02/05/13

Nuklir: Hantu di Pikiran Bangsaku


logo

Jika ada ingatan yang paling sulit untuk dihilangkan, maka ingatan tersebut adalah ingatan masa kecil. Jika ada ingatan paling tidak bisa dilupakan, maka ingatan tersebut merupakan ingatan hasil didikan alam dan lingkungan. Hal inilah yang menjadi hantu bagi generasi muda bangsa Indonesia jika membicarakan tentang teknologi nuklir.

Membicarakan tentang masa lalu dan membicarakan tentang nuklir, maka bangsa Indonesia dengan segera teringat akan peristiwa yang meluluhlantakkan Jepang pada masa Perang Dunia ke II. Pada masa itu senjata nuklir merupakan senjata pamungkas utama dalam memenangkan Perang Dunia II, dan merupakan teknologi yang paling ditakuti di seantero dunia. Mungkin sampai saat ini teknologi nuklir merupakan teknologi yang paling ditakuti bagi umat manusia, tetapi di lain pihak juga merupakan energi yang menguntungkan manusia.

Jika masyarakat umum bangsa Indonesia diberikan suatu pertanyaan tentang teknologi nuklir, maka mayoritas akan menjawab bahwa teknologi nuklir merupakan teknologi yang sangat berbahaya bagi dunia dan manusia serta bagi generasi selanjutnya, sedangkan beberapa lain akan berpendapat bahwa teknologi nuklir merupakan teknologi yang sangat besar manfaatnya bagi umat manusia di masa mendatang dengan berbagai pertimbangan. Dari ratusan juta masyarakat di Indonesia, hanya beberapa saja yang setuju dengan penggunaan nuklir di dalam kehidupan manusia. Ada apa sebenarnya tentang pandangan masyarakat terhadap teknologi nuklir? Apa yang membuat mereka begitu takut untuk mengenal apa yang namanya nuklir?

Semua kembali kepada pada awal bagaimana seorang warga bangsa Indonesia mulai mengenal kata "nuklir" di dalam hidupnya. Jika ada seorang muda Indonesia yang belum pernah mendengar tentang teknologi nuklir diberikan sebuah diskripsi tentang teknologi nuklir, dimana diskripsi tersebut merupakan deskripsi tentang sisi negatif nuklir, maka seorang muda tersebut dalam hidupnya akan tetap berpegangan kepada diskripsi tersebut. Hal ini dengan pengecualian jika seorang muda tersebut di kemudian hari mendapatkan sebuah diskripsi tentang ilmu nuklir yang bertolak belakang dengan apa yang didengarnya pertama kali. Begitu juga sebaliknya, dan hal ini telah menjadi merupakan sinergi tentang sebuah perspektif yang dapat berubah seiring berjalannya waktu dan bertambahnya ilmu pengetahuan dalam diri seorang individu. Sadar tidak sadar, hal ini merupakan kenyataan yang terjadi pada generasi muda bangsa Indonesia. Tidak hanya kalangan muda, tetapi para tua pun juga mengalami hal yang sama.

Setelah membaca opini saya di atas, maka mari kembali kepada kenyataan pendidikan kita pada saat duduk di bangku sekolah dasar. Di bangku tersebut dijelaskan dalam sejarah bagaimana kejamnya nuklir membunuh warga dari bangsa Jepang, tepatnya warga Hiroshima dan Nagasaki. Di depan papan tulis hitam masyarakat kita diberikan sejarah yang tidak bisa dilupakan seumur hidup dari sang anak. Yaitu sebuah ingatan tentang: "bahaya nuklir", "kejamnya nuklir", "jahatnya mereka yang menggunakan nuklir", dan lain sebagainya, yang dikemudian hari akan menjadi sebuah pegangan ilmu yang kemudian akan menentukan perspektif sesorang dalam mengkaji teknologi nuklir. Di dalam sejarah tersebut tidak diimbangi dengan pengetahuan akan pentingnya teknologi nuklir di masa depan bagi umat manusia. Padahal dengan pemberian sejarah nuklir yang berimbang antara sisi positif dan sisi negatif nuklir, maka bangsa Indonesia akan memiliki dua pertimbangan dalam menentukan pilihan yang paling tepat. Hal ini tentu sangat jauh berbeda jika sejak dahulu pemberian pengetahuan tentang nuklir dari sisi negatif saja, dimana hal tersebut terbukti disaat ini, yaitu banyak dari warga bangsa Indonesia yang enggan mendukung teknologi nuklir bagi peradaban yang lebih maju dan lebih sehat. Dan ini merupakan suatu hal yang miris, karena kebanyakan dari warga bangsa Indonesia yang enggan mendukung pengadaan teknologi nuklir merupakan warga yang memiliki keurangpengetahuan akan pentingnya nuklir di masa depan.

