15/03/13

Mengagumi Wanita

Mengerti wanita adalah ilmu paling sulit bagi kaum pria yang tidak memiliki pengalaman dalam menjalin relasi dengan wanita, karena tidak dapat dijelaskan secara ilmiah, dan itu saya alami selama saya mengenyam sekolah menengah atas, antara kelas dua sampai kelas 3 SMA. Kebingungan untuk membedakan rasa kagum dengan rasa yang lain amatlah sulit, bahkan kadang kita tidak merasakan dua-duanya.

Ketika rasa kagum itu datang, maka yang kita inginkan hanyalah dapat memandang dia setiap pagi di dalam kelas, dan paling tidak dapat saling sapa, itu sudah lebih dari cukup daripada tidak sama sekali. Keinginan untuk dapat berkomunikasi adalah hal yang akan diinginkan semua orang yang merasa kagum atau rasa lain pada seseorang, dan itu adalah hal tersulit untuk dilakukan, yaitu berkomunikasi dengan menyembunyikan kekaguman itu. Hingga akhirnya ada satu cara efektif untuk dapat berkomunikasi, yaitu mencari berbagai gara-gara yang dapat membuat kita bertengkar, sesuatu hal yang bodoh jika didengar, karena bukan relasi yang baik yang akan didapat, tetapi sebaliknya. Tetapi tunggu dulu, saya bilang hanya ingin berkomunikasi, tidak lebih dari itu. 

Pertengkaran itu memang membuang-buang tenaga dan mungkin membuat orang yang kita kagumi malah risih atau benci kepada kita, apalagi itu wanita, yah tentu saja, itu wajar. Memang bodoh, tetapi saya berpikir, segelap apapun kebencian itu, selalu ada titik putih yang membuat hitam itu tidak sempurna, sebaliknya titik itu akan menjadi suatu pandangan yang luar biasa indahnya ketika dikelilingi oleh gelapnya hitam. Seperti yang dibilang dosen kuantum saya: "Tidak pernah ada yang namanya kegelapan mutlak di dunia ini", maksudnya masih ada sesuatu yang invisible yang sesungguhnya mungkin akan lebih terang dari warna macam-macam cahaya yang dapat kita lihat. Sehingga saya percaya separah apapun cara yang saya lakukan (karena kekurangdewasaan saya) waktu itu, saya malah merasa senang, karena saya melakukan cara yang tidak dilakukan oleh orang lain. 

Jika orang lain mendekati lawan pasangannya dengan berbagai rayuan gombal, itu malah membuat suatu kebohongan dalam "dirinya" dan "kita" akan bertambah besar dan besar, sehingga saya mencoba berkomunikasi dengan orang yang saya kagumi dengan cara lain, yaitu pertengkaran yang tentunya dalam skala kecil-kecilan dan dalam kurun beberapa jam saja. Saya sadar dari situ akan menimbulkan dampak positif, yaitu terbukanya pribadi "dia" yang sesungguhnya, sehingga kita secara langsung akan mengetahui karakter seperti apa dia dan apakah masih pantas untuk menyandang "orang yang kita kagumi", selain itu jika kita memiliki tujuan untuk memiliki hubungan lebih daripada seorang pengagum, maka "cara berbeda" ini dapat memberikan sensasi tersendiri bagi dia dan kita, dan percayalah bahwa kita akan menjadi nama yang akan selalu dikenang diantara beratus pria yang pernah dikenal atau menjalin hubungan khusus dengannya.  

Selama mengaggumi, koreksilah sebarapa pantas dia layak untuk kau kagumi.

"CogitoErgo Sum"

Sabtu, 16 Maret 2013
Kamar Kost 4:48 am 
Read more ...

Kritis

Kadang dalam menjalani realita roda-roda, dimana kita bernafas terlalu banyak ironi yang mengundang berbagai pertanyaan dalam hati kita. Sesuatu yang sumbang untuk didengar, mengganjal untuk dilihat, dan tidak enak untuk dirasakan telah banyak mengganggu otak kita yang hanya sebesar dua kepal tangan.

