya, karena beliau mengutamakan keselamatan kami dan menjaga serta memantau kami selama kami melakukan survey. Tidak kalah baik adalah keseluruhan personelnya, mulai dari Bapa Jamal yang menjemput serta pada awalnya mengawal kami, Bapa Muhhamad yang menjadi driver ketika dari Bandara El Tari Kupang dua kali, Bapa Muhhamad yang menjemput kami di Bandara El Tari setelah dari Rote dan yang membimbing kami ke pelabuhan dan banyak lagi (ada dua Bapa Muhammad hehe), Bapa Syaiful, Bapa Pramono yang mengantar kami jalan-jalan dan membimbing kami ke tempat-tempat yang tidak kami ketahui sebelumnya, Bapa-bapa yang kemarin piket yang mengijinkan kami untuk online disana untuk mengurus kepentingan kami. Semuanya baik, dan puji Tuhan beliau-beliau adalah orang yang luar biasa dalam hal penerimaan kepada kami.

            Teman-teman nantinya akan mengetahui sendiri keramahan TNI AD yang akan kita temuai nanti di bulan Juli-Agustus. Saya sendiri tidak tahu kalau ternyata TNI sebaik itu J. Mungkin memang agak berlebihan karena saya memandang semua baik, tetapi memang itu adanya, hehe, nanti teman-teman akan tahu sendiri J.

            Nah untuk kita sendiri, saya harap kita menjaga diri dari hal-hal yang dapat menurunkan derajat nama UGM di depan para anggota TNI, supaya kedepannya hubungan antara mahasiswa yang ingin melanjutkan KKN kita dengan TNI tetap terjaga baik dan semakin baik. Karena TNI sudah memberikan kepercayaan yang besar kepada kita yang dianggap orang intelektual oleh personel TNI. Kita harus mampu menjaga kesopanan kita, menjaga nama baik tim dan yang terutama adalah menjaga nama baik Universitas Gadjah Mada, dimana kita bertandang dengan selimut kampus kita. Tentunya kita tidak ingin selimut yang melindungi kita kotor kan? J. Kita harus benar-benar mencerminkan sebaimana layaknya seorang mahasiswa yang berpikiran global dengan memperhatikan etika-etika yang sudah seharusnya terpatri dalam diri seorang mahasiswa. Jangan sampai kepercayan TNI yang sudah diberikan hilang karena tindakan kecil yang seharusnya tidak perlu dilakukan tetapi kemudian memiliki dampak negatif besar terhadap nama baik tim dan kampus kita J. So guys, biarlah kita menjadi cermin kebaikan yang sesungguhnya selayaknya mahasiswa. TNI manunggal mahasiswa :D J.

            Sampai disini ya episode kembali ke Kupang J. Semangat untuk bulan Juli-Agustus nanti ya teman-teman J.


“Cogito Ergo Sum”

Kamar Kost, 10 April 2014
00:18 am
Read more ...

Pulau Rote Part VI

OESELE
Kamis, 23 Januari 2014
Dari Kantor Kecamatan Rote Barat Daya kami melanjutkan perjalanan kami ke Oesele. Masih dengan formasi yang sebelumnya, yaitu Mahe berboncengan dengan Syalwa, Ade dengan Bapa David dan saya sendiri dengan Bapa Yusuf Bapinsa Barat Daya.

Selama perjalanan Bapa Yusuf bercerita tentang keadaan Rote Barat Daya, terutama suku Ti’I dan Dengka yang sering berselisih paham. Bapak Yusuf bercerita bahwa masyarakat dimana beliau mengabdi sebagai Bapinsa rata-rata memiliki tingkat pendidikan yang rendah, terutama mereka yang saat ini sudah tua. Tingkat pendidikan yang rendah menurut beliau adalah faktor utama yang membuat rendahnya toleransi kebersamaan antar suku. Rendahnya pendidikan menjadikan banyak individu mudah terpancing dalam hal emosi, bahkan untuk hal-hal yang dianggap kecil dan sepele. Beliau juga bercerita tentang banyaknya kasus pembunuhan yang terjadi di daerah dimana beliau mengabdi sebagai Bapinsa. Terakhir kali pembunuhan yang beliau tangani adalah saling bunuh antara dua petani yang terjadi digubuk sawah. Saling bunuh ini terjadi antara dua orang petani. Yang saya tangkap ceritanya adalah seperti ini: 

Ada seorang petani yang memelihara dua ekor babi, dan kedua babi tersebut masik ke ladang petani lain dan merusak tanaman yang ada di ladang tersebut. Petani yang memiliki ladang kemudian marah dan membunuh kedua ekor babi tersebut. Petani yang memiliki babi tersebut kemudian mendatangi sang petani yang membunuh babi tersebut dengan tenang tanpa memperlihatkan tanda-tanda buruk. Setelah sampai di gubuk dimana sang petani yang membunuh babi berada, pemilik babi kemudian memarang kepala dari sang pemilik babi dan menyabet sekali lagi di bagian punggung (kalau tidak salah). Sang petani yang diparang kemudian menghunus parangnya dan menusuk perut dan pemilik babi. Kemudian datang Ipar dan saudara (kalau tidak salah) dari petani yang membunuh kedua babi dan membantu petani yang membunuh babi dan memarang pemilik babi hingga putus bagian kepalanya dari mulut sampai belakang kepala. TKP terjadi di gubuk dengan meninggalkan 2 orang tewas dan 2 orang yang membantu luka-luka. Pada bagian ini Ade, Mahe dan Syalwa melihat tubuh sang pemilik babi, tetapi saya sendiri tidak melihat.

