30/07/15

Cerita di Pulau Dana

Pulau Dana adalah pulau paling selatan Indonesia yang berada di Kabupaten Rote Ndao, Indonesia. Banyak yang tidak tahu jika Rote adalah nama Kabupaten paling selatan Indonesia, sedangkan untuk pulau paling selatannya adalah pulau Dana.

Banyak cerita yang saya dapat dari TNI maupun marinir yang menjaga pulau tersebut, mulai dari cerita biasa sampai pada cerita mistik. Menurut cerita pulau tersebut adalah milik salah raja dari salah satu suku yang ada di Pulau Rote.


Di pulau tersebut terdapat hewan kijang yang keberadaannya di pulau tersebut juga dihubungkan dengan raja dari salah satu suku di Rote. Konon katanya kijang tersebut merupakan kijang yang digunakan sebagai mahar pernikahan seorang anak raja. Konon juga jika ada yang ingin berburu di pulau tersebut tanpa seijin raja tersebut maka tidak aka nada kijang yang bisa dilihat.

Mengenai fisik pulau sendiri hampir sebagian besar adalah padang rumput kering seperti savana dan sebagian pulau sisi utara terdapat hutan dan danau yang kata Bapak TNI berwarna merah. Di dalam hutan tersebut kijang konon tinggal.

Pulau tersebut terdapat bangunan tidak lebih dari 10 bangunan: musshola, mess, gudang dan toilet tertata dengan rapi dan simetri dari satu sudut ke sudut yang lain. Bangunan tersebut berada disisi selatan yang agak menghadap ke barat, sehingga ketika sore hari kami dapat memandangi sunset dengan begitu leluasa. Gambaran umum dari Pulau Dana adalah seperti savana yang ada pada Wildlife NatGeo.


Di Pulau Dana terdapat patung Jenderal Besar Soedirman yang konon juga menghadap ke Purbalingga tempat kelahiran beliau. Patung tersebut sangat tinggi dan gagah menoreh langit sore waktu itu. Momen foto tidak dapat kami lewatkan.


Sebelumnya telah ada mahasiswa Universitas Indonesia yang ke Pulau Dana membawa anak Rote Selatan untuk mengadapan upacara 17 Agustus dan menancapkan bendera di pulau tersebut. Tidak hanya itu, bahkan Trans 7 sempat meliput dan meninggalkan jejak kaki kru Jejak Petualang.

Ada banyak hal yang saya kagumi dari pulau kecil ini. Pertama adalah pemandangan pantai yang warna airnya tidak monoton dan selalu berganti warna tiap jamnya, begitu juga dengan langit yang selalu berubah warna dan malam yang tidak terkesan gelap oleh bintanng.

Sore di pulau Dana adalah indah dengan sunset yang menawan. Saya masih ingat bagaimana kami satu tim berlari kencang dari patung Sang Jenderal menerobos padang dan jerat tali yang tersebar sepanjang pulau untuk mengejar matahari yang telah bulat orange namun tidak menyilaukan. Indah dan menawan setiap mata yang melihat, seperti matahari terasa sangat dekat dengan cakrawala yang dengan perlahan menenggelamkan bulat emasnya. Bias lurus yang ada di depan mata seolah seperti bias dalam film anime yang selama KKN tidak bisa saya tonton. Pasir di Pulau Dana adalah pasir bulat-bulat tanpa cacat yang saya tahu teman-teman akan sulit mempercayainya, tapi percayalah saya juga tidak percaya ketika melihatnya pertama kali. Ah sore itu Tuhan Engkau sangat baik pada kami.

Malam di Pulau Dana adalah terang tanpa bulan tetapi penuh bintang: bintang jatuh, bintang berjalan dan sabuk milky way yang serong adalah pemandangan indah yang belum pernah saya temui sebelumnya. Lusi, Yola, Ayu dan ah lupa siapa saja yang waktu itu ramai membicarakan bintang jatuh.

Malam di Pulau Dana adalah tentang keakraban dengan para personil TNI yang memberikan makanan kaleng khas TNI yang rasanya seperti nasi sarden dan nasi goreng. Ah Bayu dan Ebzan menjadi saksi bahwa saya tidak bisa menghabiskan makanan tersebut. Iya, kopi yang tumpah dan minuman penghangat lain.

Malam di Pulau Dana adalah malam dimana Uno adalah permainan yang membuat saya seperti orang bodoh. Ya, Uno adalah saksi keakraban kami satu tim KKN.

Malam di Pulau Dana adalah malam dimana Sri, Cintya dan Lusi diserang oleh pasukan semut yang tidak tahu dari mana datangnya. Ah masih ingin tertawa mengingat kalian rebut.

Malam di Pulau Dana adalah malam dimana sleeping bag yang semula hangat menutupi tubuh tiba-tiba bergeser menutupi badan besar Aga.

Malam di Pulau Dana adalah malam dimana saya sangat bersyukur kepada Tuhan Yesus atas nikmat yang sejak dulu saya impikan. Keluar pulau Jawa, membanggakan orang tua, naik pesawat, menulis cerita dan semuanya. Tuhan begitu baik dengan rancangan dan rencana-Nya.

Malam di Pulau Dana adalah malam dimana saya lelap dalam mimpi tentang kedua orang tua dan keluarga saya. Tuhan apakah saya sudah membuat Ibu dan ayah disana bangga? Tuhan masih adakah rencana lain-Mu untukku? Tuhan, jadilah semua seturut kehendak-Mu. Aku bersyukur.

Pagi di Pulau Dana adalah pagi dimana kami merasakan hangat matahari terbit dari timur dan memulai aktivitas narsis kami. Menyusuri sepanjang pantai yang airnya surut dan membuat kapal menjadi oleng karena tidak terendam air. Banyak Tulisan yang kami buat untuk orang-orang tercinta kami, entah salam kangen atau ucapan selamat. Saya sendiri mendedikasikan perjalanan saya di Timur adalah untuk membuat kedua orang tua saya bangga, ya tidak ada yang lebih penting kecuali orang yang melahirkan, mendidik dan membesarkan saya. Tidak lupa saya kirim salam kepada Mbah Sakinem di Semugih, yang selama enam tahun memelihara hidup saya dalam studi.

Keindahan pagi Pulau Dana ingin sekali saya rekam dengan jelas dan dipotret sebanyak dan se-natural mungkin waktu itu. Ya, semua demi kenangan kebersamaan bahwa kita telah mencapai pulau paling selatan Indonesia satu tim.

Siang di Pulau Dana adalah waktu kami harus melambaikan tangan dan memulai bergelut dengan gelombang laut yang membuat beberapa dari kami histeris dan down secara fisik dan mungkin mental. Topi KKN Ayul yang jatuh, kacamata Rico dan banyak hal terjadi selama menyeberang kembali ke Pulau Rote. Ombak yang lebih tinggi dari kapal menyapa dan seolah ingin bercengkerama dengan kami. Basah kuyup beberapa di antara kami dibuatnya. Tetapi lagi, Tuhan hanya memberi isyarat bahwa kita di lautan bukanlah siapa-siapa dan harus mawas terhadap setiap perbuatan kita yang kadang jumawa terhadap hal yang sebenarnya adalah kosong.

Momen di Pulau Dana adalah momen yang tidak akan pernah terlupakan bagi kami, perjalanan pulang ke Rote Timur membawa kami pulang sangat larut. Di Pelabuhan Pantai Baru kami berhenti untuk mengambil bahan KKN yang di beli dari Kupang. Mahe, Fandi dan Stefanus, terimakasih kalian telah mengorbankan liburan untuk belanja di Kupang. Terimakasih.

Ah banyak cerita yang dapat saya tulis dengan blog jelek ini, saya tidak tahu apakah ada yang membaca, paling tidak saya dapat memberikan gambaran betapa indahnya Indonesia Timur yang mungkin belum teman-teman ketahui. Yakin dan percayalah pemandangan sesungguhnya jauh lebih indah daripada apa yang ada di Televisi J.

Sampai jumpa di tulisan selanjutnya :) 












“Cogito Ergo Sum”
Read more ...

06/06/15

Embung Batara Sriten Gunungkidul

Hallo para adventures kalian mengunjungi blog ini tentu untuk mengetahui info mengenai embung baru di Gunungkidul yang saat ini menjadi embung tertinggi di Kabupaten Gunungkidul. 

Well, saya akan sedikit berbagi pengalaman saya sebagai seorang adventurer amatiran haha. Persiapan yang dilakukan tidak ada bedanya dengan persiapan ketika akan main ke pantai atau main ke mana saja. Teman-teman tentu memiliki pengalaman yang lebih banyak dan juga pasti punya pengetahuan lebih dalam hal ini daripada saya. Tetapi bagi anda yang mungkin statusnya sama seperti saya yang "amateur" ada baiknya untuk memperhatikan hal yang tentu berguna bagi teman-teman:

1. Kondisi Fisik

Kondisi fisik adalah hal paling penting dan utama dalam sebuah perjalanan, entah itu dekat atau jauh sehat tentu adalah hal yang harus diperhatikan. Jalan menuju ke Embung Batar Sriten untuk saat ini adalah jalan yang boleh dikatakan cukup menanjak dan belum beraspal, sebagian besar adalah block dengan cor semen dan (kira-kira) seperempatnya adalah jalan berbatu yang dilapisi batu kapur. Karena (mungkin) jalannya merupakan jalan yang sudah lama, anda akan menjumpai banyak cor yang sudah rusak serta bergelombang sana-sini. Oh ya, selain terjal dan menanjak, juga banyak tikungan dengan sudut mati dan banyak jurang tepat di siku sudut jalan. So, untuk menjaga konsentrasi tubuh yang sehat sangat diperlukan :)

2. Kendaraan

Nah ini adalah hal terpenting kedua yang perlu diperhatikan. Sebenarnya semua jenis kendaraan bagi saya bisa untuk menaklukan medan, wong menurut saya gampang-gampang saja (asal konsentrasi hehe). Tetapi dari beberapa pengalaman teman dari blog lain menyarankan untuk menggunakan motor bergigi, karena sangat berguna ketika menanjak dan berguna untuk menahan laju motor ketika turun (tentu dengan gigi 1 :D). Motor matic sebenarnya juga tidak masalah, hanya saja kondisi rem harus diperhatikan dengan betul. Untuk motor yang memiliki coupling menurut saya juga oke saja, tetapi bakal pegel juga kaki dan tangan kanan untuk menekan rem, tapi secara medan motor ini bakal lebih tangguh :D.

3. Kesopanan

Dalam istilah Jawa orang itu harus eman papan, yaitu kita harus menghargai dan menghormati adat, istiadat dan semua yang ada dimanapun kita berada. Nah, disini teman-teman juga alangkah baiknya melakukan hal yang sama. Ketika berangkat atau ketika mulai menaiki gunung teman-teman akan melalui perkampungan, alangkah baiknya jika selalu menyapa dan membunyikan bel motor secara pendek (kalau panjang dikira disuruh menyingkir). Budaya orang Gunungkidul adalah kalau melewati orang/sekelopmok orang, maka pengendara harus memberi hormat dengan membunyikan klakson motor/mobil sambil mengangguk senyum. Karena menurut saya, penilaian masyarakat sekitar kawasan wisata secara tidak langsung adalah doa yang akan membuntuti kita selama berwisata: baik jika berperilaku baik dan buruk jika kita berperilaku buruk. Ketika sampai di atas, selalu jaga kesopanan dan hindari kata-kata yang tidak pantas, karena apa to manfaatnya ngomong nggak jelas :D. Ketika turun, lakukan hal yang sama dengan hal ketika berangkat, eits tentunya tanpa meninggalkan konsentrasi pikiran kita kepada jalan :)

4. Jadilah "Pecinta" dan bukan sekedar "Penikmat" Alam

Caranya? Gampang:
  • Buang sampah pada tempatnyahari gini masih buang sampah sembarangan? Selamat anda adalah orang cupu, jadul dan tidak terdidik! Kasar? Tetapi itu adalah benar, eits saya yakin kok teman-teman yang membaca adalah seorang budiman yang cinta alam :D)
  • Jika melihat sampah: ambil dan masukkan ke tempat sampah!
  • Pastikan kalian hanya mengambil satu hal, yaitu gambar dan meninggalkan satu hal saja, yaitu jejak.
  • Membawa plastik sampah (trash bag) untuk kemudian digunakan untuk memungut sampah: jika anda melakukan ini, respect dari saya bagi anda, saya akan membungkukkan tubuh, mengangkat topi untuk anda :) Anda tahu semua orang akan menghormati anda :)
  • Anda melihat orang melakukan hal yang tidak pantas (buang sampah sembarangan, coret-coret tidak jelas, etc)?: Samperin, tepuk pundaknya atau sapa dengan sopan dan bilang apa yang perlu dibilang untuk mengingatkan orang tersebut :) Atau mas/mbak ada ide brilian yang cukup membuat sadar dan membuat orang itu malu? Percaya, saya akan melakukan itu, jujur saya sering mengingatkan dengan cara mempecundangi. Negatif? Untuk membuat orang sadar, saya tidak peduli :D

5. Soal Foto

Foto boleh, tapi hati-hati karena di sisi barat gunung adalah tempat tinggal landas para atlet terbang layang (dengan kata lain jurang), so selfie ya selfie, foto ya foto tapi perhatikan juga sekeliling kalian :) Nggak mau kan jika pergi ke Embung adalah kali terakhir kalian di dunia? Teman-teman ini adalah adventurer yang di masa depan akan menginspirasi, jadi jaga diri ya dan siapkan cerita terindah untuk orang lain :)

Teman-teman jadi banyak membaca dan pasti ada yang berpikir saya sok atau apalah, haha. Yap, saya hanya percaya apa yang saya tulis adalah apa yang saya alami dan apa yang saya ceritakan adalah apa yang saya lakukan :D

Foto Embung? Ini saya ada beberapa. Anu, karena saya suka sesuatu yang indah dan luas, maka hasil jepretan dari HP jadul saya adalah foto panorama, tapi mudah-mudahan cukup memberi gambaran bagi teman-teman :)






Maaf, karena saya adventurer amatir, jadi fotonya juga amatir :)

Oh ya, ada satu hal lagi yang menurut saya penting. Teman-teman tentu datang dengan perencanaan yang matang, termasuk diantaranya adalah membawa makanan dari tempat dimana teman berasal. Well, tempat wisata adalah tempat dimana mana masyarakat di sekitar berharap dapat mengambil keuntungan kecil secara ekonomi. Teman-teman akan menemui banyak pedagang di pinggir jalan dan ketika sampai di puncak. Jadi, manfaatkanlah dagangan yang dijual, yang selain memberi keuntungan kepada pedagang dan keluarganya, teman-teman juga tidak perlu repot membawa makanan dari jauh. Harga? Murah dan standar, bahkan menurut saya pedagangnya tidak mengambil keuntungan yang banyak atau bahkan untuk dapat dikatakan layak. Istilah orang Jawa: nglarisi :D. Kepada lagi to mereka berharap jika bukan kepada pengunjung? So, nikmati indah alamnya dan ramah warganya serta manfaatkan jajanan sekitarnya :)


"Cogito Ergo Sum"

6 Juni 2015
Read more ...

04/02/15

Kerja Lab

Ini adalah minggu ke-4 saya melakukan penelitian, walaupun belum mendapatkan hasil apa-apa karena banyak kesalahan yang berujung pada kegagalan memperoleh hasil. Berbeda dengan teman-teman lain yang sudah memesuki tahap pertengahan hingga akhir, saya sendiri masih berkutat mencari-cari metode yang tepat untuk isolasi senyawa humat, tepatnya asam fulvat. Buku Stevenson adalah kitab senyawa humat yang belum saya miliki dan selama ini saya masih bergantung pada google book yang tentu saja menggunakan WiFi kampus hehe. 

Well look book sudah terisi 3 halaman yang menandakan 3 hari ini saya melakukannya secara serius. Sudah tiga hari ini saya berusaha sintesis senyawa magnetit. Ada dua metode yang saya ingin bandingkan, yaitu Sonokimia dan Kopresipitasi. Sambil menunggu oven selama dua jam saya sempatkan untuk kembali membuang tulisan di blog ini, hehe. 

Hari ini juga pertama kali saya menggunakan hair dryer untuk mengeringkan ayakan 200 mess untuk menyaring tanah gambut kering :3 Agak aneh rasanya menggunakan perangkat milik wanita :D Tetapi itu sama sekali bukan masalah di dalam lab, selama saya tidak memakai perangkat tersebut di luar lab :D

Di Kimia UGM penuh dengan otak cemerlang, tetapi saya sendiri kurang puas dengan kekurangan alat-alat serta banyak alat karakterisasi yang tidak boleh dioperasikan oleh mahasiswa. Tetapi dengan segala keterbatasan telah banyak judul skripsi di lab Anorganik ini yang memberi motivasi untuk menggali lebih dalam Kimia Anorganik, walau tidak semua saya mengerti.

Saya menulis kembali dengan kata-kata yang tidak teratur ini karena termotivasi oleh blog http://www.sukrisno-nino.blogspot.com/ yang menuliskan setiap perjalanan indahnya untuk kemudian dijadikan sebuah ingatan yang layak dan bijak untuk diceritakan kepada anak cucu. Terimakasih mas Nino, sudah banyak langit njenengan tempuh, suatu saat saya akan melakukannya juga. Ya, tiada hari tanpa mimpi dan motivasi. Ketika gagal saya kelabakan mencari motivasi sana-sini dnegan membaca blog-blog para inspirator. Yap saya tetap belum melakukan apa-apa, capaian terbesar saya sampai saat ini hanya kuliah di Kampus UGM tercinta ini, terbang beberapa pulau di Indonesia, mengarungi biru laut dan twmpat0tempat yang saya dulu sempat sesalkan karena tidak dapat mengunjunginya. 

Selanjutnya saya tetap akan menuliskan detail perjalanan yang saya harap dapat menginspirasi suatu saat nanti :)

"Cogito Ergo Sum"

Lab Anorganik Kimia UGM
Sambil menunggu oven
9:57 am

Read more ...

28/04/14

Membuat Wayang Karton: Wisanggeni

Berikut wayang karton Wisanggeni buatan saya, jauh berbeda dengan buatan para maestro :) Tetapi paling tidak memberikan gambaran bagi teman-teman yang ingin mengetahui penampakan fisiknya. Ini batiknya salah :v
























April, 28, 2014
Sampoerna Corner UGM
"Cogito Ergo Sum"

Read more ...

09/04/14

Pulau Rote Part VII

Rote-Kupang
Senin, 27 Januari 2014
Pukul 04:00 WITA tim bangun pagi dan mulai bersiap untuk kembali lagi ke Ba’a, karena malam sebelumnya sekitar pukul setengah sebelas malam Bapa Bapinsa Therik dikomando oleh Danramil untuk membawa tim survey ke Ba’a pukul 06:00 untuk kemudian diikutkan pesawat TNI AL.

            Kami diantar ke Ba’a oleh Bapa Therik dan Andre putra Bapa David sekitar pukul 05:00 WITA, karena sebelumnya hujan sangat lebat, sehingga kami menunda keberangkatan sampai hujan reda. Kami menaiki mobil pick up dari saudara Bapa Therik dan menempuh perjalanan selama kurang lebih satu setengah jam. Dalam mobil pick up, saya, Mahe dan Andre duduk di belakang dan menjaga tas dan selama perjalanan kami mengobrol dan bercanda, biasalah cowok hehe.

            Dalam perjalanan, kami melihat banyak anak-anak yang berangkat sekolah, baik SD, SMP dan SMA. Mereka berjalan kaki sambil membawa jerigen yang beberapa sih kosong, tetapi banyak juga yang berisi air (mungkin, hehe). Saya tidak tahu mengapa semua siswa baik SD, SMP dan SMA tersebut membawa jerigen tersebut. Mungkin untuk mengisi air di bak sekolah, tetapi kok ada juga yang membawa kosong ya -_-. Yang hebat, mereka yang saya tahu berjalan kaki sangat jauh untuk dapat mencapai sekolahnya. Kok tahu kalau sekolahnya jauh? Ya, karena dari titik saya melihat anak SD, SMP, atau SMA ke sekolah yang saya lihat kemudian jaraknya sangat jauh. Tetapi dalam perjalanan mereka bersama dan ramai-ramai kok J, walau ada juga yang sendiri J.

            Sebenarnya ada rasa tidak enak, karena setelah rencana-rencana yang kami susun sebelumnya dalam hal transportasi ke Kupang satu demi satu tidak terlaksana alasan cuaca. Tidak enak karena biaya pesawat TNI AL ditanggung oleh pihak TNI. Tetapi kemudian saya mendapat penjelasan dari Mahe bahwa itu memang bahasa TNI, kalau kita mengganti sama saja kita (maaf) mengencingi pihak TNI. Semua baik-baik saja, itulah kata-kata Mahe. Saya yang awam dalam masalah tersebut ya hanya bisa mengiyakan dan mencoba melihat dari sisi berkat, bahwa ini adalah berkat dari Tuhan yang setiap waktu selalu menjaga kami yang tidak akan membiarkan satu helai rambut pun dari tim jatuh ke tanah. Ya, dan saya percaya itu, akhirnya ya saya mengambil semua sisi positifnya. Selama di dalam pesawat saya hanya berdoa mohon selamat dan ucap syukur. Karena pesawatnya lumayan seram juga suaranya, dan kami duduk menyamping seperti angkot, selain itu kami duduk paling belakang dan paling dekat dengan pintu belakang :D.

            Pukul setengah tujuh kami tiba di depan mess Koramil Ba’a. Disana saya dan Mahe pergi ke mess karena ada keperluan, saya buang air kecil dan besar, sedangkan Mahe hanya yang besar :D. Saya menggunakan kamar mandi Danramil, sedangkan Mahe menggunakan milik Bapinsa, dan itu bersebelahan -_-.

            Kami akhirnya bertemu kembali dengan Bapa Charles, Bapa David, Bapa Wargi dan Bapa Suranto. Akhirnya kami diantar oleh mobil Danramil dengan pengemudi Bapa Suranto ke Lapangan Udara yang namanya saya lupa (maaf -_-). Setelah menunggu beberapa saat pesawat tiba dan pesawat yang seharusnya berkapasitas 18 orang tersebut tampak keluar dari dalamnya lebih dari 20 orang -_-. Kami di Bandara diantar oleh Bapa Wargi, Bapa Suranto dan Bapa Charles yang menyusul kemudian. Kami foto berempat dengan Bapa Wargi untuk kemudian dijadikan laporan oleh Bapa Wargi ke KODIM.

            Kemudian tanpa sengaja kami bertemu dengan Kepala Bapeda, Ade kemudian memberikan surat kepada Kepala Bapeda tersebut dan berbincang sebentar sebelum akhirnya ada instruksi supaya segera menaiki pesawat Casa TNI AL.
            Ketika perjalan ke pesawat, kami diantar oleh Bapa Charles dengan membawakan tas yang berat. Saya terharu dengan bantuan yang diberikan Bapa Charles selama ini, dan saya lihat (Ade) menangis hehe, mungkin terharu juga kaliya :D. Bagaimana tidak, beliau mengantar sampai belakang pesawat tepat dan ketika pintu ditutup beliau melambaikan tangan yang diikuti balasan dari lambaian tangan kami. Sampai jumpa Bapa bulan Juli dan Agustus nanti.

            Kami di atas pesawat selama kurang lebih 30 menit, memandang birunya laut yang terkena sinar matahari pagi. Perlu teman-teman ketahui, pesawat Casa terbang rendah, sehingga daratan dan lautan pun sangat jelas terlihat J. Di atas pesawat kemudian ada yang bilang bahwa ombak tinggi. Puji Tuhan, mungkin ini benar-benar rencana yang Tuhan berikan J. Di atas pesawat saya sempat merekam ketika landing, dan dapat teman-teman lihat landingnya yang sempat mental satu kali sebelum akhirnya pesawat benar-benar dapat bergerak sempurna di atas landasan J.

            Kemudian kami turun dari pesawat, dan saya adalah orang kedua yang turun setelah awak pesawat yang bertugas :3. Tidak lama kemudian kami melihat Bapa Muhammad yang sudah menunggu kami di depan Hangar milik TNI AL. Kami kemudian diangkut oleh mobil menuju ke mess Kodim untuk kemudian istirahat J. Saat turun saya melihat wajah-wajah yang lemas :D, terutama Ade yang tampak pucat dan syalwa yang lemas serta Mahe yang menghitam hehe, hampir sama dengan saya hitamnya :p.

            Kami akhirnya kembali pada kamar yang sama seperti awal ketika kami baru saja sampai di mess tersebut. Langsung kami cau untuk tidur :D.

            Malamnya kami dipanggil oleh Dandim untuk menghadap pukul 20:00 WITA. Kami akhirnya pergi ke kantor Kodim dan sambil menunggu Dandim kami online sebentar, karena ada wifinya hehe. Akhirnya kami disuruh masuk oleh Dandim sendiri dan mengobrol sampai kurang lebih pukul 22:00 WITA. Kami disana ditanya bagaimana keadaannya dan Dandim meminta kami untuk mempersiapkan nantinya ketika 25 orang bertandang ke Pulau Rote. Kami diminta untuk mempersiapkan terutama transportasinya dan juga penginapan yang digunakan oleh 25 orang. Selain itu beliau juga bercerita tentang masa muda beliau dulu ketika belum ditempatkan di Kupang, beliau juga bercerita banyak tentang pulau Rote. Disana kami mendapatkan banyak wawasan, ya saya menerima banyak ilmu sisitu, walaupun banyak yang lupa hehe (karena pada waktu itu saya ngantuk berat :D). Kemudian Dandim menyudahi pertemuan kami, disana tak lupa kami menyampaikan terimakasih kami atas bantuan beliau dan seluruh personel TNI AD. Saya sendiri berdoa supaya Tuhan memberikan berkatnya yang melimpah kepada keseluruhan TNI AD yang telah menerima kami dengan segala kekurangan kami. Karena saya sendiri sadar betapa kami merepotkan, tetapi memang tentara, otak tentara saya yakin tidak mempermasalahkan itu. Sebaliknya saya berdoa supaya TNI senang dengan kedatangan kami, ya mudah-mudahan J.

            Bapak Dandim merupakan orang yang baik menurut saya, karena beliau mengutamakan keselamatan kami dan menjaga serta memantau kami selama kami melakukan survey. Tidak kalah baik adalah keseluruhan personelnya, mulai dari Bapa Jamal yang menjemput serta pada awalnya mengawal kami, Bapa Muhhamad yang menjadi driver ketika dari Bandara El Tari Kupang dua kali, Bapa Muhhamad yang menjemput kami di Bandara El Tari setelah dari Rote dan yang membimbing kami ke pelabuhan dan banyak lagi (ada dua Bapa Muhammad hehe), Bapa Syaiful, Bapa Pramono yang mengantar kami jalan-jalan dan membimbing kami ke tempat-tempat yang tidak kami ketahui sebelumnya, Bapa-bapa yang kemarin piket yang mengijinkan kami untuk online disana untuk mengurus kepentingan kami. Semuanya baik, dan puji Tuhan beliau-beliau adalah orang yang luar biasa dalam hal penerimaan kepada kami.

            Teman-teman nantinya akan mengetahui sendiri keramahan TNI AD yang akan kita temuai nanti di bulan Juli-Agustus. Saya sendiri tidak tahu kalau ternyata TNI sebaik itu J. Mungkin memang agak berlebihan karena saya memandang semua baik, tetapi memang itu adanya, hehe, nanti teman-teman akan tahu sendiri J.

            Nah untuk kita sendiri, saya harap kita menjaga diri dari hal-hal yang dapat menurunkan derajat nama UGM di depan para anggota TNI, supaya kedepannya hubungan antara mahasiswa yang ingin melanjutkan KKN kita dengan TNI tetap terjaga baik dan semakin baik. Karena TNI sudah memberikan kepercayaan yang besar kepada kita yang dianggap orang intelektual oleh personel TNI. Kita harus mampu menjaga kesopanan kita, menjaga nama baik tim dan yang terutama adalah menjaga nama baik Universitas Gadjah Mada, dimana kita bertandang dengan selimut kampus kita. Tentunya kita tidak ingin selimut yang melindungi kita kotor kan? J. Kita harus benar-benar mencerminkan sebaimana layaknya seorang mahasiswa yang berpikiran global dengan memperhatikan etika-etika yang sudah seharusnya terpatri dalam diri seorang mahasiswa. Jangan sampai kepercayan TNI yang sudah diberikan hilang karena tindakan kecil yang seharusnya tidak perlu dilakukan tetapi kemudian memiliki dampak negatif besar terhadap nama baik tim dan kampus kita J. So guys, biarlah kita menjadi cermin kebaikan yang sesungguhnya selayaknya mahasiswa. TNI manunggal mahasiswa :D J.

            Sampai disini ya episode kembali ke Kupang J. Semangat untuk bulan Juli-Agustus nanti ya teman-teman J.


“Cogito Ergo Sum”

Kamar Kost, 10 April 2014
00:18 am
Read more ...

Pulau Rote Part VI

OESELE
Kamis, 23 Januari 2014
Dari Kantor Kecamatan Rote Barat Daya kami melanjutkan perjalanan kami ke Oesele. Masih dengan formasi yang sebelumnya, yaitu Mahe berboncengan dengan Syalwa, Ade dengan Bapa David dan saya sendiri dengan Bapa Yusuf Bapinsa Barat Daya.

Selama perjalanan Bapa Yusuf bercerita tentang keadaan Rote Barat Daya, terutama suku Ti’I dan Dengka yang sering berselisih paham. Bapak Yusuf bercerita bahwa masyarakat dimana beliau mengabdi sebagai Bapinsa rata-rata memiliki tingkat pendidikan yang rendah, terutama mereka yang saat ini sudah tua. Tingkat pendidikan yang rendah menurut beliau adalah faktor utama yang membuat rendahnya toleransi kebersamaan antar suku. Rendahnya pendidikan menjadikan banyak individu mudah terpancing dalam hal emosi, bahkan untuk hal-hal yang dianggap kecil dan sepele. Beliau juga bercerita tentang banyaknya kasus pembunuhan yang terjadi di daerah dimana beliau mengabdi sebagai Bapinsa. Terakhir kali pembunuhan yang beliau tangani adalah saling bunuh antara dua petani yang terjadi digubuk sawah. Saling bunuh ini terjadi antara dua orang petani. Yang saya tangkap ceritanya adalah seperti ini: 

Ada seorang petani yang memelihara dua ekor babi, dan kedua babi tersebut masik ke ladang petani lain dan merusak tanaman yang ada di ladang tersebut. Petani yang memiliki ladang kemudian marah dan membunuh kedua ekor babi tersebut. Petani yang memiliki babi tersebut kemudian mendatangi sang petani yang membunuh babi tersebut dengan tenang tanpa memperlihatkan tanda-tanda buruk. Setelah sampai di gubuk dimana sang petani yang membunuh babi berada, pemilik babi kemudian memarang kepala dari sang pemilik babi dan menyabet sekali lagi di bagian punggung (kalau tidak salah). Sang petani yang diparang kemudian menghunus parangnya dan menusuk perut dan pemilik babi. Kemudian datang Ipar dan saudara (kalau tidak salah) dari petani yang membunuh kedua babi dan membantu petani yang membunuh babi dan memarang pemilik babi hingga putus bagian kepalanya dari mulut sampai belakang kepala. TKP terjadi di gubuk dengan meninggalkan 2 orang tewas dan 2 orang yang membantu luka-luka. Pada bagian ini Ade, Mahe dan Syalwa melihat tubuh sang pemilik babi, tetapi saya sendiri tidak melihat.

            Teman-teman dapat menyimpulkan sendiri penyebab yang mungkin dapat diambil dari segi pendidikan. Selain itu Bapak Bapinsa Yusuf juga menceritakan keadaan jalan yang sebelumnya sangat buruk dan hingga akhirnya turun dana pemerintah, dan jalan yang merupakan akses utama baru selesai kemarin pada tahun 2012. Tetapi jalan-jalan lain masih banyak yang buruk dan belum ada yang mendapatkan perhatian. Beliau juga bercerita tentang kendaraan yang dimilikinnya merupakan kendaraan sendiri dan bukan merupakan kendaraan dinas seperti yang seharusnya diberikan kepada Bapinsa.

            Hal menarik yang saya temui selama di jalan adalah rumah-rumah yang masih banyak dalam bentuk rumah adat yang terbuat dari lontar. Disana-sini ada rumah lontar, akan tetapi banyak juga rumah yang sudah dalam bentuk cor dengan atap sengnya.

            Selain hal di atas, juga terdapat hal menarik dari siswa-siswa yang mungkin baru pulang sekolah. “Semua” semua siswa yang saya lihat tidak ada yang mengenakan sepatu, beberapa sandal dan bahkan banyak yang tanpa menggunakan alas kaki. Bahkan ada beberapa yang tidak menggunakan tas dan hanya membawa satu buku.

            Dalam perjalanan kami berhenti sebentar di depan rumah adat dari seorang warga Oesele, sambil menunggu Ade dengan Bapa Yusuf yang saya sendiri dan teman-teman tidak tahu mengapa sampai begitu lama. Disitu kami disambut baik oleh pemilik rumah dan disediakan kursi oleh pemilik rumah. Disitu saya, Mahe dan Syalwa mengobrol dengan seorang Bapak yang kebetulan mendatangi kami. Beliau bercerita tentang keadaan dari rumah-rumah disini dan juga listrik yang ada di desa Oesele. Beliau bercerita tentang bantuan dari pemerintah berupa solar sel yang dapat menerangi pada malam hari. Tidak semuanya mendapat solar sel, pemerintah menyeleksi rumah-rumah yang dianggap kurang mampu yang kemudian menjadi tujuan utama pemberian solar sel. Sehingga walaupun rumahnya dari rotan, jangan salah semuanya memiliki solar sel J. Walau begitu, keadaan hidup mereka tetap saja memprihatinkan, dan menurut saya hal yang paling memprihatinkan adalah fasilitas MCK dan juga (maaf) pakaian yang mereka gunakan. Untuk MCK terutama WC tidak berasal dari bahan permanen tetapi tanah biasa, sedangkan untuk pakaian, banyak dari antara mereka yang menggunakan pakaian lusuh dan mungkin sudah tidak layak pakai lagi. Mungkin memang tidak semua masyarakat Oesele seperti itu, akan tetapi saya sendiri berpendapat mungkin mereka yang masih tinggal di rumah dari lontar rata-rata seperti itu.

            Kemudian Ade dan Bapa David datang bersama seorang laki-laki separuh baya yang ternyata merupakan Bapak Kepala Desa Oesele. Ternyata Ade mengambil inisiatif untuk bertemu Bapak Kepala Desa. Kemudian beliau mengajak kami masuk ke salah satu rumah, disitu beliau menjelaskan struktur rumah dan berbagai fungsinya.

Dari hal tersebut, saya mengetahu bahwa masyarakat Oesele banyak yang masih mempertahankan bentuk rumah adat mereka, walau banyak pula yang sudah beralih ke rumah permanen. Untuk rumah yang berasal dari rotan sendiri tidaklah permanen, karena rumah tersebut memiliki atap yang haru diganti setiap lima tahun sekali dan dindingnya jika sudah tidak kuat lagi menyangga rumah.

***
Kami melanjutkan perjalanan kami untuk menemui Pengajar Muda yang mengabdi di Oesele (maaf saya lupa namanya). Disana beliau bercerita banyak tentang tentang keadaan masyarakat dan juga pendidikan yang ada di daerah Oesele, dan ternyata keadaannya sangat memrihatinkan. Mengapa? Karena masih ada murid kelas 3 SD yang bahkan belum bisa baca tulis. Saya tidak tahu mengapa hal ini terjadi, tetapi itulah kenyataannya. Tidak lepas dari hal tersebut, ternyata fasilitas buku referensi yang ada sangat sedikit, bahkan tidak jarang buku referensi hanya dimiliki oleh guru yang mengajar disana. Hal ini menurut saya dapat dijadikan alasan mengapa masih banyak yang belum bisa baca tulis. Kebiasaan yang ditanamkan oleh orang tua untuk bekerja mungkin juga turut memberikan andil dalam berkurangnya waktu belajar anak-anak. Kebiasaan untuk bermain juga membuat minat belajar anak-anak turun, karena saat belajar banyak dari antara anak-anak yang bermain. Banyak adari anak-anak yang memiliki cita-cita rendah, sehingga Pengajar Muda terus menggunakan metode belajar yang dapat memancing anak-anak agar memiliki cita-cita yang tinggi untuk masa depannya.

Dari hal, menurut saya buku referensi merupakan sesuatu yang harus dibutuhkan untuk majunya pendidikan di Oesele. Selain itu para tenaga pengajar yang ditugaskan harus profesional dalam menyeleksi mereka yang berhak naik kelas dan mereka yang wajib tinggal kelas, sehingga dapat memberikan dorongan positif untuk belajar untuk siswa secara menyeluruh. Sehingga tingkat rata-rata siswa meningkat. Penanaman nilai-nilai karakter dibutuhkan, karena mereka memiliki usia yang masih dini. Usia dini tersebut merupakan kesempatan untuk menanamkan nilai karakter untuk masa depan mereka, mengingat masa dewasa berpegang dari apa yang mereka peroleh dari kecil. Sehingga karakter yang baik akan berdampak pada masa depan yang cerah juga.
***
Saya tulis apa adanya yang saya dapat, mengerti dan saya pahami dan tentunya yang saya ingat J, semoga dapat menjadi referensi bagi tim pengusul dan juga keseluruhan tim KKN UGM di Rote Ndao. Sehingga kita dapat memberikan dampak yang positif bagi masyarakat Pulau Rote J.


“Cogito Ergo Sum”

Kamar Kost, 10 April 2014
00:16 am
Read more ...

Pulau Rote Part V

Hari ke-3 Papela-Kembali ke Ba’a
Rabu, 22 Januari 2013
            Tidak terasa sudah hari ketiga kami berada di Papelas, dan sudah banyak survey yang kami lakukan dengan laporan berupa foto dan video. Pada hari ketiga ini, kami bangun siang dan setelah bangun dan main-main tidak jelas sebentar kami mandi untuk mempersiapkan diri kami untuk kembali lagi ke Kota Kabupaten Ba’a. Sebelum mandi saya dan Mahe sempat bermain-main dengan dongkrak yang saya kira sudah tidak bisa digunakan, dan ternyata dengan sapu dongkrak tersebut dapat digunakan, walau kami tidak tahu bagaimana cara menurunkan tuas hidroliknya :D. Tetapi yang bertanggungngjawab Mahe. Kemudian Bapa Therik datang dan bilang bahwa dongkraknya yang besar tersebut memang masih berfungsi dan beliau juga memberi tahu cara menurunkan kembali tuas hidroliknya J.
           
Saya mandi lebih dulu dari pada teman-teman, kemudian setelah mandi saya foto-foto sebentar keadaan rumah Bapa Therik dengan detailnya serta foto-foto lagi kotoran yang ada di lapangan :D karena biasanya kotoran pagi biasanya masih segar dan menarik untuk difoto (kotoran hewan lho ya J).

Tidak lama kemudian saya masuk lagi ke dalam rumah, Mama Therik memanggil kami dari ruang sebelah dan menyediakan hidangan berupa ikan bakar dan ikan goreng, sambal serta lalapan :D, mantap pokonya. Kami pun pergi ke ruang sebelah dan menerima dengan sukacita makanan yang sudah sengaja disiapkan oleh Mama Therik J.

Kemudian setelah makan kami siap-siap lagi, karena sebentar lagi mobil yang dikendarai oleh Bapa Kepala Desa dari Faifua segera datang untuk mengantar kami ke Ba,a. Sebelum itu, kami foto dulu dengan Bapa Therik sekeluarga dan Ade memberi kenang-kenangan kepada Bapa Therik J

            Akhirnya, selesai juga tugas kami di Papela. Ketika mobil datang, kami segera membawa tas kami ke dalam mobil Avanza milik Bapa Kepala Desa Faifua. Kami merasa itu adalah hari terakhir kami di Ba’a sebelum KKN nanti, walau ternyata eh nanti balik lagi juga :D.

            Selama tiga hari di Papela banyak pelajaran baru yang kami dapat, banyak hal baru yang sebeleumnya tidak saya bayangkan, mulai dari pola hidup, kebudayaan, dan semuanya.  Banyak permasalahan yang terjadi disini, tetapi permasalahan yang paling utama disini adalah kesadaran dalam dunia pendidikan dan juga banyaknya halangan yang membuat moivasi belajar sisiwa menadi berkurang, seperti teknologi komputer yang berjumlah sedikit, kurangnya referensi, bahkan kurangnya tenaga pengajar yang ada disini. Kurangnya teknologi dapat berdampak kepada tingkat melek teknologi dari seorang anak, kurangnya referensi berdampak pada sempitnya pemikiran sang anak kelak, sedangkan kurangnya tenaga pendidik dapat berdampak pada kurangnya kualitas karakter yang dimiliki anak. Dan disini kita sebagai mahasiswa yang sudah siap untuk mengabdi dalam dunia pendidikan benar-benar harus mempersiapkan diri kita untuk membangun karakter pada anak tersebut, walaupun tidak dipungkiri mungkin banyak di antara kita yang tidak mengetahui bagaimana caranya, tetapi saya yakin di dalam waktu yang tersisa ini kita dapat mempersiapkan diri untuk dapat benar-benar mengerti bagaimana dunia pendidikan anak dan bagaimana kita dapat berperan di dalamnya. Mungkin saya hanya dapat menulis sesutau yang benar-benar omong kosong, tetapi bukankah disini kita ada untuk tujuan itu? Bukan mau tidak mau, tetapi ketulusan hati kita masing-masing dapat membantu kita menemukan jalan itu, hingga tanpa sadari kita telah mempelajari dan siap untuk diaplikasikan nantinya pada saat KKN J.
***
            Setelah perjalanan selama kurang lebi satu jam, akhirnya kami sampai di Ba’a disambut oleh Bapa Bapinsa David dan Bilga keponakan dari Bapa David. Kami istirahat sebentar untuk kemudian melakukan planing selanjutnya, karena pada saat itu semua tim kecuali saya mabok, haha, ini tumben berbalik keadaannya :D Ternyata teman-teman tidak tahan dnegan gaya mengemudinya kepala desa Faifia yang ngebut-ngebut :D. Saya mengira kami akan segera melakukan suvey lagi, akan mungkin karena kondisi tim pada saat itu akhirnya memutuskan untuk refreshing dahulu dengan naik ke mescusuar dia Ba’a yang katanya merupakan mescusuar tertinggi dengan 300 tangganya.

            Pada saat naik, saya sih excited saja, tetapi kemudian saya menyadari bahwa saya adalah orang yang takut ketinggian, tetapi keep spirit ae lah :D. Dan benar saja, ketika mau naik ke atas, kepala saya sudah pusing ketika melihat tangga yang meliuk-liuk berputar teratur membentuk spiral di atas kepala saya. Saya sudah deg-deg an, kemudian secara tiba-tiba Bapa David menyuruh saya untuk pergu dulu dan menginjak anak tangga pertama sebagai pembuka, entah apa maksudnya, akan tetapi saya turuti saja yang kemudian disusul Mahe dan yang lain. Bapa David juga menyuruh kami untuk menghitung jumlah anak tangga yang ada disana, saya manut-manut saja dan menghitung anak tangga pada lantai ke satu dan dua, yang ternyata masing-masing berjumlah 25 anak tangga. Saya tidak melanjutkan lagi pernghitungan saya, karena rasa takut ketinggian mulai memuncak hehe.

            Sampai di atas puncak, kami langsung foto-foto, dan saya juga semakin merasa pusing dan semakin takut :D. Maaf, bukannya alay sih, tetapi saya memang takut ketinggian J. Sehingga setelah mengambil beberapa gambar, foto bersama dan mengambil video, saya langsung kembali ke bagian dalam mescusuar karena takut, hehe. Saya berharap kami tidak berada di atas sampai matahari tenggelam, karena pada awalnya mau melihat sunset dari sana, dan ternyata tidak (Puji Tuhan, hehe). Ternyata kami turun dan berencana menuju tiang bendera, ye ye J. Dari atas mescusuar teman-teman dapat melihat seluruh Ba’a dari atas, dan juga dapat melihat lautan lepas di mengelilingi hampir 180 derajat pandangan kita. Dari sini kita tentu dapat melihat sunset dengan indah, tentunya jika tidak takut ketinggian, karena jujur bagi saya lama di atas akan membuat semakin pusing dan eneg :D. Akan tetapi bagi yang tidak takut ketinggian bukan masalah dan akan menikmati pemandangan dari atas. Oh ya, katanya merupakan suatu kehormatan untuk dapat naik ke atas mescusuar ini, karena katanya tidak semua orang dapat naik ke atas, bahkan penjaga mescusuar juga tidak naik secara sembarangan J.

            Karena kekurangan motor kami meminta tolong salah satu teman Bapa David untuk mengantar kami ke mescusuar, yaitu Bapa Obama (nama panggilan, sedangkan nama asli tidak tahu :D). Saya diantar Bapa Obama sampai tiang bendera, disana kami ambil gambar dan melihat indahnya sunset yang ada disana. Jujur selama disana navigasi dalam kepala saya kacau, karena saya tidak bisa membedakan mana barat dan timur, walaupun jelas-jelas saya sedang malihat sunset. Karena selama di Jawa kan kita selalu mengidentikan laut dengan arah selatan atau sebaliknya, dan disini, baik selatan utara barat maupun timur dengan mudah laut dapat ditemui, alhasil navigasi saya pun kacau :D. Saya mencoba untuk memperbaiki navigasi saya dengan menanam bahwa saya sedang menghadap ke barat, tetapi dalam perasaan saya, saya sedang menghadap ke timur. Teman-teman akan mengalami sendiri nantinya :D.

            Ketika matahari sudah terbenam, kami mempersiapkan diri untuk pulang. Di tengah jalan, kami melihat ada orang membawa golok, wuih seram guys :D. Tetapi setelah disapa ternyata orang baik, kata Bapa Obama mungkin sedang mencari ternaknya, maklum kan disana ternak dilepas dan bebas. Perlu teman-teman ketahui, tiang bendera adalah tempat yang indah dan jarang jejak kaki manusia disana tetapi juga terdapat bangunan disana, karena merupakan bekas kafe atau semacam bar (katanya :D). Walaupun sepi ketika kami datang, disana adalah tempat para muda-mudi untuk menghabiskan malam minggunya :D, seram tidak tuh? Bayangkan saja, disana tidak ada lampu satupun, yang ada adalah tempat luas yang tidak ada orang lain disana kecuali pendatang :D. Selama di perjalanan, saya melihat banyak salib yang berjumlah tiga dalam tempat-tempat yang berbeda di atas batu karang. Setelah saya tanyakan kepada Bapa Obama, ternyata salib tersebut untuk menandai bahwa kami ada disini, tidak tahu juga maksud lebih di atas itu J.

            Ketika sampai di mess Koramil, kami istirahat dan mempersiapkan survey ke Rote Barat besok paginya J. Akhirnya hari itu kami hanya refreshing setelah tiga hari jalan dan motoran kesana-sini untuk menemui orang itu dan ini J.

            Oke teman-teman, itulah yang dapat saya ceritakan pada tanggal hari Rabu, 22 Januari 2014. Semoga dapat menjadi gambaran bagi teman-teman sebelum kita sampai disana :D Gambaran untuk refreshing :D J. Terimkasih sudah berkenan membaca sampai disini J.


“Cogito Ergo Sum”

Kamar Kost, 10 April 2014
00:14 am
Read more ...