Kadang kita ingin mengkritisi sesuatu hal itu, entah pandangan ini akan menimbulkan kebencian atau malah masa lain yang masuk dalam pendapat kita. Ketika sebuah pendapat kita keluar, seolah mata lain memandang kita sebagai orang yang hanya ingin menilai saja, benar memang untuk menilai, kehidupan adalah untuk menilai diri sendiri dan orang lain sehingga suatu idealitas yang diidam-idamkan itu terwujud. Tetapi kenyataannya memang tidak seperti itu, hak menilai orang lain membuat kita kadang ingin mengorbankan orang lain untuk mencapai kepuasan sendiri. Bukan hal yang munafik, saya juga sadar tidak sadar pasti pernah melakukannya, entah itu dahulu, sekarang atau nanti pasti saya akan melakukannya lagi, tergantung seberapa kuat komitmen saya dalam mencegah hal itu terjadi.

Kadang kita ingin menyatakan pendapat, dan tidak tahu ternyata pendapat kita adalah pendapat paling bodoh ketika kemudian kita menyadari hal tersebut, hingga timbul pertanyaan tentang keangkuhan kita untuk menilai dan menilai terungkap di hadapan diri sendiri. Tetapi itulah jiwa demokrasi yang telah tertanam dalam diri kita sejak lahir, karena memang sewajarnya jika rasa mual itu muncul ketika perut tidak menginginkan sesuatu yang tidak diinginkan masuk ke dalam lambungnya. Walau kita harus berpikir ulang akan menjadi apa pernyataan kita nanti jika sudah didengar pasangan telinga yang lain, dan tidak munafik saya selalu langsung berbicara jika memang itu mengganggu, daripada menjadi api yang semakin besar ketika diperam.

"Cogito Ergo Sum"
Sabtu, 16 Maret 2013
Kamar kost 4:12 am
Read more ...

14/03/13

Saya Masih Harus Belajar

Haha, ini saya lagi galau, karena merasa saya kok semakin lama merasa kemampuan saya dalam bidang akademik kok menurun :/. Saya tidak tahu apa alasannya, tetapi saat melihat teman yang terasa hebat kok malah jadi minder nih. Akhirnya merenung lagi di selasar MU dan menuangkan kegalauan ini, hehe. 

Sebenarnya saya tadi belajar keseimbangan kimia, dan ketika diberi soal kok saya malah agak lelet gitu :D, haha (jujur sih belum belajar sama sekali dari awal masuk:D), ya sudah mungkin ini saja :D. Mudah-mudahan ini dapat menghilangkan persepsi beberapa orang yang menganggap saya terlalu wah, haha. Tidak, inilah saya, saya masih belajar, dalam proses menuju pengetahuan itu :).

"Cogito Ero Sum"

Jum'at, 15 Maret 2013
11:21 AM Selasar FMIPA UGM
Read more ...

Fecebook Lebay

Setiap saya membuka facebook selalu ada hal yang mengganggu, bukan karena kebanyakan notif atau apa, tetapi karena (maaf) nama akun atau status yang menurut saya terasa tidak seharusnya (lebay :D). Itu yang membuat saya kadang terasa malas (padahal setiap hari buka fb :P). Nama fb yang sulit dibaca, panjang (seperti kalimat saja), dengan statusnya yang juga tidak jauh-jauh dari seputar kegalauan anak muda, tetapi mayoritas mengurus cinta lah (kebanyakan saya tidak tahu siapa pemilik akunnya, karena yang saya kenal sekarang mayoritas menggunakan nama sendiri).

Hal di atas biasanya dialami oleh anak muda yang masih seumuran SMA (walau kadang ada yang jauh lebih tua dari itu), dan tataran di bawahnya. Saya tidak tahu apa yang menyebabkan itu, darimana virus ini datang, kenapa harus dengan nama dan status yang lebay, kenapa yang dibicarakan selalu itu-itu saja, seperti tidak ada topik lain :D. Saya tidak tahu, apakah itu sesuatu yang keren atau bagaimana (karena saya merasa itu sama sekali tidak keren :P).

Pernah saya mencoba masa bodoh dengan semua itu, tetapi ternyata toh saya malah kepikiran terus (bagaimana tidak jika saya setiap membuka fb selalu menemukan hal tersebut :/ ), sehingga akhirnya saya ingin menulis dalam blog ini. Mungkin ada yang tersinggung, tetapi ini demokrasi boy, jadi saya bebas mengutarakan semua yang mengganjal dalam pikiran saya.