            Teman-teman dapat menyimpulkan sendiri penyebab yang mungkin dapat diambil dari segi pendidikan. Selain itu Bapak Bapinsa Yusuf juga menceritakan keadaan jalan yang sebelumnya sangat buruk dan hingga akhirnya turun dana pemerintah, dan jalan yang merupakan akses utama baru selesai kemarin pada tahun 2012. Tetapi jalan-jalan lain masih banyak yang buruk dan belum ada yang mendapatkan perhatian. Beliau juga bercerita tentang kendaraan yang dimilikinnya merupakan kendaraan sendiri dan bukan merupakan kendaraan dinas seperti yang seharusnya diberikan kepada Bapinsa.

            Hal menarik yang saya temui selama di jalan adalah rumah-rumah yang masih banyak dalam bentuk rumah adat yang terbuat dari lontar. Disana-sini ada rumah lontar, akan tetapi banyak juga rumah yang sudah dalam bentuk cor dengan atap sengnya.

            Selain hal di atas, juga terdapat hal menarik dari siswa-siswa yang mungkin baru pulang sekolah. “Semua” semua siswa yang saya lihat tidak ada yang mengenakan sepatu, beberapa sandal dan bahkan banyak yang tanpa menggunakan alas kaki. Bahkan ada beberapa yang tidak menggunakan tas dan hanya membawa satu buku.

            Dalam perjalanan kami berhenti sebentar di depan rumah adat dari seorang warga Oesele, sambil menunggu Ade dengan Bapa Yusuf yang saya sendiri dan teman-teman tidak tahu mengapa sampai begitu lama. Disitu kami disambut baik oleh pemilik rumah dan disediakan kursi oleh pemilik rumah. Disitu saya, Mahe dan Syalwa mengobrol dengan seorang Bapak yang kebetulan mendatangi kami. Beliau bercerita tentang keadaan dari rumah-rumah disini dan juga listrik yang ada di desa Oesele. Beliau bercerita tentang bantuan dari pemerintah berupa solar sel yang dapat menerangi pada malam hari. Tidak semuanya mendapat solar sel, pemerintah menyeleksi rumah-rumah yang dianggap kurang mampu yang kemudian menjadi tujuan utama pemberian solar sel. Sehingga walaupun rumahnya dari rotan, jangan salah semuanya memiliki solar sel J. Walau begitu, keadaan hidup mereka tetap saja memprihatinkan, dan menurut saya hal yang paling memprihatinkan adalah fasilitas MCK dan juga (maaf) pakaian yang mereka gunakan. Untuk MCK terutama WC tidak berasal dari bahan permanen tetapi tanah biasa, sedangkan untuk pakaian, banyak dari antara mereka yang menggunakan pakaian lusuh dan mungkin sudah tidak layak pakai lagi. Mungkin memang tidak semua masyarakat Oesele seperti itu, akan tetapi saya sendiri berpendapat mungkin mereka yang masih tinggal di rumah dari lontar rata-rata seperti itu.

            Kemudian Ade dan Bapa David datang bersama seorang laki-laki separuh baya yang ternyata merupakan Bapak Kepala Desa Oesele. Ternyata Ade mengambil inisiatif untuk bertemu Bapak Kepala Desa. Kemudian beliau mengajak kami masuk ke salah satu rumah, disitu beliau menjelaskan struktur rumah dan berbagai fungsinya.

Dari hal tersebut, saya mengetahu bahwa masyarakat Oesele banyak yang masih mempertahankan bentuk rumah adat mereka, walau banyak pula yang sudah beralih ke rumah permanen. Untuk rumah yang berasal dari rotan sendiri tidaklah permanen, karena rumah tersebut memiliki atap yang haru diganti setiap lima tahun sekali dan dindingnya jika sudah tidak kuat lagi menyangga rumah.

***
Kami melanjutkan perjalanan kami untuk menemui Pengajar Muda yang mengabdi di Oesele (maaf saya lupa namanya). Disana beliau bercerita banyak tentang tentang keadaan masyarakat dan juga pendidikan yang ada di daerah Oesele, dan ternyata keadaannya sangat memrihatinkan. Mengapa? Karena masih ada murid kelas 3 SD yang bahkan belum bisa baca tulis. Saya tidak tahu mengapa hal ini terjadi, tetapi itulah kenyataannya. Tidak lepas dari hal tersebut, ternyata fasilitas buku referensi yang ada sangat sedikit, bahkan tidak jarang buku referensi hanya dimiliki oleh guru yang mengajar disana. Hal ini menurut saya dapat dijadikan alasan mengapa masih banyak yang belum bisa baca tulis. Kebiasaan yang ditanamkan oleh orang tua untuk bekerja mungkin juga turut memberikan andil dalam berkurangnya waktu belajar anak-anak. Kebiasaan untuk bermain juga membuat minat belajar anak-anak turun, karena saat belajar banyak dari antara anak-anak yang bermain. Banyak adari anak-anak yang memiliki cita-cita rendah, sehingga Pengajar Muda terus menggunakan metode belajar yang dapat memancing anak-anak agar memiliki cita-cita yang tinggi untuk masa depannya.

Dari hal, menurut saya buku referensi merupakan sesuatu yang harus dibutuhkan untuk majunya pendidikan di Oesele. Selain itu para tenaga pengajar yang ditugaskan harus profesional dalam menyeleksi mereka yang berhak naik kelas dan mereka yang wajib tinggal kelas, sehingga dapat memberikan dorongan positif untuk belajar untuk siswa secara menyeluruh. Sehingga tingkat rata-rata siswa meningkat. Penanaman nilai-nilai karakter dibutuhkan, karena mereka memiliki usia yang masih dini. Usia dini tersebut merupakan kesempatan untuk menanamkan nilai karakter untuk masa depan mereka, mengingat masa dewasa berpegang dari apa yang mereka peroleh dari kecil. Sehingga karakter yang baik akan berdampak pada masa depan yang cerah juga.
***
Saya tulis apa adanya yang saya dapat, mengerti dan saya pahami dan tentunya yang saya ingat J, semoga dapat menjadi referensi bagi tim pengusul dan juga keseluruhan tim KKN UGM di Rote Ndao. Sehingga kita dapat memberikan dampak yang positif bagi masyarakat Pulau Rote J.


“Cogito Ergo Sum”

Kamar Kost, 10 April 2014
00:16 am
Read more ...

Pulau Rote Part V

Hari ke-3 Papela-Kembali ke Ba’a
Rabu, 22 Januari 2013
            Tidak terasa sudah hari ketiga kami berada di Papelas, dan sudah banyak survey yang kami lakukan dengan laporan berupa foto dan video. Pada hari ketiga ini, kami bangun siang dan setelah bangun dan main-main tidak jelas sebentar kami mandi untuk mempersiapkan diri kami untuk kembali lagi ke Kota Kabupaten Ba’a. Sebelum mandi saya dan Mahe sempat bermain-main dengan dongkrak yang saya kira sudah tidak bisa digunakan, dan ternyata dengan sapu dongkrak tersebut dapat digunakan, walau kami tidak tahu bagaimana cara menurunkan tuas hidroliknya :D. Tetapi yang bertanggungngjawab Mahe. Kemudian Bapa Therik datang dan bilang bahwa dongkraknya yang besar tersebut memang masih berfungsi dan beliau juga memberi tahu cara menurunkan kembali tuas hidroliknya J.
           
Saya mandi lebih dulu dari pada teman-teman, kemudian setelah mandi saya foto-foto sebentar keadaan rumah Bapa Therik dengan detailnya serta foto-foto lagi kotoran yang ada di lapangan :D karena biasanya kotoran pagi biasanya masih segar dan menarik untuk difoto (kotoran hewan lho ya J).

Tidak lama kemudian saya masuk lagi ke dalam rumah, Mama Therik memanggil kami dari ruang sebelah dan menyediakan hidangan berupa ikan bakar dan ikan goreng, sambal serta lalapan :D, mantap pokonya. Kami pun pergi ke ruang sebelah dan menerima dengan sukacita makanan yang sudah sengaja disiapkan oleh Mama Therik J.

Kemudian setelah makan kami siap-siap lagi, karena sebentar lagi mobil yang dikendarai oleh Bapa Kepala Desa dari Faifua segera datang untuk mengantar kami ke Ba,a. Sebelum itu, kami foto dulu dengan Bapa Therik sekeluarga dan Ade memberi kenang-kenangan kepada Bapa Therik J

            Akhirnya, selesai juga tugas kami di Papela. Ketika mobil datang, kami segera membawa tas kami ke dalam mobil Avanza milik Bapa Kepala Desa Faifua. Kami merasa itu adalah hari terakhir kami di Ba’a sebelum KKN nanti, walau ternyata eh nanti balik lagi juga :D.

            Selama tiga hari di Papela banyak pelajaran baru yang kami dapat, banyak hal baru yang sebeleumnya tidak saya bayangkan, mulai dari pola hidup, kebudayaan, dan semuanya.  Banyak permasalahan yang terjadi disini, tetapi permasalahan yang paling utama disini adalah kesadaran dalam dunia pendidikan dan juga banyaknya halangan yang membuat moivasi belajar sisiwa menadi berkurang, seperti teknologi komputer yang berjumlah sedikit, kurangnya referensi, bahkan kurangnya tenaga pengajar yang ada disini. Kurangnya teknologi dapat berdampak kepada tingkat melek teknologi dari seorang anak, kurangnya referensi berdampak pada sempitnya pemikiran sang anak kelak, sedangkan kurangnya tenaga pendidik dapat berdampak pada kurangnya kualitas karakter yang dimiliki anak. Dan disini kita sebagai mahasiswa yang sudah siap untuk mengabdi dalam dunia pendidikan benar-benar harus mempersiapkan diri kita untuk membangun karakter pada anak tersebut, walaupun tidak dipungkiri mungkin banyak di antara kita yang tidak mengetahui bagaimana caranya, tetapi saya yakin di dalam waktu yang tersisa ini kita dapat mempersiapkan diri untuk dapat benar-benar mengerti bagaimana dunia pendidikan anak dan bagaimana kita dapat berperan di dalamnya. Mungkin saya hanya dapat menulis sesutau yang benar-benar omong kosong, tetapi bukankah disini kita ada untuk tujuan itu? Bukan mau tidak mau, tetapi ketulusan hati kita masing-masing dapat membantu kita menemukan jalan itu, hingga tanpa sadari kita telah mempelajari dan siap untuk diaplikasikan nantinya pada saat KKN J.
***
            Setelah perjalanan selama kurang lebi satu jam, akhirnya kami sampai di Ba’a disambut oleh Bapa Bapinsa David dan Bilga keponakan dari Bapa David. Kami istirahat sebentar untuk kemudian melakukan planing selanjutnya, karena pada saat itu semua tim kecuali saya mabok, haha, ini tumben berbalik keadaannya :D Ternyata teman-teman tidak tahan dnegan gaya mengemudinya kepala desa Faifia yang ngebut-ngebut :D. Saya mengira kami akan segera melakukan suvey lagi, akan mungkin karena kondisi tim pada saat itu akhirnya memutuskan untuk refreshing dahulu dengan naik ke mescusuar dia Ba’a yang katanya merupakan mescusuar tertinggi dengan 300 tangganya.