Tidak ada pihak yang disalahkan dalam hal di atas, karena manusia diciptakan bukan untuk menyalahkan waktu, tetapi memperbaiki hal terdahulu dengan medium waktu. Sehingga yang dapat dilakukan demi terciptanya suatu masyarakat yang melek teknologi dengan keberfanfaatannya adalah memberikan pengetahuan sebanyak-banyaknya bagi mereka yang masih belum mengerti akan besarnya sisi positif dari tekonogi nuklir. Dan merupakan hal positif jika untuk saat ini Nuclear Youth Summit memberikan pengetahuan kepada khalayak yang masih belum sadar akan pentingnya teknologi nuklir sebagai langkah yang harus segera diambil, terutama dalam menanggapi krisis energi yang dalam jangka dekat atau jauh akan segera terjadi. Karena di masa mendatang, bukan tidak mungkin bumi akan menjadi sebuah bola keropos jika seluruh sumber daya di dalam perutnya terkuras habis karena keserakahan manusia.

Dan pada akhirnya timbulah beberapa argumen dari diri saya sendiri tentang perspektif bangsa Indonesia tehadap nuklir, dimana masing-masing tidak memiliki tujuan untuk menyudutkan salah satu atau beberapa pihak. Jika bangsa kita merupakan bangsa yang masih mempedulikan masa depan anak cucu, maka biarlah bangsa ini segera menemukan sebuah titik yang menuju pencerahan akan pentingnya teknologi nuklir dan prospek kebermanfaatannya di masa depan. Jika bangsa ini merupakan bangsa yang masih ingin mewariskan sebuah peradaban dunia yang sehat dan maju di masa depan, maka biarlah bangsa ini diberikan kesempatan untuk menghilangkan bayangan hantu yang selama ini terkungkung dalam setiap pikiran kecemasan kita.

Tulisan ini bersifat opini dari otak sebesar dua kepal tangan saya. Tulisan ini tidak bertujuan untuk menyudutkan salah satu atau beberapa pihak, tetapi tulisan ini merupakan sebuah argumen yang menyatakan bahwa setiap manusia memiliki gambaran dan bayangan sendiri-sendiri tentang teknologi nuklir. Setiap manusia memiliki ketakutan dan kecemasan ketika muncul sebuah wacana tentang teknologi nuklir. Tetapi alangkah baiknya kajian tentang sisi positif nuklir lebih ditekankan kepada generasi muda sebagai calon penerus bangsa dan sebagai calon pemegang peradaban dunia di masa depan. 

"Sudah saatnya bangsa ini menghilangkan hantu ketakutan itu!"

"Cogito Ergo Sum"

10 komentar:

  1. Teknologi nuklir seharusnya banyak manfaatnya, namun melihat birokrasi yang ada saat ini, pesimis jika teknologi nuklir akan tepat guna.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau tepat guna apa tidaknya saya rasa tidak ada hubungannya dengan birokrasi. Tepat guna tergantung manusia yang diberikan kesempatan dalam mengelolanya, kalau birokrasi tinggal bagaimana negeri ini memberikan kesempatan kepada teknologi ini.