Kalau yang lebay anak SMA dan yang berumur di bawahnya sih tidak masalah, tetapi kalau itu adalah mereka yang sudah memiliki umur yang cukup dalam segi kedewasaan berpikir kok sayang sekali ya rasanya, ada rasa kurang sreg saja dengan hal itu :D

Itu hal yang membuat saya terganggu, tetapi bagaimana dengan saya, apakah saya tidak pernah lebay seperti mereka? Bagaimana saya di pandangan mereka? Saya tidak tahu, tetapi satu  hal yang menjadi satu jawaban saya, mungkin (mungkin lho, M-U-N-G-K-I-N :P) dulu saya juga pernah lebay :D. Seperti saat dulu nama fb saya yang Philip a'Einstenetion, sms saya yang sangat bertentangan dengan EYD, dan yang lainnya yang itu mengindikasikan jika itu adalah anak lebay. Tetapi saya ada penjelasannya boy tentang nama fb dan gaya sms itu :P, dan itu dapat dijelaskan secara ilmiah :P.

Pertama tentang nama fb, saya adalah penggemar Albert Einstein, sehingga saya rasa wajar jika nama fb saya dahulu seperti itu (a'Einstenetion), dan itu tidak lebay-lebay amat :P, malah kelihatan keren :P. Sedangkan tentang gaya sms yang sangat melenceng dari EYD adalah karena mengikuti mode teman-teman SMA saya :D, karena jujur demi Tuhan saya juga tidak tahu apa to bagusnya itu, karena saya sendiri pun juga rasanya seperti terepaksa jika harus menulis dengan gaya seperti itu, hingga akhirnya tidak sampai 2 bulanan saya menggunakan bahasa yang baik dan benar :P (kecuali untuk beberapa kependekan untuk meminimalisasi karakter :D). Dan apa yang saya rasakan sekarang jika mengingat saya dulu pernah lebay? SAYA SANGAT MALU sekali :D, amat sangat begitu malu sekali banget :D.

Jadi kesimpulannya seberapa kurang sukanya saya, dan seberapa saya kurang memaklumi mereka yang bergaya lebay saya mengakui saya juga pernah, walau tidak sampai hitungan tahun :P. Jadi silahkan saja berlebay ria, dan rasakan malunya :).

"Cogito Ergo Sum"

Jum'at, 15 Maret 2013
2.16 am
Read more ...

12/03/13

Laskar Hari 1

Hari itu hari jum'at 22 Februari ketika saya mulai melangkahkan kaki ke gelanggang mahasiswa utara bunderan UGM. Seharusnya saya harus mengikuti kelas terakhir, yaitu Kimia Kuantum jam 3 sore setelah satu hari penuh kuliah, tetapi saya mengalihkan perhatian dari mata kuliah yang dijauhi ini dan bergegas sambil menenteng plastik berisi makanan, mantol, jaket, dan sandal jepit persiapan Laskar BEM KM UGM 2013.

Selama menjalani pendidikan, saya tidak pernah meninggalkan apa yang namanya pelajaran untuk hal lain sepenting apapun itu, tetapi entah mengapa pola pikir ini akhirnya hilang setelah mengetahui bahwa ternyata akademik saya hanyalah mempelajari 1,4 % dari seluruh ilmu yang ada di UGM. Kenapa? UGM memiliki 18 Fakultas dan 1 Sekolah Vokasi, artinya jika saya kuliah di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, maka saya hanya mempelajari (1/19) x 100 %, hasilnya 5, 26 % saja ilmu yang saya dapat. Tetapi ternyata dalam Fakultas MIPA sendiri ada 7 jurusan dan beberapa prodi di dalamnya yang semuanya tidak mungkin saya peroleh begitu saja, belum lagi se-UGM yang memiliki lebih dari 70 jurusan, yang jika dihitung (1/70) x 100 %, hanya 14 % ilmu yang saya dapat selama kuliah di Kampus Biru ini. Sangat sayang jika aku harus lulus dengan ilmu yang sebenarnya sangat kurang untuk menghadapi apa yang namanya kehidupan. 

Jika aku harus berbicara tentang alasan, maka alasan di atas bukanlah alasan yang satu-satunya dan yang terpenting, bukan itu. Jika saya ditanya tentang alasan, maka saya akan mengajak anda untuk pergi ke perempatan selokan mataram, atau lampu merah mirota kampus, atau ke malioboro, atau kemana saja yang dapat menimbulkan kesedihan mendalam dalam hatimu. Rasa yang akan menusukmu pasti, turut merasakan beban itu. Ya, apalagi jika bukan kurang beruntungnya saudara kita yang lain.