            Pada saat naik, saya sih excited saja, tetapi kemudian saya menyadari bahwa saya adalah orang yang takut ketinggian, tetapi keep spirit ae lah :D. Dan benar saja, ketika mau naik ke atas, kepala saya sudah pusing ketika melihat tangga yang meliuk-liuk berputar teratur membentuk spiral di atas kepala saya. Saya sudah deg-deg an, kemudian secara tiba-tiba Bapa David menyuruh saya untuk pergu dulu dan menginjak anak tangga pertama sebagai pembuka, entah apa maksudnya, akan tetapi saya turuti saja yang kemudian disusul Mahe dan yang lain. Bapa David juga menyuruh kami untuk menghitung jumlah anak tangga yang ada disana, saya manut-manut saja dan menghitung anak tangga pada lantai ke satu dan dua, yang ternyata masing-masing berjumlah 25 anak tangga. Saya tidak melanjutkan lagi pernghitungan saya, karena rasa takut ketinggian mulai memuncak hehe.

            Sampai di atas puncak, kami langsung foto-foto, dan saya juga semakin merasa pusing dan semakin takut :D. Maaf, bukannya alay sih, tetapi saya memang takut ketinggian J. Sehingga setelah mengambil beberapa gambar, foto bersama dan mengambil video, saya langsung kembali ke bagian dalam mescusuar karena takut, hehe. Saya berharap kami tidak berada di atas sampai matahari tenggelam, karena pada awalnya mau melihat sunset dari sana, dan ternyata tidak (Puji Tuhan, hehe). Ternyata kami turun dan berencana menuju tiang bendera, ye ye J. Dari atas mescusuar teman-teman dapat melihat seluruh Ba’a dari atas, dan juga dapat melihat lautan lepas di mengelilingi hampir 180 derajat pandangan kita. Dari sini kita tentu dapat melihat sunset dengan indah, tentunya jika tidak takut ketinggian, karena jujur bagi saya lama di atas akan membuat semakin pusing dan eneg :D. Akan tetapi bagi yang tidak takut ketinggian bukan masalah dan akan menikmati pemandangan dari atas. Oh ya, katanya merupakan suatu kehormatan untuk dapat naik ke atas mescusuar ini, karena katanya tidak semua orang dapat naik ke atas, bahkan penjaga mescusuar juga tidak naik secara sembarangan J.

            Karena kekurangan motor kami meminta tolong salah satu teman Bapa David untuk mengantar kami ke mescusuar, yaitu Bapa Obama (nama panggilan, sedangkan nama asli tidak tahu :D). Saya diantar Bapa Obama sampai tiang bendera, disana kami ambil gambar dan melihat indahnya sunset yang ada disana. Jujur selama disana navigasi dalam kepala saya kacau, karena saya tidak bisa membedakan mana barat dan timur, walaupun jelas-jelas saya sedang malihat sunset. Karena selama di Jawa kan kita selalu mengidentikan laut dengan arah selatan atau sebaliknya, dan disini, baik selatan utara barat maupun timur dengan mudah laut dapat ditemui, alhasil navigasi saya pun kacau :D. Saya mencoba untuk memperbaiki navigasi saya dengan menanam bahwa saya sedang menghadap ke barat, tetapi dalam perasaan saya, saya sedang menghadap ke timur. Teman-teman akan mengalami sendiri nantinya :D.

            Ketika matahari sudah terbenam, kami mempersiapkan diri untuk pulang. Di tengah jalan, kami melihat ada orang membawa golok, wuih seram guys :D. Tetapi setelah disapa ternyata orang baik, kata Bapa Obama mungkin sedang mencari ternaknya, maklum kan disana ternak dilepas dan bebas. Perlu teman-teman ketahui, tiang bendera adalah tempat yang indah dan jarang jejak kaki manusia disana tetapi juga terdapat bangunan disana, karena merupakan bekas kafe atau semacam bar (katanya :D). Walaupun sepi ketika kami datang, disana adalah tempat para muda-mudi untuk menghabiskan malam minggunya :D, seram tidak tuh? Bayangkan saja, disana tidak ada lampu satupun, yang ada adalah tempat luas yang tidak ada orang lain disana kecuali pendatang :D. Selama di perjalanan, saya melihat banyak salib yang berjumlah tiga dalam tempat-tempat yang berbeda di atas batu karang. Setelah saya tanyakan kepada Bapa Obama, ternyata salib tersebut untuk menandai bahwa kami ada disini, tidak tahu juga maksud lebih di atas itu J.

