Yep. Entah mengapa waktu itu hari rabu tanggal 17 Juli saya seperti ingin pulang kampung dan tidak seperti pada rencana awal saya untuk tetap tinggal di Jogja. Saya pulang dengan naik bus Purwo Widodo sekitar pukul 2.00 siang. Sesampainya dirumah saya disambut keluarga termasuk adik-adik saya. Saya kemudian istirahat dan kemudian ke gereja untuk berlatih bermain keyboard. Hari itu tenang dan seperti tidak ada apa-apa, serasa damai dan bahagia.
Pada pagi harinya saya bangun pagi dengan adik saya Dhaniel dan pergi ke gereja sampai pukul 11-an untuk kembali bermain keyboard. Saya pada waktu itu sedang berusaha memainkan dentingan piano klasik dari A7X Warmness in the Soul. Saya pada waktu itu denga adik saya tidak ada firasat apa-apa, dan sekana tetap tenang dan damai. Hingga akhirnya pada pukul 11 siang (kurang lebih), pakde Supiyo datang ke rumah saya dan memanggil saya. Beliau datang ditemani calon menantunya. Saat itu baru perasaan tidak enak mulai muncul, tetapi saya tidak menduga akan apa yang terjadi selanjutnya.
"Bapakmu kari 10 menit" (ayahmu tinggal sepuluh menit).
"Deg"
Suara itu benar-benar ada, jantung yang tersentak karena kaget dan shock. Saat itu saya hanya diam, tidak mampu bergerak dan tidak mendengarkan apa yang terjadi lagi, setelah beberapa menit baru saya sadar, Bapak saya telah tidak ada.
Keadaan kemudian berubah menjadi histeris, tetangga pada berdatangan dan entah saya lemas dan digotong mas Puji untuk tiduran. Tidak ada yang tidak mengeluarkan air mata saat itu. Banyak kata-kata belas kasihan muncul disana, bagaimana tidak, selama ini semua tahu keadaan saya dan keluarga dan tiba-tiba saja...
Kemudian adik saya dijemput dari SMA. Adik saya seperti kesurupan karenanya.
Entah kemudian apa yang terjadi selanjutnya, saya takut untuk mengingat kejadian itu. Kemudian kami mulai mencoba tabah dan dengan didukung tetangga saya mulai menenangkan adik-adik saya dan keluarga saya. Saya hanya tidak sanggup bertemu dengan belia (alm) untuk yang terakhir, dan bagaimana nanti Ibu saya. Karena Ibu saya masih di Jakarta bekerja.
Hingga akhirnya kami sekeluarga menunggu kedatangan jenazah pagi hari. Semalam sebeum itu seperti tidak bisa tidur saya dan pikiran menerawang kedepan tidak jelas, kadang kosong, kadang berisi, tetapi tidak tahu apa itu.
Pagi hari kedatangan alm disambut histeris dan tegang, saya memilih menjauh dari kerumunan dan membawa adik saya paling kecil di samping rumah, sengaja agar adik saya tidak takut.
Kemudian saya disuruh menenagkan Ibu saya yang lemas, saya pun berusaha menenangkan dan dengan dibantu tetangga akhirnya Ibu tenang, walaupun mata tertutup.
Waktu itu saya sedih tetapi berusaha untuk tidak menangis, dan saya terhibur dengan kedatanga teman-teman SMA dan Kampus, sungguh mereka sangat baik.
Hingga pemakaman teman wanita saya datang dengan teman-teman Kimia.
Beliau (ayah saya), bagi saya adalah SuperHero yang sewaktu saya kecil memanggul saya, mengajari membuat mainan dari kayu, mengajari mencari rumput di ladang, mencari kayu, dan mengajari saya bahwa dunia ini tidak terlalu sempit untuk melakukan hal yang kita sukai. Tetapi hal yang paling berkesan pada diri saya sampai saat ini adalah beliau mau bekerja kasar hanya untuk saya dan adik-adik saya. Masih teringat saya datang ke tempat kerja beliau ketika kehabisan uang, dengan pakaian khas motif semen beliau tersenyum lebar dan bercanda. Saya ingat, ya saya ingat. Berjalan mencari uang untuk masuk kuliah, mendaki gunung turun gunung, ya saya ingat saat itu. Bagaimana beliau selalu mendengarkan Ki Hadi Sugito tiap malam selasa dan jum'at serta minggu, saya ingat. Radio pertama yang dibeli, saya ingat. Saya ingat.
Saat terakhir melihat beliau, beliau terlihat tenang, seperti tidak ada beban. Maafkan aku Bapak, jika terakhir kali saya berbicara dengan njenengan adalah saya mematikan telepon dari njenengan. Maaf jika terakhir kali adalah sebuah adu pendapat yang tidak mengenakkan. Maaf. Saya terlalu sok tahu dan kurang menghargai pendapat njenengan, maaf. Tetapi tutur waler saking njenengan tansah kula uri-uri. Everything what happen, you're my Hero.
"Cogito Ergo Sum"
Hidup harus di lanjutkan broo, GO ON!!!
BalasHapus