Bukan tanpa alasan saya ingin bergabung di BEM KM 2013, silahkan jika menganggap saya sok-sok-an, silahkan menganggap saya numpang nama, dan silahkan menganggap saya hanya sekedar mengikuti kemana gerak-gerak itu mengalir, silahkan. Mereka yang di BEM saya yakin memiliki suatu panggilan yang sama, keingintahuan akan disiplin ilmu yang beragam, kepedulian sosial yang tinggi, hati yang memihak kalangan kecil, dan segala sesuatu yang berhubungan dengan masyarakatlah yang membuat mereka dan saya bergabung di BEM. Entah mereka anak pejabat, entah anak seorang pembantu sekalipun bersatu padu memikirkan hal-hal yang tidak semua orang peduli kepada pemikiran itu.

Jika saya ingin, saya bisa menjaga tubuh dan pikiran saya selama kuliah di kampus ini dan membuat prestasi akademik maupun nonakademik saya pinunjul dari yang lain. Jika saya ingin, saya dapat membuat tubuh saya gempal dengan makanan, tetapi tidak, saya sering dikatakan kurus oleh beberapa orang, termasuk ibu dan beberapa tetangga saya yang kaget melihat saya saat pulang kampung. Jika saya ingin, saya dapat tidur 6 jam sesuai anjuran, tetapi tenyata tidak, panggilan memaksa dan memaksa untuk tidak melakukan itu. Saya boleh buta mata terhadap keadaan mereka yang dipinggir jalan, tetapi saya tidak dapat buta hati, itu mengapa saya bergabung di kementrian SosMas BEM KM UGM. Melatih kemampuan bersosialisasi, memikirkan metode dari banyak sudut pandang teman-teman aktivis, dan mengenal mereka lebih awal, sehingga saya tidak gagap pada kesimpulan nanti jika Tuhan mengijinkan saya mengemban apa yang bernama amanah.

Siapa bilang anak MIPA itu kurang sosialistis, tidak, semua orang dapat melakukan itu, saya tahu, dan itu saya, ini saya.

Sekitar pukul 03.45 4 truk beriringan menuju waduk Sermo kulonprogo, bukan dnegan kendaraan yang mewah, bahkan kami harus rela membuat tubuh kami basah dan dingin diterpa hujan dan angin di tengah jalan, tetapi dasar para aktivis buka mengkerut jiwanya, tetapi canda semakin menggelora memperbincangkan segala sesuatu yang dapat diperbincangkan, dan saya memastikan itu bukan hal yang sia-sia, kami berbicara INDONESIA. Ya, INDONESIA, cerewet sana-sini ga karuan, debat, dan lain sebagainya, dan saya pun juga ingin mengutarakan beberapa persepsi bodoh saya.

Entah pukul berapa kami sampai, tetapi kami disambut panasnya tubuh dan menenteng ratusan tasdi atas kelelahan berdiri di jalan, luar biasa masih juga banyak canda tawa. 

Hari pertama diadakan kontrak-kontrak Laskar, debat, dan was wes wos lainnya. Malam yang tadinya tenang diganti dengan badai, hujan, angin masuk pendopo, segera kami melakukan perlindungan terhadap diri sendiri dan teman, basah sudah sepatu dan tas di luar pendopo. Karena keadaan sehabis badai, maka wanita diperbolehkan tidur di ruang gedung di utara atas pendopo, tetapi kami laki-laki mendirikan tenda, walau harus di dalam pendopo, karena situasi yang tidak memungkinkan.

Ketika tubuh ini saya bimbing menuju pojok tenda, entah apalagi yang dilakukan teman-teman laskar yang lain setelah mendirikan tenda, sudah tidak terdengar, kelelahan dan peringatan akan agenda esok hari harus dipersiapkan, alam bawah sadar menungguku, membuatku bertanya mimpi apa yang disuguhkan malam ini.

Selasa, 12 Maret 2013
Read more ...

05/03/13

Galau

Hari ini tidak seperti hari-hari biasanya "_". Terasa beban kok semakin berat saja, tidur tidak tenang, karena selalu saja diganggu dengan 2 laporan praktikum yang belum terjamah dan juga 3 proposal yang sama sekali belum terjamah juga :D. Deadline rasanya semakin dekat saja menjemput tanggungjawabku :D. Selain itu komitmen untuk menulis secara rutin di blog setiap harinya harus menjadi prioritas paling akhir "_". 

Tidak menang dalam lomba yang diadakan Ernawati Literary yang penganugerahannya diadakan kemarin malam membuat galau semakin meningkat saja :D. Belum lagi ini setengah tiga wajib melanjutkan praktikum kemarin yang belum selesai :/.

But it's oke lah, siap-siap, semangat, dan terus berusaha memberikan yang terbaik bagi kampus dan teman-teman Kimia FMIPA UGM, dan tentu saja kepada ayah, ibu, dan kedua adik saya yang saat ini saya tidak tahu sedang melakukan apa. Doakan saya mak :D. I'll do the best, semangat-semangat :)

Terakhir:

Tuhan tolong hambaMU ini, biarlah semua terjadi seturut kehendakmu dan hanya untuk kemuliaanMU saja :)

KEEP FIGHT :)

"Cogito Ergo Sum"

(Selasar MIPA Utara 2:17 pm)
Read more ...

01/03/13

Mahasiswa MIPA


Setelah lumayan lama tidak menulis blog, akhirnya saya berusaha menyempatkan diri untuk menulis kembali pikiran-pikiran saya.

Pukul 8 am saya bangun dan memulai aktivitas biasa, mandi, makan, ke kampus dan menghadapi mata kuliah Analisis Insrumental 1 yang luar biasa manfaatnya (walau membingungkan), kuliah ini bertempat di lab Fisika Dasar UGM. Jam pertama bersama sorang guru besar berinisial Mud, merupakan dosen berpretasi 3 di Indonesia, lulusan Keio University, dengan pengalaman religi dan hidup yang baik diteladani jejaknya. Membaca cerita beliau saya merasa memiliki banyak kesamaan dengan beliau, yaitu 70 % sama dalam pengalaman masa kecil yang sederhana. Cara mengajar yang benar-benar profesional membuat mahasiswa yang diajar tidak bosan mendengarkan. Hingga akhirnya 1 sks pun selesai, dan kami pun bergegas keluar, karena harus pegi ke MIPA selatan yang jaraknya cukup jauh. 

Di ruang T2.01 saya kembali beruntung karena kembali diajari seorang dosen yang juga berstatus sebagai guru besar di Kimia UGM alias profesor, ibu W. Di dalam kelas kami mempelajari tentang kesetimbangan Kimia yang ternyata jauh lebih kompleks dari pelajaran SMA, dan ini membuat saya berpikiran bahwa kurikulum SMA harus dirubah agar dapat sedikit lebih mendalam mempelajari ilmu Kimia ini, ini penting untuk pengetahuan di masa depan yang sudah jelas ilmu Kimia sangat dibutuhkan kebermanfaatannya. 

Di SMA saya mungkin merasa hebat dengan kemampuan saya menguasai materi selama SMA, hingga kadang saking besarnya kepala saya, saya merasa semua di luar kepala saya. Hingga akhirnya saya menjejakkan kaki di kampus ini dan menerima setiap materi, deg, ya Tuhan aku bagaikan zero man, seperti pecundang yang malu ketika melihat lawan lebih hebat dari dirinya. Saya tidak tahu apakah saya satu-satunya manusia yang seperti ini di kampus besar ini. Hingga kata pepatah mengingatkan saya: "di atas langit masih ada langit".

Di kelas tersebut saya melihat muka-muka khas MIPA yang terkenal dengan pesantrennya kampus UGM, kesopanan dan keramahtamahan yang sudah tidak perlu diragukan lagi, otak yang tidak penting untuk ditanyakan, dan waktu yang berlaksa kali lipat dari 1001 malam untuk menceritakan pegalaman tiap-tiap individu. Saya mendengarkan, kadang tanya, dan saya berusaha untuk bisa mencerna semua yang diberikan oleh ibu W. Kalem dan lemah lembut beliau yang membuat saya betah diajar oleh beliau, dan juga tuntutan akademik membuat saya harus memaku perhatian saya pada setiap tulisan dan perkataan beliau.

Saya harus memuji setiap individu yang ada disini, belum lagi mahasiswa Kimia di kelas lain, atau jurusan, dan bahkan Fakultas lain. Jika kampus saya ibarat pohon sesawi, maka saya adalah butirnya, saya adalah yang terkecil di antara mereka. Ya, saya menganggap diri seperti itu, dan sesungguhnya ituah yang memacu semangat saya untuk lebih melejit lagi dalam mengejar sederetan mimpi yang jauh di luar sana. 

Setelah selesai saya diantar teman baik saya ke MIPA utara, disana saya bertemu lagi muka-muka khas MIPA, hanya saja ini dari macam-macam jurusan. Saya duduk sejenak di bangku selasar, memperhatikan lalu-lalang mahasiswa yang tidak pernah berhenti, membuat selasar ibarat jalan tol-nya mahasiswa untuk beraktivitas, juga sebagai ruang metting terbuka berbagai Hima, Forga, Club Study dan lain-lain. Ada yang mengurus PKM sana-sini, atau beberapa obrolan yang terkesan ilmiah, atau beberapa guyonan cerdas dari beberapa orang. Saya kemudian merenung sembari melepas lelah: 

Memikirkan Indonesia 20 dan 30 tahun mendatang adalah memikirkan pemimpin yang secara sadar atau tidak sadar yang sekarang mungkin menjadi teman kita, sahabat kita, pacar kita, teman nge-PES kita, teman ngangkring kita, teman guyonan kita, satu organisasi kita, satu kelas kita, satu trainning kita, satu kelompok praktikum kita, atau bahkan kita sendirilah yang mungkin nanti menjadi pemimpin yang tidak dinyana-nyana. Dan dari mereka siapa? Itu? Ini? Yang itu? Yang ini? Atau saya? Jika saya, maka haruskah saya untuk berhenti mencari sosok-sosok yang dapat memotivasi saya? Tidak, siapapun mereka, saya berharap mereka adalah pemimpin yang jujur dan amanah. Bahkan saya akan menolak saya sendiri jika saya mengetahui saya akan menjadi pemimpin yang tidak amanah pada rakyat.

Tetapi kemudian saya melihat ketika adzan shalat jum'at berkumandang, maka 95 % laki-laki segera lenyap, kemana? Ya, ke mushola di tengah-tengah kampus, pemandangan yang indah. Tinggal saya, beberapa laki-laki yang beragama non mulim, dan perempuan yang tinggal di selasar atau di tempat lain. Suasana sekejap menjadi tenang, begitu juga saya. Melihat hal tersebut saya menjadi yakin bahwa MIPA memiliki calon-calon pemimpin masa depan yang memiliki modal iman kuat, dan inilah karakter utama yang dibutuhkan seorang pemimpin agar dapat mengemban tugas berat untuk jujur dan amanah. Pantas saja, ketika saya ada kegiatan di luar fakultas dan ketika teman-teman lain mengetahui saya dari MIPA langsung berbicara dengan hati-hati dan tidak seperti awal ketika belum mengetahui bahwa saya mahasiswa MIPA. Mengapa demikian, ternyata setelah saya bertanya kepada beberapa orang, saya mendapat keterangan bahwa rata-rata anak MIPA itu jarang bicara dan menulis, tetapi banyak berpikir. Itu jawaban umum yang saya dapatkan, tetapi ada jawaban yang saya sendiri juga merasakannya, yaitu anak MIPA itu jarang bicara, tetapi sekali bicara mengerikan. Nah, apakah saya termasuk golongan itu? I don't think so, saya merasa biasa saja dan tidak seperti itu. Saya tetap anak biasa yang berusaha menggapai mimpi dengan kuliah di kampus penuh mimpi ini saja. Mungkin benar untuk mereka, tetapi not about me.

Tulisan di atas bukan dalam rangka saya menyombongkan diri, tetapi lebih ke arah saya mengagumi kampus dan insan-insan di dalamnya yang harus saya teladani setiap kebaikan yang ada di dalamnya. Tulisan ini hanya sekilas ketik, dan dengan netbook pinjaman supaya hati saya merasa lega ketika dapat menuangkan pikiran ke dalam tulisan. Semoga bermanfaat.


"Cogito Ergo Sum" 

(MIPA Utara 16.28 pm)
Read more ...