            Ketika sampai di mess Koramil, kami istirahat dan mempersiapkan survey ke Rote Barat besok paginya J. Akhirnya hari itu kami hanya refreshing setelah tiga hari jalan dan motoran kesana-sini untuk menemui orang itu dan ini J.

            Oke teman-teman, itulah yang dapat saya ceritakan pada tanggal hari Rabu, 22 Januari 2014. Semoga dapat menjadi gambaran bagi teman-teman sebelum kita sampai disana :D Gambaran untuk refreshing :D J. Terimkasih sudah berkenan membaca sampai disini J.


“Cogito Ergo Sum”

Kamar Kost, 10 April 2014
00:14 am
Read more ...

Pulau Rote Part IV

TK, SD, MTs dan Kecamatan
Senin, 20 Januari 2014
            Senin pagi, saya Mahe, Ade dan Syalwa bangun pagi dan mempersiapkan survey kami ke Londalusi. Kami pagi itu pergi ke sekolah-sekolah yang ada di Londalusi, yaitu TK, SD dan SMP yang ada di Londalusi.
            Di sana kami langsung bertemu dengan Bapak Kepala Sekolahnya. Di ruang guru kami berkenalan dan bertanya tentang keadaan pendidikan yang ada disana. Bapak Kepala Sekolah kemudian menceritakan keadaan pendidikan yang ada di sekolah tersebut. Beliau bercerita bahwa minat belajar dari siswa dan siswi yang menempuh studi di MTs Papela masih rendah. Walaupun begitu terdapat satu dua murid yang meononjol dalam akademik, bahkan ada yang dapat menang juara II di tingkat Kabupaten di Ba’a. Selain itu ada pula alumni yang ketika melanjutkan SMA di Kupang menjadi juara kelas di SMA tersebut. Tetapi rata-rata siswa lainnya masih memiliki kemauan dan motivasi untuk belajar yang rendah. Teman-teman dapat melihat rekamannya dalam video J.
            Ketika kami bertanya tentang kontribusi apa yang dapat kami berikan, beliau menjawab bahwa motivasi belajar murid-murid masih rendah, sehingga yang dibutuhkan oleh murid-murid tersebut adalah motivasi yang kuat untuk belajar, selain itu kurangnya referensi buku juga menjadi penghalang dalam menimbulkan semangat siswa untuk belajar. Akan tetapi akhir-akhir ini sudah banyak yang memiliki kesadaran untuk menggunakan waktu luangnya untuk belajar dan membaca di dalam perpustakaan, hanya saja referensi yang kurang tetap saja menghambat kegiatan belajar di MTs tersebut. Selain masalah diatas, juga terdapat kekurangan dalam hal jumlah PC yang digunakan untuk belajar para siswa, dimana sekolah hanya memiliki 4 PC yang digunakan secara bergantian oleh siswa. Masalah lain adalah listrik yang sering mati, sehingga walupun ada PC kadang tidak dapat digunakan karena tidak adanya listrik. Salah satu solusi untuk menangani hal tersebut adalah digunakannya laptop yang dimiliki guru yang dipinjamkan kepada siswa untuk belajar.
Kemudian kami dibawa ke perpustakan, dan benar saja, ternyata satu deret almari dari kaca tidak sampai 10 % nya yang tersisi buku yang lain masih kosong. Selain itu ketika melihat tanda kurikulum di buku, belum ada satu pun buku kurikulum 2013, rata-rata masih menggunakan KTSP, bahkan masih banyak yang menggunakan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) 2004.
Kemudian kami berpamitan dan mengambil beberapa foto yang diperlukan untuk data dan laporan. Dari kelas MTs kami ke kelas TK (TK dan MTs berdampingan). Di kelas TK kami masuk dan menyapa anak-anak serta mengambil beberapa foto yang diperlukan untuk data serta wawancara yang dilakukan oleh Ade J. Disana kami berinteraksi dengan anak-anak dan sempat mendengarkan nyanyian dari anak-anak yang seblumnya ternyata diajari oleh Dompet Dhuafa J. Jadi ketika kami datang mereka berharap untuk belajar suatu hal yang baru seperti nyanyian dan ice breaking mungkin :D. Ya jadi menurut saya, jika nanti kita tim KKN datang ke TK tersebut, maka kita harus menyiapkan lagu atau ice breaking atau kegiatan lain yang dapat memberikan nilai karakter yang dapat terpatri dan menjadi mindset dari anak-anak yang masih belia tersebut. Tidak perlu bagi kita menyampaikan teori-teori yang tentunya akan membuat anak-anak bosan dan susah mengerti. Jadi lebih baik memberikan sesuatu hal yang menyenangkan dan berkesan untuk anak-anak tanpa meninggalkan nilai positif di dalamnya J.
Hal menarik dari MTs dan TK ini adalah, mereka masuk dengan melepas sepatu mereka, sehingga kelas tampak bersih. Selain itu kami mendapat cerita bahwa ketika murid SMP upacara bendera, maka pada saat waktunya menyanyi, anak-anak TK akan menirukan nyanyian anak-anak SMP. Dapat dibayangkan kan ramainya suasana saat itu, dan betapa asyiknya hal tersebut J.
***
Dari TK dan MTs, kami pergi ke SD Papela 1 yang letaknya sekita 100 an meter dari tempat kami semula. SD Papela 1 terletak di sebelah jalan dan seberang lapangan dari TK dan MTs, begitu juga dari rumah Bapa Therik. Pada saat itu kondisi tanah becek, karena semalam hujan lebat, akan tetapi kenapa teman-teman malah melewati bagian lapangan yang hilang bagian rumputnya, alhasil sepatu mereka (Mahe terutama) penuh gedebel :D. Kalau saya sih lewat bagian rumput saja J.
Sesampainya di SD Papelas 1 kami bertemu dengan beberapa staf pengajar dan kami dibawa masuk ke ruang guru oleh Bapak-bapak salah staff pengajar (lagi-lagi lupa namanya, maaf -_-). Kami dibawa masuk ke dalam ruang guru dan kami mulai melakukan wawancara, sebelumnya beliau mengatakan bahwa Ibu Kepala sekolah (yang ternyata berasal dari Madiun) sedang tidak ada di sekolah, sehingga beliaulah yang menerima kami.
Di SD Papela 1, yang menjadi masalah utama adalah kurangnya staff pengajar. SD Papela1 ini telah bekerja sama dnegan Dompet Dhu’afa, sehingga ketika kami datang anak-anak SD mungkin mengira kami adalah dari dompet Dhu’afa, termasuk Bapak yang telah meneriman kami :D.
Kemudian kami meminta ijin untuk berkeliling sebentar di kelas-kelas. Setelah mendapat ijin kami berkeliling, Ade dan Syalwa menyempatkan untuk bercengkerama dengan anak-anak dan salah satu kelas, sedangkan saya dan Mahe bertanya tentang keadaan bangunan kelas. Adapun jumlah kelas yang dimiliki oleh SD Papelas kurang, sehingga pada saat kami datang sedang dibangun 2 buah gedung yang akan digunakan untuk ruang kelas. Perlu teman-teman ketahui, bahwa semua bangunan yang ada di Pulau Rote memiliki atap dari seng, begitu juga untuk bangunan gedung SD. Sehingga kata staff pengajar suhu dari ruangan kelas pada siang hari pada musim panas dapat mencapai 42 derajat Celcius :D. Mantap kan? :D.
Kemudian kami juga menyempatkan diri untuk berfoto dengan staff pengajar SD Papela di bawah pohon lem. Oh ya, pohon lem, di Pulau Rote ada pohon yang dinamakan pohon lem. Kenapa diberi nama pohon lem? Karena pohon ini menghasilkan buah yang cairan dalam buahnya dapat digunakan seperti lem. Buah lem seperti buah anggur yang berwarna hijau saat masih muda, tetapi berwarna merah muda pada saat sudah masak. Dan benar saja, saat saya mencoba kekuatan merekatkan dari cairan buah lem memang sama dengan lem yang cair pada umumnya. Salah seorang staff pengajar juga menceritakan bahwa nuag lem ini sering digunakan sebagai pengganti lem jika lem yang dijual di toko habis karena masalah distribusi J.
            Anak-anak di SD ini very friendly J, dibuktikan dengan keramahan mereka ketika kami datang, bahkan sampai mengikuti kami dan memperhatikan setiap gerak-gerik yang kami lakukan disana J. Jadi teman-teman tidak usah menakutkan dengan adanya anak nakal disini, karena selama yang saya lihat tidak ada baik murid TK, SD maupun MTs yang dikatakan nakal pada umumya J. Semua baik dan mereka sangat curious dengan kedatangan kita, siapa, sedang apa, mau apa dan pertanyaan itu dapat saya lihat dari keingintahuan mereka terhadap kami yang datang untuk survey J.
***
            Kemudian sekitar pukul 12 an kami pulang pergi ke warung makan Manja Istri :D. Nama warung makan yang unik, hehe. Saya sendiri juga merasa aneh dengan nama itu, tetapi kemudian setelah bertanya pemilik warung menjelaskan bahwa setiap isteri pasti ingin dimanjakan. Hah? Maksudnya? Saya tidak tahu, tetapi oh ya oh ya saja :D Masih belum tahu apa hubungannya antara makanan dengan nama itu :D.
            Warung makan di Manja Isteri menyediakan berbagai makanan, tetapi ya kayak kantin kampus lah, ada ayam, ada telur ada mie :D. Yang berbeda disini adalah harganya hehe. Harganya yang dapat mencapai dua kali lipat di Jogja. Semisal adalah nasi telur dan es the yang harganya 15 ribu :D, kurang tahu kalau ayam (saya seringnya nasi telur hehe, tetapi berkisar 17-20 ribu dengan es the J). Disini harga botol aqua 1,5 liter adalah 8.000 rupiah -_-. Sempat kaget, tetapi kemudian saya ingat bahwa ini adalah Pulau Rote hehe :D Oh ya, kami disana mendapat julukan dari mama penjual Manja Isteri, kami disebut sebagai “Anak Manja” :D. Kurang tahu kenapa kami mendapatkan panggilan tersebut, tetapi ya oke-oke sajalah :D (Tapi saya bukan anak manja lho J).
***
            Kemudian kami pulang dan mendapati Bapa Therik sudah ada di rumah dan siap mengantarkan kami survey. Kami kemudian minta diantarkan Bapa Therik ke Kecamatan yang terletak tidak begitu jauh dari rumah Bapa Therik, hanya ke barat kurang lebih 3 KM J.
            Ketika perjalanan, Bapa Therik yang ada di depan kami berhenti di depan sebuah gedung tua yang hampir rubuh dengan banyak kotoran kambing di halaman serta terasnya. Saya awalnya memang sempat bingung, tetapi saya kemudian baru mengerti bahwa itu adalah kantor kecamatan. Adapun kantor kecamatan Rote Timur sangat memprihatinkan, kantor ini merupakan bekas rumah yang hampir roboh yang sudah kehilangan eternitnya dan memiliki tembok yang retak besar disana-sini.
            Di dalam kami disuruh menunggu sebentar dan mengisi absen. Kemudian setelah beberapa saat kami diantar ke ruangan Bapak Camat. Setelah masuk, kondisi lebih memprihatinkan lagi. Ruangan Bapak Camat adalah ruangan tanpa pintu dengan atap seng yang telah kehilangan eternitnya dan satu retakan besar disudut tangan kanan Bapak Camat. Tidak ada almari, hanya terdapat satu kursi dan satu menja yang digunakan oleh Bapak Camat melakukan pekerjaannya.
            Setelah dipersilahkan masuk kami kemudian memulai dengan berkenalan terlebih dahulu dan menyampaikan maksud kedatangan kami disana dan memberikan surat ijin survey yang diberikan oleh Bu Ketua Ade J. Bapak Camat kemudian mulai memberitahukan sejarah dari Kecamatan Rote Timur. Setelah pemekara Rote Timur terdiri dari 6 kelurahan dengan 1 desa, sedangkan sebelum pemekaran memiliki 9 desa dan 1 keluarahan. Gambaran masyarakat Rote Timur sendiri adalah memiliki pendidikan yang terbatas, akan tetapi sudah ada yang melanjutkan studi sampai S1, S2 bahkan sampai S3, bahkan di Londalusi sendiri telah menghasilkan 2 orang doktor. Di Kecamatan Rote Timur terdiri dari 3 SMP, 1 MTs dan 1 SMA.
Masyarakat di Kecamatan Rote Timur sebenarnya memiliki kemampuan yang memadai, akan tetapi faktor eknonomi dan motivasi yang kurang membuat masyarakat Rote Timur enggan untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi. Masalah yang harus dibenahi dari masyarakat Rote Timur adalah cara berpikir tentang dunia pendidikan, dimana masyarakat Rote Timur masih mengadopsi sistem lama, yaitu lebih mementingkan dunia kerja daripada dunia pendidikan “asal mampu untuk baca tulis dan hitung sudah cukup”. Selain itu mainstream masyarakat tentang biaya kuliah yang besar adalah hambatan utama akan kesadaran pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
            Secara umum, anak-anak yang berada di wilayah Rote Barat kesadaran masyarakatnya lebih tinggi daripada Rote Timur, sehingga jumlah anak-anak yang mengenyam pendidikan lebih tinggi daripada wilayah Rote Timur. Hal ini dikarenakan masyarakat Rote Barat sering dikunjungi oleh wisawatan baik asing maupun dalam negeri, sehingga kesadaran mereka meningkat dengan kedatangan para pengunjung. Akan tetapi dalam hal keamanan, Rote Timur merupakan tempat yang paling aman dari seluruh wilayang yang ada di Rote Ndao. Selain itu dalam hal makanan, Kecamatan Rote Timur tidak sulit, karena Kecamatan Rote Timur memiliki jarak yang cukup dekat dengan Kupang , sehingga pemasokan 9 bahan pokok dapat lancar dnegan bantuan perahu motor yang satu minggu dapat satu atau dua kali beroperasi. Selain perahu motor, setiap hari juga terdapat kapal Feri baik cepat maupun lambat yang beroperasi.
            Di Kecamatan Rote Timur terdapat Posyandu yang dikelola oleh BPKD dan PNPM. PNPM sendiri mengarah pada pembangunan fisik, sedangkan sistem dikerjakan oleh bidang pengabdian masyarakat. PNPM yang ada di Kecapamatn Rote Timur sendiri dirangkul oleh World Bank. Sedangkan KesRa yang ada di Kecamatan Rote Timur mengatur pembangunan dalam hal keagamaan, diantaranya adalah pembangunan sarana-sarana ibadah seperti Masjid dan Gereja. PNPM juga mendukung pembangunan sarana transportasi berupa jalan, sehingga dalam hal pembangunan jalan sendiri cukup baik.
            Beliau juga menjelaskan keadaan Camat di Pulau Rote dengan Camat yang ada di Jawa jelas berbeda 180 derajat, karena disini Camat benar-benar bekerja keras untuk pembangunan daerahnya dengan segala keterbatasannya, sedangkan di Jawa dengan segala kelebihannya. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan bagi pendatang baru di Kecamatan Rote Timur adalah keadaan makanan dan minuman, cuaca serta pola hidup yang jelas berbeda dengan yang ada di Jawa.
            Beliau juga memberikan beberapa saran, diantaranya adalah sebagai berikut:
·         Disampaikan kepada pemimpin tentang pembangunan Kecamatan di Rote Timur
·         Ada sesuatu yang perlu di bidang kemasyarakatan dan pembangunan
Itulah hal yang beliau sampaikan tentang harapan beliau.
            Untuk religi masyarakat sendiri terdiri dari 50% Muslim dan 50% Kristen, dan memiliki toleransi agama yang sangat baik, hal inilah yang membuat Kecamatan Rote Timur merupakan Kecamatan yang paling aman dibandingkan kecamatan lainnya yang ada di Kabupaten Rote Ndao. Walaupun demikian, ego kesukuan masih sangat tinggi, yaitu ego untuk menonjolkan sesuatu yang diwariskan oleh nenek moyangnya, sebagi contoh adalah bahasa. Sehingga walaupun dalam satu kecamatan, akan tetapi antar daerah atau desa akan memiliki bahawa yang berbeda pula.
             Kecamatan Rote Timur memiliki kekurangan dalam hal kurangnya air dan listrik, tenaga pengajar dalam dunia pendidikan, serta kurangnya buku referensi.
            Di bagian penutup Bapak Camat memberikan pesan jika ada yang dibutuhkan silahkan minta saja. Disini saya melihat tanggapan positif dan Bapak Camat dan juga betapa besar kepercayaan serta harapan yang diberikan Bapak Camat kepada kita tim KKN PPM UGM Rote Ndao J. Hal ini dibuktikan dengan bagaimana beliau bercerita dengan penush semangat serta bagaimana beliau menawarkan bantuan jika nanti ada yang dibutuhkan selam KKN J.
            Itulah kawan pertemuan kami dengan Bapak Camat Rote Timur, kami menyempatkan sejenak untuk foto bersama dengan beliau. Pada saat hendak melanjutkan perjalanan tiba-tiba saja hujan, oleh karena itu kami terpaksa berhenti sejenak di kator Kecamatan. Setelah hujan reda kami melanjutkan perjalanan ke tempat nelayan setempat di Londalusi.
***
            Setelah dari Kecamatan kami melanjutkan perjalanan kami ke Kelurahan Londalusi bertemu dengan Bapak Lurah Londalusi. Bapak Lurah Londalusi masih saudara dengan Bapa Therik, sehingga mudah untuk ditemui.
            Kami kemudian memulai wawancara kami seputar pendidikan yang ada di Kelurahan yang ada di Londalusi. Kemudian beliau memulai dengan memberikan informasi mengenai jumlah sekolah yang ada di Kelurahan Londalusi. Kelurahan Londalusi memiliki 32 sekolah dengan Landuleko (pada tahun 2015 Landuleko akan menjalani pemekaran), dimana data yang sempat terekam oleh saya adalah sebagai berikut:
·         Mokekuku 3 SD
·         Lakamola 2 SD
·         Matasio 1 SD
·         Sirobeba 2 SD
·         Londalusi 3 SD
·         Papela 2 SD
·         Hondihopo 1 SD
·         Faefua 2 SD
Untuk TK-nya sendiri ada banyak :D.
            Selain tentang pendidikan, beliau juga menyampaikan tentang salah satu wisata yang ada di Kelurhan Londalusi, yaitu Mulut Seribu. Mulut Seribu merupakan salah satu wisata air yang dapat dinikmati dari atas kapal dengan mengelilingi gunung kecil-kecil yang bentuknya mirip satu sama lain, sehingga dapat membingungkan orang yang tidak terbiasa masuk, seperti labirin J. Dinamakan Mulut Seribu, hal ini dikarenaka memiliki celah yang sangat banyak seperti mulut. Di dalamnya juga terdapat batu yang berbentuk seperti kapal, dan setelah sampai di dalam Mulut Seribu maka untuk keluar akan susah dikarenakan bentuk dari gunung yang hampir sama J.
            Beliau juga bercerita tentang Puku Afu yang merupakan selat yang sering menelan korban jiwa. Puku Afu ini pada awalnya bernama Poa Afu (Poa=Tumpah dan Afu=Abu). Dahulu ada cerita di pinggir pantai terdapat jejak kaki manusia,tetapi tidak ada manusia. Poa Afu sendiri di mata orang pintar merupakan titik berkumpulnya energi alam yang tidak terlihat oleh mata biasa, sehingga kadang-kadang energi tersebut menelan korban jiwa. Beliau juga bercerita pada awalnya nama Pulau Rote bukan “Rote” tetapi “Roti”, yang berasal dari cerita seseorang yang membawa roti di pulai tersebut. Di Rote ada suatu tradisi dimana apabila seorang laki-laki kawin dengan seorang perempuan, maka laki-laki tersebut juga kawin dengan keluarga dari perempuan, karena setelah kawin, maka selain menghidupi perempuan, sang laki-laki juga harus menghidupi keluarga dari sang perempuan. Sehingga ibaratnya mendapatkan satu wanita di Rote sama saja dnegan mendapatkan 5 wanita di Jawa :D.
            Bapak Lurah sendiri juga menyatakan kesiapannya jika ada yang dibutuhkan dari tim KKN. Disini ya saya cuma bersyukur, seolah-olah semuanya sudah diberikan jalan oleh Tuhan. Tinggal betapa siapa kita untuk memulai dan menjalani pengabdian ini. Jangan sampai kepercayaan yang telah diberikan hilang tanpa ada yang mempertanggungjawabkan J.


“Cogito Ergo Sum”

Kamar Kost, 10 April 2014
00:11 am


Read more ...