      Hapus
    2. Management resiko akan lebih terlihat pada sesuatu yang resikonya besar. Ketika negeri ini sudah berani mendirikan sebuah reaktor nuklir, maka pastinya orang orang akan meningkatkan standarnya, dalam hal ini standar yang erkaitan dengan teknologi nuklir itu sendiri.

      Hapus
    3. makanya, memang perlu perbaikan sistemik supaya nuklir bisa beanr-benar dikembangkan dan dimanfaatkan dengan baik di negeri ini. mulai dari birokrasi yang masih sangat berantakan, sampai sosialisasi ke masyarakat yang masih banyak yang belum paham.

      Hapus
    4. Saya rasa ini memang langkah paling tepat untuk diambil, bangsa ini sudah saatnya untuk keluar dari zona nyamannya dan mulai melakukan perubahan dan tanggungjawab besar. Dengan adanya teknologi ini saya rasa manusia-manusia yang memiliki tanggungjawab dan kepedulian tinggi akan segera muncul dan berperan besar terhadap management resiko dan perkembangan sisi positifnya. Disinilah kualitas anak bangsa akan terpakai.

      Hapus
  2. Mampukan presiden kita mengatasi masalah bencana (jika terjadi) seperti presiden di Jepang?
    Sebenernya kita sebagai Generasi Muda, mesti optimis demi majunya perkembangan Nuklir di Indonesia. Yap, memang benar sangat sangat perlu banyak bebenah sana sini, jika kelak 2019 nanti PLTN akan segera dibangun.

    Gak maksud suhudzon juga sih, PLTN bisa aja sebagai ladang korupsi para pemerintahan Indonesia. Wah.. mesti penjagaan yang amat sangat tinggi, mulai dari birokasi, pemeliharaan, sampai perbaikan dll.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sebenarnya kecemasan yang disebutkan 100% tidak ada yang salah. Sudah menjadi budaya jika sesuatu yang besar dan berefek besar akan menjadi sebuah jalan dengan pertimbangan yang tidak hanya diambil dari satu sisi saja, dan ini merupakan hal yang sangat wajar terjadi bagi saudara yang sangat mempedulikan bangsa ini. Kita tidak salah jika menganggap orang nomor 1 bangsa kita kurang mampu, tetapi kesempatan dan tanggungjawab seorang Presiden akan meningkat dengan meningkatnya suatu beban yang menguntungkan rakyatnya. Dan kita juga perlu mengingat Indonesia memiliki banyak otak brilian yang sangat siap jika memang diberi kesempatan untuk mengoperasikan teknologi ini, saya yakin itu. Hal ini mengingat kebanyakan dari para ahli nuklir kita yang malah menjadi orang penting di luar negeri, ini dapat menjadi moment merangkul kembali putera bangsa ke pelukan ibu pertiwi.

      Dan masalah berbenah, inilah yang mungkin membuat realisasi kebanyakan teknologi di Indonesia tersendat-sendat. Sehebat apapun teknologi, jika tidak ada rasa tanggungjawab dari manusia penggunanya maka akan menjadi tikam bagi perut sendiri. Tetapi saya rasa tidak ada salahnya bagi kita untuk memberikan waktu bagi teknologi itu, dan biarkan waktu yang mengajari bangsa ini tentang pentingnya teknologi nuklir ini.

      Kalau korupsi saya yakin bahwa apa yang terjadi saat ini masih merupakan sifat bawaan dari masa lalu. Sekarang dengan melihat banyaknya mahasiswa dan pemuda yang kritis korupsi dan peduli bangsa, bahkan (sekedar idealitas) bukan tidak mungkin jika nanti Indonesia akan menjadi sebuah bangsa yang beradab dan bermoral tinggi tanpa manusia pengkorup. Selain itu saat ini sudah banyak penggiat eksplorasi nilai-nilai kebudayaan yang dapat mengangkat sisi humanisme dan moral bangsa ini, dan itu merupakan warisan yang dapat memberikan didikan langsung pada kita untuk menjadi bangsa yang lebih beradab :)

      Hapus
    2. Selamat datang di Jogja. See you :)

      Hapus
  3. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus