09/04/14

Pulau Rote Part V

Hari ke-3 Papela-Kembali ke Ba’a
Rabu, 22 Januari 2013
            Tidak terasa sudah hari ketiga kami berada di Papelas, dan sudah banyak survey yang kami lakukan dengan laporan berupa foto dan video. Pada hari ketiga ini, kami bangun siang dan setelah bangun dan main-main tidak jelas sebentar kami mandi untuk mempersiapkan diri kami untuk kembali lagi ke Kota Kabupaten Ba’a. Sebelum mandi saya dan Mahe sempat bermain-main dengan dongkrak yang saya kira sudah tidak bisa digunakan, dan ternyata dengan sapu dongkrak tersebut dapat digunakan, walau kami tidak tahu bagaimana cara menurunkan tuas hidroliknya :D. Tetapi yang bertanggungngjawab Mahe. Kemudian Bapa Therik datang dan bilang bahwa dongkraknya yang besar tersebut memang masih berfungsi dan beliau juga memberi tahu cara menurunkan kembali tuas hidroliknya J.
           
Saya mandi lebih dulu dari pada teman-teman, kemudian setelah mandi saya foto-foto sebentar keadaan rumah Bapa Therik dengan detailnya serta foto-foto lagi kotoran yang ada di lapangan :D karena biasanya kotoran pagi biasanya masih segar dan menarik untuk difoto (kotoran hewan lho ya J).

Tidak lama kemudian saya masuk lagi ke dalam rumah, Mama Therik memanggil kami dari ruang sebelah dan menyediakan hidangan berupa ikan bakar dan ikan goreng, sambal serta lalapan :D, mantap pokonya. Kami pun pergi ke ruang sebelah dan menerima dengan sukacita makanan yang sudah sengaja disiapkan oleh Mama Therik J.

Kemudian setelah makan kami siap-siap lagi, karena sebentar lagi mobil yang dikendarai oleh Bapa Kepala Desa dari Faifua segera datang untuk mengantar kami ke Ba,a. Sebelum itu, kami foto dulu dengan Bapa Therik sekeluarga dan Ade memberi kenang-kenangan kepada Bapa Therik J

            Akhirnya, selesai juga tugas kami di Papela. Ketika mobil datang, kami segera membawa tas kami ke dalam mobil Avanza milik Bapa Kepala Desa Faifua. Kami merasa itu adalah hari terakhir kami di Ba’a sebelum KKN nanti, walau ternyata eh nanti balik lagi juga :D.

            Selama tiga hari di Papela banyak pelajaran baru yang kami dapat, banyak hal baru yang sebeleumnya tidak saya bayangkan, mulai dari pola hidup, kebudayaan, dan semuanya.  Banyak permasalahan yang terjadi disini, tetapi permasalahan yang paling utama disini adalah kesadaran dalam dunia pendidikan dan juga banyaknya halangan yang membuat moivasi belajar sisiwa menadi berkurang, seperti teknologi komputer yang berjumlah sedikit, kurangnya referensi, bahkan kurangnya tenaga pengajar yang ada disini. Kurangnya teknologi dapat berdampak kepada tingkat melek teknologi dari seorang anak, kurangnya referensi berdampak pada sempitnya pemikiran sang anak kelak, sedangkan kurangnya tenaga pendidik dapat berdampak pada kurangnya kualitas karakter yang dimiliki anak. Dan disini kita sebagai mahasiswa yang sudah siap untuk mengabdi dalam dunia pendidikan benar-benar harus mempersiapkan diri kita untuk membangun karakter pada anak tersebut, walaupun tidak dipungkiri mungkin banyak di antara kita yang tidak mengetahui bagaimana caranya, tetapi saya yakin di dalam waktu yang tersisa ini kita dapat mempersiapkan diri untuk dapat benar-benar mengerti bagaimana dunia pendidikan anak dan bagaimana kita dapat berperan di dalamnya. Mungkin saya hanya dapat menulis sesutau yang benar-benar omong kosong, tetapi bukankah disini kita ada untuk tujuan itu? Bukan mau tidak mau, tetapi ketulusan hati kita masing-masing dapat membantu kita menemukan jalan itu, hingga tanpa sadari kita telah mempelajari dan siap untuk diaplikasikan nantinya pada saat KKN J.
***
            Setelah perjalanan selama kurang lebi satu jam, akhirnya kami sampai di Ba’a disambut oleh Bapa Bapinsa David dan Bilga keponakan dari Bapa David. Kami istirahat sebentar untuk kemudian melakukan planing selanjutnya, karena pada saat itu semua tim kecuali saya mabok, haha, ini tumben berbalik keadaannya :D Ternyata teman-teman tidak tahan dnegan gaya mengemudinya kepala desa Faifia yang ngebut-ngebut :D. Saya mengira kami akan segera melakukan suvey lagi, akan mungkin karena kondisi tim pada saat itu akhirnya memutuskan untuk refreshing dahulu dengan naik ke mescusuar dia Ba’a yang katanya merupakan mescusuar tertinggi dengan 300 tangganya.

            Pada saat naik, saya sih excited saja, tetapi kemudian saya menyadari bahwa saya adalah orang yang takut ketinggian, tetapi keep spirit ae lah :D. Dan benar saja, ketika mau naik ke atas, kepala saya sudah pusing ketika melihat tangga yang meliuk-liuk berputar teratur membentuk spiral di atas kepala saya. Saya sudah deg-deg an, kemudian secara tiba-tiba Bapa David menyuruh saya untuk pergu dulu dan menginjak anak tangga pertama sebagai pembuka, entah apa maksudnya, akan tetapi saya turuti saja yang kemudian disusul Mahe dan yang lain. Bapa David juga menyuruh kami untuk menghitung jumlah anak tangga yang ada disana, saya manut-manut saja dan menghitung anak tangga pada lantai ke satu dan dua, yang ternyata masing-masing berjumlah 25 anak tangga. Saya tidak melanjutkan lagi pernghitungan saya, karena rasa takut ketinggian mulai memuncak hehe.

            Sampai di atas puncak, kami langsung foto-foto, dan saya juga semakin merasa pusing dan semakin takut :D. Maaf, bukannya alay sih, tetapi saya memang takut ketinggian J. Sehingga setelah mengambil beberapa gambar, foto bersama dan mengambil video, saya langsung kembali ke bagian dalam mescusuar karena takut, hehe. Saya berharap kami tidak berada di atas sampai matahari tenggelam, karena pada awalnya mau melihat sunset dari sana, dan ternyata tidak (Puji Tuhan, hehe). Ternyata kami turun dan berencana menuju tiang bendera, ye ye J. Dari atas mescusuar teman-teman dapat melihat seluruh Ba’a dari atas, dan juga dapat melihat lautan lepas di mengelilingi hampir 180 derajat pandangan kita. Dari sini kita tentu dapat melihat sunset dengan indah, tentunya jika tidak takut ketinggian, karena jujur bagi saya lama di atas akan membuat semakin pusing dan eneg :D. Akan tetapi bagi yang tidak takut ketinggian bukan masalah dan akan menikmati pemandangan dari atas. Oh ya, katanya merupakan suatu kehormatan untuk dapat naik ke atas mescusuar ini, karena katanya tidak semua orang dapat naik ke atas, bahkan penjaga mescusuar juga tidak naik secara sembarangan J.

            Karena kekurangan motor kami meminta tolong salah satu teman Bapa David untuk mengantar kami ke mescusuar, yaitu Bapa Obama (nama panggilan, sedangkan nama asli tidak tahu :D). Saya diantar Bapa Obama sampai tiang bendera, disana kami ambil gambar dan melihat indahnya sunset yang ada disana. Jujur selama disana navigasi dalam kepala saya kacau, karena saya tidak bisa membedakan mana barat dan timur, walaupun jelas-jelas saya sedang malihat sunset. Karena selama di Jawa kan kita selalu mengidentikan laut dengan arah selatan atau sebaliknya, dan disini, baik selatan utara barat maupun timur dengan mudah laut dapat ditemui, alhasil navigasi saya pun kacau :D. Saya mencoba untuk memperbaiki navigasi saya dengan menanam bahwa saya sedang menghadap ke barat, tetapi dalam perasaan saya, saya sedang menghadap ke timur. Teman-teman akan mengalami sendiri nantinya :D.

            Ketika matahari sudah terbenam, kami mempersiapkan diri untuk pulang. Di tengah jalan, kami melihat ada orang membawa golok, wuih seram guys :D. Tetapi setelah disapa ternyata orang baik, kata Bapa Obama mungkin sedang mencari ternaknya, maklum kan disana ternak dilepas dan bebas. Perlu teman-teman ketahui, tiang bendera adalah tempat yang indah dan jarang jejak kaki manusia disana tetapi juga terdapat bangunan disana, karena merupakan bekas kafe atau semacam bar (katanya :D). Walaupun sepi ketika kami datang, disana adalah tempat para muda-mudi untuk menghabiskan malam minggunya :D, seram tidak tuh? Bayangkan saja, disana tidak ada lampu satupun, yang ada adalah tempat luas yang tidak ada orang lain disana kecuali pendatang :D. Selama di perjalanan, saya melihat banyak salib yang berjumlah tiga dalam tempat-tempat yang berbeda di atas batu karang. Setelah saya tanyakan kepada Bapa Obama, ternyata salib tersebut untuk menandai bahwa kami ada disini, tidak tahu juga maksud lebih di atas itu J.

            Ketika sampai di mess Koramil, kami istirahat dan mempersiapkan survey ke Rote Barat besok paginya J. Akhirnya hari itu kami hanya refreshing setelah tiga hari jalan dan motoran kesana-sini untuk menemui orang itu dan ini J.

            Oke teman-teman, itulah yang dapat saya ceritakan pada tanggal hari Rabu, 22 Januari 2014. Semoga dapat menjadi gambaran bagi teman-teman sebelum kita sampai disana :D Gambaran untuk refreshing :D J. Terimkasih sudah berkenan membaca sampai disini J.


“Cogito Ergo Sum”

Kamar Kost, 10 April 2014
00:14 am
Read more ...

Pulau Rote Part IV

TK, SD, MTs dan Kecamatan
Senin, 20 Januari 2014
            Senin pagi, saya Mahe, Ade dan Syalwa bangun pagi dan mempersiapkan survey kami ke Londalusi. Kami pagi itu pergi ke sekolah-sekolah yang ada di Londalusi, yaitu TK, SD dan SMP yang ada di Londalusi.
            Di sana kami langsung bertemu dengan Bapak Kepala Sekolahnya. Di ruang guru kami berkenalan dan bertanya tentang keadaan pendidikan yang ada disana. Bapak Kepala Sekolah kemudian menceritakan keadaan pendidikan yang ada di sekolah tersebut. Beliau bercerita bahwa minat belajar dari siswa dan siswi yang menempuh studi di MTs Papela masih rendah. Walaupun begitu terdapat satu dua murid yang meononjol dalam akademik, bahkan ada yang dapat menang juara II di tingkat Kabupaten di Ba’a. Selain itu ada pula alumni yang ketika melanjutkan SMA di Kupang menjadi juara kelas di SMA tersebut. Tetapi rata-rata siswa lainnya masih memiliki kemauan dan motivasi untuk belajar yang rendah. Teman-teman dapat melihat rekamannya dalam video J.
            Ketika kami bertanya tentang kontribusi apa yang dapat kami berikan, beliau menjawab bahwa motivasi belajar murid-murid masih rendah, sehingga yang dibutuhkan oleh murid-murid tersebut adalah motivasi yang kuat untuk belajar, selain itu kurangnya referensi buku juga menjadi penghalang dalam menimbulkan semangat siswa untuk belajar. Akan tetapi akhir-akhir ini sudah banyak yang memiliki kesadaran untuk menggunakan waktu luangnya untuk belajar dan membaca di dalam perpustakaan, hanya saja referensi yang kurang tetap saja menghambat kegiatan belajar di MTs tersebut. Selain masalah diatas, juga terdapat kekurangan dalam hal jumlah PC yang digunakan untuk belajar para siswa, dimana sekolah hanya memiliki 4 PC yang digunakan secara bergantian oleh siswa. Masalah lain adalah listrik yang sering mati, sehingga walupun ada PC kadang tidak dapat digunakan karena tidak adanya listrik. Salah satu solusi untuk menangani hal tersebut adalah digunakannya laptop yang dimiliki guru yang dipinjamkan kepada siswa untuk belajar.
Kemudian kami dibawa ke perpustakan, dan benar saja, ternyata satu deret almari dari kaca tidak sampai 10 % nya yang tersisi buku yang lain masih kosong. Selain itu ketika melihat tanda kurikulum di buku, belum ada satu pun buku kurikulum 2013, rata-rata masih menggunakan KTSP, bahkan masih banyak yang menggunakan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) 2004.
Kemudian kami berpamitan dan mengambil beberapa foto yang diperlukan untuk data dan laporan. Dari kelas MTs kami ke kelas TK (TK dan MTs berdampingan). Di kelas TK kami masuk dan menyapa anak-anak serta mengambil beberapa foto yang diperlukan untuk data serta wawancara yang dilakukan oleh Ade J. Disana kami berinteraksi dengan anak-anak dan sempat mendengarkan nyanyian dari anak-anak yang seblumnya ternyata diajari oleh Dompet Dhuafa J. Jadi ketika kami datang mereka berharap untuk belajar suatu hal yang baru seperti nyanyian dan ice breaking mungkin :D. Ya jadi menurut saya, jika nanti kita tim KKN datang ke TK tersebut, maka kita harus menyiapkan lagu atau ice breaking atau kegiatan lain yang dapat memberikan nilai karakter yang dapat terpatri dan menjadi mindset dari anak-anak yang masih belia tersebut. Tidak perlu bagi kita menyampaikan teori-teori yang tentunya akan membuat anak-anak bosan dan susah mengerti. Jadi lebih baik memberikan sesuatu hal yang menyenangkan dan berkesan untuk anak-anak tanpa meninggalkan nilai positif di dalamnya J.
Hal menarik dari MTs dan TK ini adalah, mereka masuk dengan melepas sepatu mereka, sehingga kelas tampak bersih. Selain itu kami mendapat cerita bahwa ketika murid SMP upacara bendera, maka pada saat waktunya menyanyi, anak-anak TK akan menirukan nyanyian anak-anak SMP. Dapat dibayangkan kan ramainya suasana saat itu, dan betapa asyiknya hal tersebut J.
***
Dari TK dan MTs, kami pergi ke SD Papela 1 yang letaknya sekita 100 an meter dari tempat kami semula. SD Papela 1 terletak di sebelah jalan dan seberang lapangan dari TK dan MTs, begitu juga dari rumah Bapa Therik. Pada saat itu kondisi tanah becek, karena semalam hujan lebat, akan tetapi kenapa teman-teman malah melewati bagian lapangan yang hilang bagian rumputnya, alhasil sepatu mereka (Mahe terutama) penuh gedebel :D. Kalau saya sih lewat bagian rumput saja J.
Sesampainya di SD Papelas 1 kami bertemu dengan beberapa staf pengajar dan kami dibawa masuk ke ruang guru oleh Bapak-bapak salah staff pengajar (lagi-lagi lupa namanya, maaf -_-). Kami dibawa masuk ke dalam ruang guru dan kami mulai melakukan wawancara, sebelumnya beliau mengatakan bahwa Ibu Kepala sekolah (yang ternyata berasal dari Madiun) sedang tidak ada di sekolah, sehingga beliaulah yang menerima kami.
Di SD Papela 1, yang menjadi masalah utama adalah kurangnya staff pengajar. SD Papela1 ini telah bekerja sama dnegan Dompet Dhu’afa, sehingga ketika kami datang anak-anak SD mungkin mengira kami adalah dari dompet Dhu’afa, termasuk Bapak yang telah meneriman kami :D.
Kemudian kami meminta ijin untuk berkeliling sebentar di kelas-kelas. Setelah mendapat ijin kami berkeliling, Ade dan Syalwa menyempatkan untuk bercengkerama dengan anak-anak dan salah satu kelas, sedangkan saya dan Mahe bertanya tentang keadaan bangunan kelas. Adapun jumlah kelas yang dimiliki oleh SD Papelas kurang, sehingga pada saat kami datang sedang dibangun 2 buah gedung yang akan digunakan untuk ruang kelas. Perlu teman-teman ketahui, bahwa semua bangunan yang ada di Pulau Rote memiliki atap dari seng, begitu juga untuk bangunan gedung SD. Sehingga kata staff pengajar suhu dari ruangan kelas pada siang hari pada musim panas dapat mencapai 42 derajat Celcius :D. Mantap kan? :D.
Kemudian kami juga menyempatkan diri untuk berfoto dengan staff pengajar SD Papela di bawah pohon lem. Oh ya, pohon lem, di Pulau Rote ada pohon yang dinamakan pohon lem. Kenapa diberi nama pohon lem? Karena pohon ini menghasilkan buah yang cairan dalam buahnya dapat digunakan seperti lem. Buah lem seperti buah anggur yang berwarna hijau saat masih muda, tetapi berwarna merah muda pada saat sudah masak. Dan benar saja, saat saya mencoba kekuatan merekatkan dari cairan buah lem memang sama dengan lem yang cair pada umumnya. Salah seorang staff pengajar juga menceritakan bahwa nuag lem ini sering digunakan sebagai pengganti lem jika lem yang dijual di toko habis karena masalah distribusi J.
            Anak-anak di SD ini very friendly J, dibuktikan dengan keramahan mereka ketika kami datang, bahkan sampai mengikuti kami dan memperhatikan setiap gerak-gerik yang kami lakukan disana J. Jadi teman-teman tidak usah menakutkan dengan adanya anak nakal disini, karena selama yang saya lihat tidak ada baik murid TK, SD maupun MTs yang dikatakan nakal pada umumya J. Semua baik dan mereka sangat curious dengan kedatangan kita, siapa, sedang apa, mau apa dan pertanyaan itu dapat saya lihat dari keingintahuan mereka terhadap kami yang datang untuk survey J.
***
            Kemudian sekitar pukul 12 an kami pulang pergi ke warung makan Manja Istri :D. Nama warung makan yang unik, hehe. Saya sendiri juga merasa aneh dengan nama itu, tetapi kemudian setelah bertanya pemilik warung menjelaskan bahwa setiap isteri pasti ingin dimanjakan. Hah? Maksudnya? Saya tidak tahu, tetapi oh ya oh ya saja :D Masih belum tahu apa hubungannya antara makanan dengan nama itu :D.
            Warung makan di Manja Isteri menyediakan berbagai makanan, tetapi ya kayak kantin kampus lah, ada ayam, ada telur ada mie :D. Yang berbeda disini adalah harganya hehe. Harganya yang dapat mencapai dua kali lipat di Jogja. Semisal adalah nasi telur dan es the yang harganya 15 ribu :D, kurang tahu kalau ayam (saya seringnya nasi telur hehe, tetapi berkisar 17-20 ribu dengan es the J). Disini harga botol aqua 1,5 liter adalah 8.000 rupiah -_-. Sempat kaget, tetapi kemudian saya ingat bahwa ini adalah Pulau Rote hehe :D Oh ya, kami disana mendapat julukan dari mama penjual Manja Isteri, kami disebut sebagai “Anak Manja” :D. Kurang tahu kenapa kami mendapatkan panggilan tersebut, tetapi ya oke-oke sajalah :D (Tapi saya bukan anak manja lho J).
***
            Kemudian kami pulang dan mendapati Bapa Therik sudah ada di rumah dan siap mengantarkan kami survey. Kami kemudian minta diantarkan Bapa Therik ke Kecamatan yang terletak tidak begitu jauh dari rumah Bapa Therik, hanya ke barat kurang lebih 3 KM J.
            Ketika perjalanan, Bapa Therik yang ada di depan kami berhenti di depan sebuah gedung tua yang hampir rubuh dengan banyak kotoran kambing di halaman serta terasnya. Saya awalnya memang sempat bingung, tetapi saya kemudian baru mengerti bahwa itu adalah kantor kecamatan. Adapun kantor kecamatan Rote Timur sangat memprihatinkan, kantor ini merupakan bekas rumah yang hampir roboh yang sudah kehilangan eternitnya dan memiliki tembok yang retak besar disana-sini.
            Di dalam kami disuruh menunggu sebentar dan mengisi absen. Kemudian setelah beberapa saat kami diantar ke ruangan Bapak Camat. Setelah masuk, kondisi lebih memprihatinkan lagi. Ruangan Bapak Camat adalah ruangan tanpa pintu dengan atap seng yang telah kehilangan eternitnya dan satu retakan besar disudut tangan kanan Bapak Camat. Tidak ada almari, hanya terdapat satu kursi dan satu menja yang digunakan oleh Bapak Camat melakukan pekerjaannya.
            Setelah dipersilahkan masuk kami kemudian memulai dengan berkenalan terlebih dahulu dan menyampaikan maksud kedatangan kami disana dan memberikan surat ijin survey yang diberikan oleh Bu Ketua Ade J. Bapak Camat kemudian mulai memberitahukan sejarah dari Kecamatan Rote Timur. Setelah pemekara Rote Timur terdiri dari 6 kelurahan dengan 1 desa, sedangkan sebelum pemekaran memiliki 9 desa dan 1 keluarahan. Gambaran masyarakat Rote Timur sendiri adalah memiliki pendidikan yang terbatas, akan tetapi sudah ada yang melanjutkan studi sampai S1, S2 bahkan sampai S3, bahkan di Londalusi sendiri telah menghasilkan 2 orang doktor. Di Kecamatan Rote Timur terdiri dari 3 SMP, 1 MTs dan 1 SMA.
Masyarakat di Kecamatan Rote Timur sebenarnya memiliki kemampuan yang memadai, akan tetapi faktor eknonomi dan motivasi yang kurang membuat masyarakat Rote Timur enggan untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi. Masalah yang harus dibenahi dari masyarakat Rote Timur adalah cara berpikir tentang dunia pendidikan, dimana masyarakat Rote Timur masih mengadopsi sistem lama, yaitu lebih mementingkan dunia kerja daripada dunia pendidikan “asal mampu untuk baca tulis dan hitung sudah cukup”. Selain itu mainstream masyarakat tentang biaya kuliah yang besar adalah hambatan utama akan kesadaran pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
            Secara umum, anak-anak yang berada di wilayah Rote Barat kesadaran masyarakatnya lebih tinggi daripada Rote Timur, sehingga jumlah anak-anak yang mengenyam pendidikan lebih tinggi daripada wilayah Rote Timur. Hal ini dikarenakan masyarakat Rote Barat sering dikunjungi oleh wisawatan baik asing maupun dalam negeri, sehingga kesadaran mereka meningkat dengan kedatangan para pengunjung. Akan tetapi dalam hal keamanan, Rote Timur merupakan tempat yang paling aman dari seluruh wilayang yang ada di Rote Ndao. Selain itu dalam hal makanan, Kecamatan Rote Timur tidak sulit, karena Kecamatan Rote Timur memiliki jarak yang cukup dekat dengan Kupang , sehingga pemasokan 9 bahan pokok dapat lancar dnegan bantuan perahu motor yang satu minggu dapat satu atau dua kali beroperasi. Selain perahu motor, setiap hari juga terdapat kapal Feri baik cepat maupun lambat yang beroperasi.
            Di Kecamatan Rote Timur terdapat Posyandu yang dikelola oleh BPKD dan PNPM. PNPM sendiri mengarah pada pembangunan fisik, sedangkan sistem dikerjakan oleh bidang pengabdian masyarakat. PNPM yang ada di Kecapamatn Rote Timur sendiri dirangkul oleh World Bank. Sedangkan KesRa yang ada di Kecamatan Rote Timur mengatur pembangunan dalam hal keagamaan, diantaranya adalah pembangunan sarana-sarana ibadah seperti Masjid dan Gereja. PNPM juga mendukung pembangunan sarana transportasi berupa jalan, sehingga dalam hal pembangunan jalan sendiri cukup baik.
            Beliau juga menjelaskan keadaan Camat di Pulau Rote dengan Camat yang ada di Jawa jelas berbeda 180 derajat, karena disini Camat benar-benar bekerja keras untuk pembangunan daerahnya dengan segala keterbatasannya, sedangkan di Jawa dengan segala kelebihannya. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan bagi pendatang baru di Kecamatan Rote Timur adalah keadaan makanan dan minuman, cuaca serta pola hidup yang jelas berbeda dengan yang ada di Jawa.
            Beliau juga memberikan beberapa saran, diantaranya adalah sebagai berikut:
·         Disampaikan kepada pemimpin tentang pembangunan Kecamatan di Rote Timur
·         Ada sesuatu yang perlu di bidang kemasyarakatan dan pembangunan
Itulah hal yang beliau sampaikan tentang harapan beliau.
            Untuk religi masyarakat sendiri terdiri dari 50% Muslim dan 50% Kristen, dan memiliki toleransi agama yang sangat baik, hal inilah yang membuat Kecamatan Rote Timur merupakan Kecamatan yang paling aman dibandingkan kecamatan lainnya yang ada di Kabupaten Rote Ndao. Walaupun demikian, ego kesukuan masih sangat tinggi, yaitu ego untuk menonjolkan sesuatu yang diwariskan oleh nenek moyangnya, sebagi contoh adalah bahasa. Sehingga walaupun dalam satu kecamatan, akan tetapi antar daerah atau desa akan memiliki bahawa yang berbeda pula.
             Kecamatan Rote Timur memiliki kekurangan dalam hal kurangnya air dan listrik, tenaga pengajar dalam dunia pendidikan, serta kurangnya buku referensi.
            Di bagian penutup Bapak Camat memberikan pesan jika ada yang dibutuhkan silahkan minta saja. Disini saya melihat tanggapan positif dan Bapak Camat dan juga betapa besar kepercayaan serta harapan yang diberikan Bapak Camat kepada kita tim KKN PPM UGM Rote Ndao J. Hal ini dibuktikan dengan bagaimana beliau bercerita dengan penush semangat serta bagaimana beliau menawarkan bantuan jika nanti ada yang dibutuhkan selam KKN J.
            Itulah kawan pertemuan kami dengan Bapak Camat Rote Timur, kami menyempatkan sejenak untuk foto bersama dengan beliau. Pada saat hendak melanjutkan perjalanan tiba-tiba saja hujan, oleh karena itu kami terpaksa berhenti sejenak di kator Kecamatan. Setelah hujan reda kami melanjutkan perjalanan ke tempat nelayan setempat di Londalusi.
***
            Setelah dari Kecamatan kami melanjutkan perjalanan kami ke Kelurahan Londalusi bertemu dengan Bapak Lurah Londalusi. Bapak Lurah Londalusi masih saudara dengan Bapa Therik, sehingga mudah untuk ditemui.
            Kami kemudian memulai wawancara kami seputar pendidikan yang ada di Kelurahan yang ada di Londalusi. Kemudian beliau memulai dengan memberikan informasi mengenai jumlah sekolah yang ada di Kelurahan Londalusi. Kelurahan Londalusi memiliki 32 sekolah dengan Landuleko (pada tahun 2015 Landuleko akan menjalani pemekaran), dimana data yang sempat terekam oleh saya adalah sebagai berikut:
·         Mokekuku 3 SD
·         Lakamola 2 SD
·         Matasio 1 SD
·         Sirobeba 2 SD
·         Londalusi 3 SD
·         Papela 2 SD
·         Hondihopo 1 SD
·         Faefua 2 SD
Untuk TK-nya sendiri ada banyak :D.
            Selain tentang pendidikan, beliau juga menyampaikan tentang salah satu wisata yang ada di Kelurhan Londalusi, yaitu Mulut Seribu. Mulut Seribu merupakan salah satu wisata air yang dapat dinikmati dari atas kapal dengan mengelilingi gunung kecil-kecil yang bentuknya mirip satu sama lain, sehingga dapat membingungkan orang yang tidak terbiasa masuk, seperti labirin J. Dinamakan Mulut Seribu, hal ini dikarenaka memiliki celah yang sangat banyak seperti mulut. Di dalamnya juga terdapat batu yang berbentuk seperti kapal, dan setelah sampai di dalam Mulut Seribu maka untuk keluar akan susah dikarenakan bentuk dari gunung yang hampir sama J.
            Beliau juga bercerita tentang Puku Afu yang merupakan selat yang sering menelan korban jiwa. Puku Afu ini pada awalnya bernama Poa Afu (Poa=Tumpah dan Afu=Abu). Dahulu ada cerita di pinggir pantai terdapat jejak kaki manusia,tetapi tidak ada manusia. Poa Afu sendiri di mata orang pintar merupakan titik berkumpulnya energi alam yang tidak terlihat oleh mata biasa, sehingga kadang-kadang energi tersebut menelan korban jiwa. Beliau juga bercerita pada awalnya nama Pulau Rote bukan “Rote” tetapi “Roti”, yang berasal dari cerita seseorang yang membawa roti di pulai tersebut. Di Rote ada suatu tradisi dimana apabila seorang laki-laki kawin dengan seorang perempuan, maka laki-laki tersebut juga kawin dengan keluarga dari perempuan, karena setelah kawin, maka selain menghidupi perempuan, sang laki-laki juga harus menghidupi keluarga dari sang perempuan. Sehingga ibaratnya mendapatkan satu wanita di Rote sama saja dnegan mendapatkan 5 wanita di Jawa :D.
            Bapak Lurah sendiri juga menyatakan kesiapannya jika ada yang dibutuhkan dari tim KKN. Disini ya saya cuma bersyukur, seolah-olah semuanya sudah diberikan jalan oleh Tuhan. Tinggal betapa siapa kita untuk memulai dan menjalani pengabdian ini. Jangan sampai kepercayaan yang telah diberikan hilang tanpa ada yang mempertanggungjawabkan J.


“Cogito Ergo Sum”

Kamar Kost, 10 April 2014
00:11 am


Read more ...

Pulau Rote Part III

Kapal Awu (On The Way to Rote)
Sabtu, 18 Januari 2014
            Saya tidak tahu kenapa harus menceritakan ini, mungkin tidak penting coretan elektronik ini, tetapi saya harap teman-teman mau membaca sebentar sebelum tidur, hehe.
Saya sebelumnya belum pernah naik kapal, sehingga dapat dibayangkan rasanya mengalami sesuatu yang baru, ya sangat excited hehe. Saya dan tim diantar ke pelabuhan oleh beberapa personel TNI ke pelabuhan yang letaknya lumayan jauh.
            Jam 2 an kami dijemput oleh mobil Kodim 1604 Kupang yang sebelumnya digunakan untuk menjempu kami di Bandara El Tari Kupang. Selama perjalanan kami (maaf) seperti orang agak-agak, karena berteriak-teriak sepanjang jalan, mengapa? Karena sepanjang jalan kami dapat melihat indahnya laut lepas yang terlihat sepanjang jalan ke palabuhan dan sangat indah J. Adapun mobil yang kami tumpangi ini mobil seperti pick up milim TNI, dapat dibayangkan kan? 4 orang di atas mobil dengan tas-tas yang banyak dan berteriak-teriak sepanjang jalan dengan dilihat mereka yang mengemudi di belekang maupun yang berpapasan dengan kami ataupun yang melihat kami di sepanjang pinggir jalan :D.
            Ketika masuk pelabuhan saya tidak bisa lupa ketika mobil yang kami tumpangi memasuki sebuah lubang berair dan menciprati seorang kakek yang ada di dekatnya. Semula kakeknya marah, tetapi mungkin karena melihat garangnya personel TNI jadi tidak marah, :D. Seperti orang istimewa saja, kami masuk melalui pintu khusus dan setelah kapal datang kami dikawal dan masuk mendahului yang lain. Saya sempat merekam moment tersebut, dapat teman-teman lihat di video J.
            Saya sempat membayangkan mewahnya isi kapal, setelah sampa dalam kapal, ternyata apa yang saya pikirkan 180 derajat berbeda. Di dalam kapal panas dan disana sini banyak orang yang ribut memperebutkan tempat tidur -_-. Kemudian saya dan tim dibawa ke dek 3 kalau tidak salah dan mendapatkan tempat tidur 3 berjejer dan satu lagi berseberangan. Di sana kai istirahat dan mulai beradaptasi. Panas, apek, bayi menangis, orang berjualan, orang ribut memperebutkan tempat tidur, goyangan kapal, kasur seperti kasur rumah sakit, orang ludah sembarangan, sampinh kamar mandi dan banyak lagi hal negatif yang saya temui di kelas ekonomi. Tetapi hal ini jangan sampai menyurutkan langkah dan niat kita semua untuk mengabdi di batas negeri. Jangan sampai kita terhambat oleh hal tersebut, karena menurut saya hal ini adalah hal yang menantang dan harus dijalani ketika kita benar-benar siap untuk mengabdi.
            Di dalam kapal orang-orang bergelimpangan sambil mengayunkan kertas atau apapun dalam tangan untuk kipas, mereka rakyat-rakyat kecil yang mengejar murahnya biaya untuk dapat pulang atau pergi ke pulau-pulau kecil di batas negeri kita ini. Jika selama ini kita merasakan nikmatnya naik kendaraan pribadi, angkutan umum atau pesawat, maka mereka adalah mereka yang berjuang untuk dapat terus mobil dalam keadaan tidak nyaman sekalipun.
            Kapal sampai pukul 3 sore, dan berangkat pukul 5 sore. Dapat dibayangkan 2 jam menunggu, bahkan masih ada saja mereka yang berdatangan walaupun kapal sudah disiapkan untuk berangkat. Selama menunggu mereka yang telat ada hal-hal menarik yang kami temui, dan Mahe mungkin dapat memberikan ceritanya juga. Mereka yang datang terlambat disoraki oleh mereka yang ada di pelabuhan (mungkin mereka yang mengantar) dengan sorakan: oi oi oi oi huuuuuu. Bayangkan puluhan orang menyoraki satu atau dua atau tiga orang yang sedang berlari 50 an meter ke arah kapal dengan menjinjing tas atau barang yang berat. Ya sebenarnya saya kasihan juga, tetapi mau tidak mau, karena lucu ya saya tertawa lepas hehe. Tidak habis disitu, juga ada calo yang mengantar penumpang ke dalam kapal yang telat turun (tangga kapal sudah dinaikkan separuhnya), sehingga pada saat turun beliau kebingungan karena sudah tinggi dan tentunya takut tercebur ke laut :D. Nah, bagian ini adalah bagian yang paling ramai sebelum kapal berangkat. Satu orang disoraki oleh mereka yang melihat, baik di atas kapal dan di bawah kapal :D Hingga akhirnya beliau melompat dan ‘eits’ kakinya sempat tersangkut di rantai dan menjadi bahan tertawan semua orang. Itulah dunia pelabuhan, satu pelajaran bagi saya dan teman-teman yang setia membaca sampai disini J.
            Sudah lelah membaca ya, tunggu dulu, masih ada yang seru J. Di atas kapal Awu saya ke atas dan melihat indahnya matahari sore. Saya kemudian memanggil Ade dan Syalwa untuk naik ke atas, sedangkan Mahe menjaga tas kami sambil mengobrol dengan penumpang lain. Di bagian samping kapal, dapat dirasakan angin sore yang segar dengan indahnya langit sore di atas gunung dengan hamparan luas laut J Selain itu juga dapat dilihat kapal-kapal kecil nelayan yang semula terlihat jelas menjadi terlihat hanya bayangan hitam kapal karena hari sudah mulai gelap J. Kami sempat mengobrol dengan seorang Ibu dan anak dari pulau Rote, Syalwa dan Ade yang nampaknya asyik mengobrol dengan mereka J.
            Kemudia Ade pergi shalat, sedangkan Syalwa mengobrol dengan Ibu Cornellia dan entah apa yang mereka ceritakan, kelihatannya sih seru. Dan ternyata mereka menceritakan kuasa Tuhan dan berdoa untuk kesembuhan mata Syalwa juga keselamatan seluruh awak dan penumpang kapal, karena hari itu gelombang mulai tinggi.
            Saya dan Syalwa ngobrol ngalor ngidul dan kami merasakan ombak semakin meninggi saja seolah-olah tidak peduli dengan 1000 lebih penumpang yang ada di dalam kapal Awu. Hingga akhirnya Syalwa dan Ade memutuskan untuk turun ke ruang kelas ekonomi, saya masih ingin tetap disinia menyaksikan kuasa Tuhan dalam bentuk gelombang J.
            Semakin lama, gelombang yang saya rasakan semakin dalam dan tinggi, dalam kapal Awu menukik dan juga tinggi ketika menaiki gelombang. Tahulah kalau saya ini seorang yang mudah cemas dan khawatir akan nyawa :D sehingga saya mulai komat-kamit meminta perlindungan Tuhan. Saya juga sempat mengobrol dengan orang asal Rote yang sebelumnya juga pernah naik kapal yang sama berulang kali dan juga berbagai jenis kapal lainnya. Setelah saya tanya, beliau bercerita bahwa selama naik Kapal Awu belai tidak pernah marasakan kapal begitu kuatnya dipermainkan gelombang. Lah, saya yang takut malah mendengar cerita itu, semakin takut saja. Tetapi kemudian masnya bercerita tentang kapal lain yang pernah beliau tumpangi yang tidak hanya berguncang depan belakang, tetapi juga samping kiri dan kanan. Dan itu membuat saya tenang, hehe, karena katanya itu lebih menakutkan :D.
            Berbagai peringatan dilakukan oleh awak  kapal untuk tidak melewati rantai pengaman karena dapat mengancam keselamatan sendiri. Kapal semakin hebat selama perjalanan, sehingga saya akhirnya memutuskan masuk kembali ke ruang ekonomi dimana teman-teman berada dan sedang tidur J. Di dalam tidak berhenti rasa cemas juga, mudah-mudahan semua orang disini berdoa untuk keselamatan semua. Di dalam saya lihat Ade dengan khusyuknya membaca Al Qur’an, saya lega melihatnya J. Sedangkan Mahe asyik ngobrol dengan Bapak-bapak sampingnya dengan akrabnya seolah-olah tidak ada gelombang dan tetap saja tenang, bagaimana bisa ya -_-.
            Kemudia terlihat ibu-ibu yang membuka pintu toilet dan segera mengeluarkan suara khas orang muntah :D. Keras, hehe, dan dapat didengar orang satu ruangan haha. Dan itu terjadi selama mungkin setengah jam saja lebih, atau satu jam ya? Saya lupa, tetapi yang saa ingat lama. Sampai-sampai orang-orang mulai terganggu dan banyak ang menggerutu dan ada pula yang menjadikannya bahan candaan, termasuk Mahe :D. Kemudian satu demi satu ibu-ibu atau wanita atau pria silih berganti masuk kamar mandi dan mengalami hal yang sama. Begitulah selama di kapal, haha. Kita dapat akrab dengan samping kiri dan kanan, merasakan keadaan kelas ekonomi yang mungkin belum pernah kita rasakan sebelumnya. Tetapi kita harus bersyukur jika diberik kesempatan itu, karena saya yakin Tuhan membuaka mata kita dengan membuat kita merasakan apa yang tidak kita rasakan J.
            Kemudian saya pergi keluar bersama Mahe dan tidak lama kami turun lagi karena laut masih bergelora. Akan tetapi saya kemudian naik lagi dengan Ade, karena Ade mengajak saya naik, dan kebetulan saya ketika duduk di tangga melihat jaket rompi yang tidak asing lagi warna dan tulisannya di dunia pendidikan Indonesia: “Indonesia Mengajar” yang duduk tertidur sangat pulas di tangga. Saya kemudian memberi tahu Ade, dan Ade bilang ingin mewawancarai. Ya sudah, alih-alih pindah tempat dan tanpa sengaja masnya bangun. Kemudian saya menyapa masnya dan bertanya bahwa ada yang ingin bertanya, yaitu Ade :D (saya mbangunin saja, hehe).
            Ketika Ade wawancara dengan masnya yang ternyata bernama Wisnu, kemudian datang seorang mas pengajar muda lainnya, dan langsung mengobrol dengan Ade juga J. Lha saya ngapain? Haha, saya duduk di belakang dan sambil mendengarkan bengong-bengong sedikit, hehe. Kemudian mas satunya yang bernama Iwan duduk di samping saya dan mulai bercerita ngalor-ngidul. Mas Iwan bercerita tentang keadaan Pulau Rote dan pendidikannya juga keuntungan datang ke pulau Rote, yaitu ramahnya penduduk dan juga alamnya. Disana semuanya bersahabat, baik manusia dan alamnya, hanya saja kita harus pandai beradaptasi J. Beliau juga menceritakan berbagai kekurangan jika tinggal di Pulau Rote, diantaranya adalah sulitnya transportasi dan juga makanan, terutama sayuran. Mas Wisnu dan mas Iwan bercerita bahwa Rote Ndao itu sempit dan kecil, dan hal itulah yang membuat pikiran kami agak berubah, hehe. Pikiran saya kan luas :D.
            Mas Iwan ternyata adalah alumni Psikologi yang merupakan mantan anggota pengurus ospek yang memberikan ospek kepada Mahe :D. Walaupun pada saat turun ke dalam kelas ekonomi dan bertemu Mahe, Mahe sendiri tidak mengingatnya haha. Dalam kesempatan ini Ade yang intensif memberikan pertanyaan, jadi untuk jelasnya Ade lebih tahu J. Kemudian kedua Pengajar Muda berpamitan setelah ada pemberitahuan bahwa kapal hampir malabuh di pelabuhan Ba’a Pulau Rote. Kamipun melanjutkan tidur kami, hehe.
***
            Hingga akhirnya kapal mulai melambat dan menunjukkan tanda-tanda mau melabuh. Saya menunggu lima menit, setengah jam, satu jam lama sekali, hingga akhirnya kapal benar-benar melabuh. Kemudian sebagian orang yang turun di Pulau Rote mulai berkemas dan mulai antri untuk turun.
            Ketika antri untuk turun kami disapa oleh dua orang separuh baya yang ternyata merupakan Danramil dan Bapinsa dari Ba’a. Saya terharu, karena mereka menjempt sampai naik di atas kapal. Di atas kapal beliau berdua membimbing kami untuk turun di antara desakan puluhan orang disekiling kami dari ratusan orang yang ingin turun.
            Ketika antri, macetnya bukan main. Dapat dikatan satu langkah baru dapat diambil setiap sepuluh menit sekali -_-. Hingga akhirnya kurang lebih satu jam (jelas lebih kalau cuma satu jam), mungkin satu setengan jam kami antri untuk dapat mencapai tangga. Padahal jaraknya hanya berapa meter untuk mencapai tangga :D. Hingga akhirnya tali plastik yang membawa 4 botol aqua 1,5 liter yang saya bawa putus dan ‘brus’ aqua jatuh ke lantai. Sekarang, setelah tadi sore saya menjadi orang yang menertawakan sekarang menjadi orang yang ditertawakan -_-. “Air panas jatuh… air panas jatuh… air panas jatuh…” dan si Mahe tertawa di belakang saya -_- asem -_-.
            Saya dan Mahe (di belakang saya) akhirnya mencapai tangga dan mengetahu adanya traffic, ternyata kami berpapasan dengan orang yang akan naik kapal. Ketika menuruni anak tangga kapal, saya melihat kapal walaupun sedang berlabuh tetap berguncang yang lumayanlah. Saya juga melihat ombak sampai memercik ke bagian atas pelabuhan dan saya hampir terciprat. Gelombang ombak sangat dekat dengan tinggi pelabuhan, sehingga percikan air dapat masuk. Kemudian saya dan tim dibantu oleh Bapak Danramil Charles dan Bapinsa David dan seorang teman beliau dibawa dengan motor ke mess Koramil. Kami sampai daratan sekirat pukul satu pagi, padahal kapal melabuh pukul sebelas kalau tidak dua belas :D.
            Di mess Koramil kami duduk dan istirahat dan dibuatkan teh oleh Bapa David. Saya disitu agak blank, karena saya merasa seperti mual, padahal di dalam kapal tidak mual :D. Tim dan beliau-beliau mengobrol, sedangkan saya berbicara hanya ketika diberikan pertanyaan :D.
            Hingga akhirnya Ade dan Syalwa tidur, sedangkan Mahe seperti orang yang bangun tidur (tidak mengantuk). Mereka diskusi tentang kehidupan di pulau Rote, dan saya sempat merekamnya dalam video J Jadi teman-teman tonton semua videonya ya, walaupun tidak bagus hasilnya J, maklum hanya CamDi, dan yang menggunakan juga newbie :3. Waktu menunjukkan jam setengah 5 pagi, saya dan Mahe kemudian pergi tidur J
Oke, sampai disini untuk On The Way to Rote. Mohon maaf gaya penulisannya terlalu nyantai, hehe. Yang penting garis besarnya dapat ya, :D. Terimakasih J.



“Cogito Ergo Sum”
Kamar Kost, 10 April 2014
00:07 am
Read more ...

Pulau Rote Part II

Keberangkatan
Selasa, 14 Januari 2013
            Pukul 06:30 WIB saya sampai di stasiun Lempuyangan setelah malam sebelumnya mempersiapkan apa yang dibutuhkan untuk survey KKN. Saya berpikir mulai hari itu saya akan menemui hal-hal yang tidak saya temui sebelumnya, terutama pengalaman naik pesawat untuk pertama kalinya :D, dan jujur saya agak takut :3. Tetapi saya harus memberanikan diri, karena bagaimanapun hal yang harus dilakukan untuk mencapai Pulau Rote J.
            Pagi itu saya diantar teman saya, disusul Mahe yang diantar Ibu dan teman wanitanya, kemudian Syalwa yang sendirian dan Ade yang dantar oleh Irma dan Ida. Kami ngobrol-ngobrol yang tanpa sadar ternyata kereta kami sudah datang dan sudah ada panggilan untuk masuk. Kemudian kami buru-buru masuk kereta, setelah masuk kereta agak terharu juga melihat Irma dan Ida melambaikan tangan :D, walau mungkin saya-nya saja yang berlebihan :D.
            Kemudian kereta Sri Tanjung yang kami tumpangi mulai berjalan pada pukul 09:35 dan dengan banyak perhentian kami akhirnya tiba di Surabaya pada pukul 14:30 WIB di stasiun Gebeng. Setelah sampai di pintu keluar, ternyata pada saat itu juga kami sudah ditunggu untuk dijemput oleh Bapaknya Ade yang kemudian membawa kami ke Sidoarjo J. Yang ada di pikiran saya selama di dalam mobil adalah: Surabaya ternyata kota, saya kira sama dengan Jogja, eh ternyata malah hampir sama dengan Jakarta :D.
            Di tempat Ade kami disuguhi makanan buatan Ibu Ade yang mak nyos lah :D Disana kami bermain bersama, bermain bola dan Badminton dengan menggunakan raket milik Ade. Kami bermain sampai sore dengan menghabiskan 4 bulu cock karena semuanya mendarat di atap rumah Ade :D.
Bapaknya Ade, baik banget J
 Ini yang saya maksud :3
            Setelah itu kami mandi dan makan kemudian bersiap untuk kemudian berangkat  ke tempat Pakde Ade yang juga tinggal di Sidoarjo, tetapi dekat dengan Bandara Juanda tepat pada pukul 19:30 WIB. Disana kami diterima dengan sangat baik dan disediakan tempat menginap yang nyaman.
***
Rabu, 15 Januari 2014
            Pagi, pukul 05:30 kami bangun pagi dan bersiap untuk berangkat ke Bandara Juanda pada pukul 09:00. Pada saat itu kami mengira perjalanan ke Bandara Juanda lancar, akan tetapi ternyata kami sempat terjebak macet, bahkan Mahe sampai menelepon pihak Garuda untuk menunggu kami karena terjebak macet. Hingga akhirnya kami benar-benar lolos dari jalan yang macet dan segera ngebut ke arah Bandara (bapaknya Ade kalau sudah ngebet beh kencang banget :D).
            Akhirnya kami sampai di Bandara yang luasnya minta ampun dan dengan cepat kami melakukan check-in, saya hanya bingung dan tolah-toleh mau ngapain, dan akhirnya ya cuma ngikut apa yang Ade dan Mahe lakukan :D. Kemudian setelah selesai check in, kami pergi ke waiting room (atau apalah, kurang tahu namanya, gate atau apa lupa namanya). Disana saya mengumpulkan keberanian saya :D, melihat pesawat terbang dan turun, hingga akhirnya setelah kurang lebih setengah jam,penerbangan ke Kupang dibuka dan kami dipersilahkan untuk menuju ke pintu masuk landasan pesawat. Setelah turun kami dijemput menggunakan bus dan diantar ke pesawat Garuda Indonesia Bombardier CRJ1000 Next Gen. Sampai di dalam rasa takut sepertinya hilang :D Akan tetapi setelah pesawat menambah kecepatan saat mau terbang, tiba-tiba saja jadi worst lagi -_-, tetapi bagaimana lagi :D. Pas naik juga rasanya seperti mau jatuh saja, mirip naik kora-kora pada saat ujuang perahu yang kita naiki turun dan naik ke arah seberang J. Agak memalukan, dan mungkin memang memalukan, di tengah itu saya melihat ke arah Ade, dan dia tersenuyum, saya balas dengan senyum kecut, karena masak bisa sesantai itu -_-. Akhirnya pesawat tidak lagi guling kanan dan kiri dan sudah terbang konstan, pada saat itulah saya merasakan enaknya naik pesawat :D.


            Ketika sudah berada pada ketinggian tetap saya merasa kedinginan dan saya mencari tahu bagaimana cara mematikan AC yang ada di atas saya, dan saya menekan satu tombol dan berbunyi “ting”, asem kelihatannya saya salah, dan benar saja, tidak lama kemudian salah satu kru pesawat mendatangi saya dan menanyakan ada yang bisa dibantu atau tidak, saya ya hanya bilang maaf pak coba-coba :D Bapaknya hanya tersenyum, begitu juga Nurul (mahasiswa UMM) yang berada di samping saya :D. Akhirnya pemberitahuan bahwa pesawat segera turun tiba dan pada saat itu kuping saya seperti disumbat dengan keras, dan setelah landing ye, saya sudah menaklukan ketakutan saya :D.
***
            Sampai di bawah kami sudah ditunggu staff intel TNI AD Bapa Syaiful, dan satunya lagi saya lupa namanya (maaf). Kami diantar ke mobil TNI AD, wuis rasanya keren sekali dijemput menggunakan mobil TNI AD :D.
            Selama perjalanan ke mess Korem, Mahe melakukan wawancara dengan Bapa Syaiful tentang keadaan Kupang. Bapa Syaiful bercerita bahwa kita beruntung datang pada musim hujan, karena semua terlihat hijau, karena jika kita datang pada bulan Juli semua akan terlihat berwarna cokelat dari atas pesawat. Selain itu suhunya juga sangat panas, sedangkan pada malam hari terasa sangat dingin karena hembusan angin dari timur yang datang dari arah laut, mengingat disini dekat dengan laut. Bapa Syaiful sendiri sedang cuti dan oleh karena itu beliau siap ketika ditunjuk untuk menjemput kami. Beliau bercerita tentang musim pada saat penghujan kurang baik, hal ini berakibat pada tidak adanya kapal yang menyeberang ke Pulau Rote karena tidak adanya ijin dari BMKG untuk melakukan penyeberangan. Sebenarnya bukan kapalnya yang takut untuk berlayar, karena di Rote Timur terdapat banyak keturunan suku Bugis yang sangat mahir dalam berlayar dan tidak takut pada ombak, akan tetapi karena mematuhi aturan BMKG maka secara serentak tidak ada yang mengoperasikan kapal. Oleh karena itu, pada saat terdesak pesawat carteran adalah pilihan terakhir yang digunakan. Pesawat carteran ini adalah milik maskapai swasta Sushi Air, merupakan maskapai yang dibangun oleh pedagang yang bernama Sushi, yang pada waktu lampau digunakan untuk melakukan transaksi perdagangan di pulau Jawa. Kemudian beliau bertanya kapan akan melakukan KKN, kami kemudian menjawab pada bulan Juli dan Agustus. Beliau kemudian berkata bahwa pada bulan tersebut keadaan laut bersahabat pada kita, karena tidak ada gelombang yang tinggi, dan setiap hari akan ada kapal baik Ferri cepat maupun Ferri lambat yang beroperasi, sehingga tidak usah khawatir pada bulan Juli ketika akan menyeberang ke Pulau Rote dari Kupang. Akan tetapi pada bulan tersebut yang perlu disiapkan adalah panas yang katanya lumayan ekstrim di Kupang, dengan malam yang memiliki dingin yang ekstrim pula. Beliau juga berpesan untuk jangan lupa mencoba bemo (di jawa “angkot”) yang disini benar-benar full music dan grafiti serta full hiasan :D. Disini ada kebiasaan orang yang menggunakan angkot, yaitu penumpang tidak akan naik jika angkotnya tidak ada musiknya, atau dengan kata lain akan semakin banyak penumpangnya jika musiknya semakin keras. Di dalam bemo kita dapat memesan lagu yang kita inginkan, sedangkan umumnya yang sering diperdengarkan adalah musik dan lagu yang berasal dari Ambon :D. Hingga ada suatu banyolan bahwa orang Kupang ketika masuk anggota TNI AL (kalau tidak salah) pada saat ujian berenang tidak akan lolos, karena jantung dan telingannya tidak kuat, hal ini dikarenakan keseringan naik angkot :D. Ada satu hal lagi yang menjadi perhatian adalah model rambut yang sedang trend di kalangan anak muda adalah model mohak. Setiap mata memandang model rambut laki-laki, maka semuanya pastilah model rambut mohak :D Kata Bapa Syaiful itu adalah model kuno untuk ukuran kita yang sudah dewasa, karena itu kan model rambut kuno :D.
            Pada saat menuju ke mess driver yang menjemput kami adalah Bapa Muhammad yang mungkin juga banyak bercerita kepada Ade dan Syalwa. Pada pukul 16:00 WITA kami tiba di mess Korem yang ternyata seperti rumah dan memiliki perabot dalam kamar yang lumayanlah untuk ukuran saya :D. Di dalam luas serta bersih, ber-AC serta ber-kulkas :3.
            Pukul 17:30 WITA kami dijemput Bapa Syaiful untuk menghadap Komandan Distrik Militer. Sesampainya di dalam ruangan beliau, kami memperkenalkan diri dan Bapak Dandim Subar S.Pd banyak bercerita tentang masa muda beliau selama kuliah di Jogja yang ternyata alumni dari dua perguruan tinggi sekaligus, yaitu UGM dan IKIP (sekarang UNY) Jogja. Beliau kemudian menceritakan tentang keadaan pulau Rote dan juga keadaan musim disini, semuanya hampir sama dengan yang diceritakan oleh Bapa Syaiful selama perjalanan.
            Selepas menghadap Dandim kami berbincang tentang transportasi yang akan kami gunakan untuk perjalanan ke Pulau Rote. Pada waktu itu ada alternatif pesawat, akan tetapi karena biaya yang mahal kami tidak menggunakan alternatif tersebut. Hingga akhirnya ada opsi kapal Awu yang pada hari sabtu akan berlayar dari Surabaya dan akan berhenti di beberapa Pulau termasuk Pulau Rote langsung dari Kupang. Disini kami bernafas lega, walaupun kami harus menunggu tiga hari lagi.
            Pukul 20:02 WITA kami mengobrol di ruang tamu mess yang bernama Flamboyan Kartika. Pada waktu itu kami hanya mengobrol dan melihat Mahe bermain tarot dengan Ade dan Syalwa. Dan asyik juga melihat mereka berbantah-bantahan :D. Mereka berbicara masalah hubungan sosial dan lain-lain yang saya susah mengerti, akhirnya saya hanya menyimak saja :3.
            Kemudian saya pergi ke kamar duluan karena sudah tidak tahan mengantuk :D. Oke inilah cerita dari hari keberangkatan sampai kami tiba di Kupang dan menjadi hari pertama kami di Kupang. Terimakasih sudah membaca J.

“Cogito Ergo Sum”

Kamar kost, 9 April 2014
11:59 pm



Read more ...